Share

Sakit Hati

Author: Esi Apresia
last update Last Updated: 2021-03-20 15:56:43

Jantung Ayu berdetak kencang. Jenderal mengambil pedang yang tersangkut di pinggangnya. “Tang …” Pedang itu sudah terlepas dari tempatnya. Jenderal mengangkatnya sangat tinggi. Ayu masih saja membuka kedua matanya. “Jika memang nyawaku harus berakhir seperti ini, aku akan menerimanya dengan baik,” batin Ayu semakin menundukkan kepalanya. Namun Jenderal masih saja tegang mengangkat pedang.

Adipati tetap saja diam tegang menatap Ayu. Jenderal segera mengarahkan pedangnya. Namun, tidak dia sangka Adipati memegang pucuk pedang tajam Jenderal hingga darah segar menetes sampai mengotori lantai dari tangannya.

“Adipati …”

Jenderal segera melepas pedang miliknya. Ayu mengangkat wajahnya. Spontan Ayu  mengambil saputangan miliknya yang terselip di jarit. Ayu meraih tangan Adipati yang masih mengalirkan darah segar.

“Panggil tabib, Jenderal!” teriak Ayu sangat panik. Jenderal segera berlari memanggi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Selir Adipati   Rencana Ibu Suri

    Patih berlari menuju kuda hitam miliknya yang masih terikat di pohon halaman istana. Dia melepas tali, segera melompat di atas punggung kuda, menghentakkan kakinya.“Hiya …”Kuda Patih belari kencang mengejar suruhan Ibu Suri yang akan mengambil kain alas masih tertinggal di bukit. Kain alas saksi dari penyatuan tubuh Jenderal dan Ayu saat itu dengan begitu indah pertama kalinya.“Hiya … hiya …”Patih masih saja terus menarik tali kemudi kuda untuk membuat kuda itu semakin belari kencang. Dia memandang jalanan bukit yang berliku untuk menuju atas bukit mencegah semua pengawal yang dikirim Ibu Suri. Patih melewati jalan pintas yang sering dia lewati saat bersama Jenderal.“Aku harus sampai terlebih dahulu sebelum pengawal Ibu Suri,” teriaknya sambil terus mengendarai kuda yang semakin berlari kencang.Di ruangan aulanya. Ibu Suri dengan sangat tegang menunggu kabar dari pengawal rahasia

    Last Updated : 2021-03-20
  • Selir Adipati   Penyusup

    Ibu Suri masuk ke dalam ruangan aula putri dengan tiba-tiba. Patih menutup mulut Intan. Dia menariknya menuju belakang almari yang cukup besar berisikan buku kesukaan Intan jika dia menghabiskan waktu membaca disana.Patih meraih baju yang tergeletak di lantai dengan perlahan. Mereka segera memakainya. Ibu Suri terus mengamati sekitar ruangan. Dia mengernyit tidak menemukan Intan yang masih bersembunyi.“Pelayan, apakah Intan memang berada di sini?” tanyanya kepada pelayan yang memberitahukan jika Intan berada di sana setelah menemuinya dalam keadaan tegang.Ibu Suri ingin menemui Intan untuk membicarakan perdebatan yang mereka lakukan. Bagaimanapun juga, perasaan seorang ibu tidak akan tenang jika bertengkar dengan anak mereka terutama putri. Ibu Suri sangat menyayangi Intan. Dia sangat bahagia mendapatkan anak kedua perempuan yang selalu menemaninya ketika Raja melakukan tugas. Bahkan Raja bersama selir yang selalu saja bergonta-ganti tiap malam, m

    Last Updated : 2021-03-21
  • Selir Adipati   Kembali Lolos

    Ayu melotot terkejut melihat Adipati yang mencium bau parfumnya. Jenderal mengkerutkan keningnya segera menatap semua arah. Dia sangat kawatir saat itu tidak sengaja membawa Ayu menuju ruangan rahasia yang seharusnya tidak dia lakukan. Jenderal masih diam maju beberapa langkah di hadapan Adipati dengan sangat serius menatap semua arah“Jangan sampai kau barada di sini, Ayu,” batin Jenderal dengan tatapan tajam ke semua arah lorong.Adipati berjalan pelan melangkah melihat arah lorong yang menuju kamar Ayu. Dia terus melangkah. Ayu berjalan cepat bersama Rose segera menghindar. Namun, saat dia akan menuju lorong kamarnya, Ayu berbelok menuju lorong yang terarah ke dalam kamar Adipati.Rose menarik lengannya, menggelengkan kepalanya. Ayu memberi kode dengan menganggukkan kepalanya segera. Rose masih tidak mengerti dengan apa rencana Ayu kepadanya. Rose hanya mengikuti langkahnya. Ayu menekan tembok lorong pintu Adipati yang menembus ke dalam kamar mand

    Last Updated : 2021-03-21
  • Selir Adipati   Rencana Baru

    Wati semakin bersemangat menceritakan tentang Ayu bersama Rose kepada Ibu Suri yang serius mendengarkan setiap ucapannya. Dia saat itu sedang bersiap untuk memenuhi permintaan Ibu Suri yang membutuhkan kain kebaya baru untuk dirinya. Wati berjalan untuk masuk ke dalam aula wanita setelah dia berada di luar istana mengambil kain kenbaya pesanannya. Wati menghentikan langkahnya saat pengawal berlari mencari asal mula suara batu yang di lempar Rose.Wati semakin berjalan mendekat. Dia sangat terkejut melihat Rose menarik Ayu bergegas keluar dari kamar Adipati. Sedangkan dirinya mengetahui jika Adipati sedang mengadakan rapat di aula pejabat.“Kenapa kalian berlari tergesa-gesa? Dan untuk apa kalian berada di sana?” tanya Wati dalam batin. Dia semakin terkejut saat segera melangkah menuju kamar Adipati dan melihat pintu yang masih saja terbuka sedikit. Wati menatap di dalam dan tidak melihat Adipati atau siapapun juga.“Aku akan segera melaporkan i

    Last Updated : 2021-03-21
  • Selir Adipati   Terlihat Pelayan

    Jenderal mencengkeram leher Ayu hingga wajahnya hanya berjarak satu centi dengan wajah Ayu yang membalas tatapan Jenderal. Tatapan yang sangat menusuk berbeda dari biasanya. Ayu tidak pernah melihat Jenderal menatapnya seperti itu.“Kenapa kau berada di dalam lorong itu?” tanya Jenderal semakin tegas kepada Ayu.Ayu masih diam tidak menjawab. Jantungnya berdetak kencang. Ayu tidak menyangka Jenderal bisa mengetahuinya. Kehebatan Jenderal dalam hal bertarung dan instingnya yang sangat tajam semakin Ayu percayai. Rumor itu sudah tersebar sebelum dia menuju ke istana. Kini Ayu membuktikan sendiri bahwa rumor itu memang benar.“Ayu, katakan?” tanya Jenderal sekali lagi, membuat Ayu akhirnya tersenyum.“Ya, aku berada di dalam lorong itu. Bagaimana bisa aku membiarkan laki-laki yang ada di dalam hatiku akan melawan penyusup. Apakah aku akan menjadi tenang?” kata Ayu menahan air mata yang sudah memenuhi ruang matanya.

    Last Updated : 2021-03-21
  • Selir Adipati   Hati Yang Tertutup

    Wati semakin tersenyum mