Di kursi naga, Kaisar menegakkan tubuhnya antusias. Pria itu tidak berani menatap Kaisar secara langsung. Namun, di sepasang netranya yang bersinar redup nyaris putus asa, Kaisar tahu telah terjadi hal buruk di wilayah selatan."Katakan dengan jelas!" titah Kaisar."Kaisar, kami yang berada di selatan sedang menerima kutukan. Dewa kematian setiap hari datang menjemput puluhan orang dari kami. Tidak masalah jika mati dengan baik, tapi kematian ini sangat kejam." Pria itu mulai bicara dengan emosional. Pria ini salah satu prajurit yang baru saja pulang dari perang melawan Negara Qing bersama Xuan Yuan. Ketika pulang ke kampung halaman, keluarganya yang berjumlah dua puluh orang, semuanya sudah dijemput oleh Dewa Kematian. Bukan hanya keluarganya saja, ada begitu banyak orang mati mengenaskan di kota. Orang yang masih hidup juga tidak lebih baik, setiap hari dia hanya bisa menunggu kematian.Penguasa kota menutup gerbang kota supaya tidak ada yang bisa keluar. Para Tabib yang datang tida
Aula Istana yang megah itu, para pejabat terdiam dengan wajah ketakutan. Apa yang diucapkan oleh Xin Qian mampu menyebar hawa mengerikan pada mereka semua. Di Ibukota yang makmur, para pejabat ini hidup dengan mewah. Bagaimana bisa membayangkan ada wabah yang sangat mengerikan di wilayah mereka. "Jadi, apakah Nona Xin Qian mempunyai pemikiran?" tanya Tabib Wei setelah terdiam begitu lama.Sebagai seorang tabib, dia harus mulai berpikir tentang strategi. Tidak masalah jika harus mencari bahan-bahan herbal dan meramu menjadi ramuan obat. Di Negara Da Liang ini berlimpah dengan obat herbal berkualitas tinggi. Ada begitu banyak Tabib yang membuka toko obat di setiap wilayah. Namun, bagaimana cara mereka memeriksa pasien supaya tidak ikut terinfeksi penyakit, ini yang sedang bergejolak di dalam pemikiran Tabib Wei."Sebaiknya kita membuat baju khusus di wilayah wabah." Xin Qian akhirnya memikirkan baju hazmat sebagai pelindung untuk para relawan dan tabib yang akan bekerja di tempat wab
Beberapa hari ini Xin Qian sudah semakin yakin dengan dugaannya. Postur tubuh Ye Tian yang tinggi proposional dengan bentuk tubuh yang tidak terlalu kekar, memang mirip dengan Huantian.Saat menjadi Ye Tian, rambut panjang Huantian hanya diikat sederhana, tanpa ada mahkota putra mahkota. Ditambah topeng perak yang menyisakan bagian bibir bawah dan dagu. Penyamaran yang sempurna jika saja beberapa hari lalu Xin Qian tidak menyaksikan Huantian kesakitan di bagian lengannya. Xin Qian merasa curiga, area lengan Huantian yang sakit, persis di bagian yang sama dengan Ye Tian. Dia sendiri yang mengobati luka tersebut dengan membubuhkan penawar racun. Mana mungkin dia lupa."A Yuan, sebelum kita pergi, alangkah baiknya jika menyempatkan waktu merawat luka Kakak Pertama juga Kakak Kedua terlebih dahulu. Aku akan merasa menyesal jika tidak memeriksanya sebelum kita berangkat ke selatan." Xin Qian berkata dengan sorot mata redup. Xin Qian mencari alasan untuk menyempatkan diri menjenguk Ye Tia
Tiga pangeran tampan Da Liang itu berkumpul di Aula Istana Barat milik Putra Mahkota. Hari ini Xuan Yuan bersikap sangat manis pada kedua kakaknya. Ying Lan menatap Xuan Yuan dengan tatapan rumit."Kamu mengizinkan Nona Xin Qian untuk merawatku?" tanya Ying Lan tak percaya.Sebelumnya, bukankah Xuan Yuan sangat pelit dan perhitungan dengannya. Jangankan menyentuh, hanya melihat saja tidak boleh."Kakak, aku akan pergi dari Hangzhou. Jika di sisi Ayahanda ada kalian berdua yang bisa melindungi dan menjaga Da Liang, aku akan merasa tenang." Xuan Yuan berkata serius. Boleh saja dia tidak suka jika wanitanya menyentuh pria lain. Namun saat ini dia tidak mempunyai pilihan lain. Kepergiaannya kali ini pasti akan lama. Menyelesaikan masalah wabah pasti akan menghabiskan waktu beberapa bulan. "Yuan'er, kenapa semua ucapanmu ini terdengar seakan kamu tidak akan pulang ke Istana?" Huantian berkata dengan suara yang hampir tercekat di tenggorokan. Dia tidak suka mendengar ucapan Xuan Yuan."Ha
Paviliun Shan milik Pangeran Kedua sangat sunyi. Hanya ada beberapa pelayan yang ada di paviliun ini. Xin Qian mengamati sekilas. Ada beberapa pengawal di setiap sudut. Secara keseluruhan, paviliun ini sangat sunyi.Dalam hati, Xin Qian bertanya-tanya apakah Ying Lan juga mempunyai pengawal tersembunyi seperti halnya Xuan Yuan. "Adik Ketiga, Adik Ipar, kalian silakan duduk. Aku akan mengambil resep itu." Ketika mereka tiba di sana, Ying Lan mempersilakan Xuan Yuan dan Xin Qian untuk duduk. Sementara Ying Lan mengambil ramuan yang setiap hari diminumnya.Ini pertama kalinya Xin Qian berkunjung di Istana Zhou Feng. Gadis itu melirik Xuan Yuan. Sepertinya Ying Lan dan Xuan Yuan menyukai tempat tinggal yang tenang dan sunyi. Bertolak belakang dengan Huantian yang flamboyan. "Kalian kakak beradik sama-sama menyukai ketenangan." Xin Qian berkomentar.Xuan Yuan hanya mengangguk sekilas. Dalam beberapa hal, dia memang mempunyai selera yang sama dengan Ying Lan. Tidak menyukai keramaian, apal
SPM - Part 45b. PersiapanKaisar memerintahkan untuk menyiapkan bahan makanan, obat-obatan dan segala hal yang dibutuhkan di tempat wabah dengan kas dari Negara Da Liang. Beberapa hari terakhir semua orang di Istana sangat sibuk. Pangeran Mahkota juga ikut membantu sang Ayah. Ada puluhan kereta kuda yang berisi semua bahan yang dibutuhkan untuk wilayah wabah. Iring-iringan ribuan pasukan untuk mengawal tim medis ke selatan dipimpin oleh Xuan Yuan secara langsung. Adapun tiga pengawal, kali ini Xuan Yuan memerintahkan Yunxi untuk tinggal di Istana Xi Wei. Dia hanya akan membawa Ming Ye dan Xue bersama mereka. Selain itu masih ada beberapa pengawal rahasia yang mengawal mereka dan bersembunyi dalam kegelapan."Ayahanda, semua persiapan sudah siap." Putra Mahkota memberi laporan."Tian'er, kamu sudah bekerja keras." "Ayahanda, sebenarnya aku juga ingin pergi ke selatan. Adik Ketiga pergi ke sana, sedangkan aku hanya duduk-duduk di Istana. Itu membuatku merasa tidak nyaman." Huantian be
Perjalanan menuju ke selatan jika ditempuh dalam perjalanan naik kuda tanpa henti seperti yang dilakukan oleh orang yang melapor ke Istana, bisa ditempuh relatif lebih singkat. Prajurit itu bisa sampai ke Hangzhou dalam waktu tujuh hari. Namun, perjalanan kali ini berbeda. Ada begitu banyak rombongan kereta kuda yang memuat bahan pangan serta obat-obatan herbal. Rombongan yang panjangnya sampai dua kilo meter di kawal beberapa ribu prajurit itu akan menempuh perjalanan lebih lama. Saat ini mereka sudah lima hari di perjalanan, akan tetapi belum ada tanda-tanda telah dekat dengan kota Tangluo, tempat terjadinya wabah."A Yuan, perjalanan kita akan membutuhkan waktu berapa lama?" tanya Xin Qian sudah mulai tidak sabar."QianQian, apa kamu lelah?" Bukannya menjawab, Xuan Yuan malah meraih tangan Xin Qian lembut.Xin Qian menghela napas panjang. Perjalanan kali ini membawa sensasi yang luar biasa bagi gadis cantik pengembara waktu tersebut. Pertama kali di dalam hidupnya dia mengemban
Gerbang Kota Tangluo sudah tampak dari kejauhan. Ini adalah hari ke dua belas setelah mereka meninggalkan Istana. Lima ribu pasukan yang mengawal iring-iringan kereta kuda ini terlihat kelelahan.Xuan Yuan berniat untuk membuat tenda darurat di tempat ini. Pasukannya harus beristirahat dengan baik sebelum diterjunkan di daerah bencana. Mereka membantu untuk memindahkan bahan makanan dan obat-obatan herbal yang dibutuhkan."Xue, perintahkan pasukan untuk membuat tenda darurat di tempat ini!" titahnya."Baik, Panglima." "Ming Ye, kumpulkan para Tabib di sini, aku akan menyampaikan beberapa hal pada mereka semua." Ming Ye segera membungkuk dan bergegas menjalankan perintah.Semua orang sibuk bekerja, saling bahu membahu mengerjakan semua hal. Xin Qian juga sudah sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk membuat disinfektan dengan bahan seadanya. Semua itu demi memastikan tim medis yang akan bekerja untuk menyelamatkan pasien supaya selamat dari terinfeksi bakteri."QianQian, cairan apa ini?" t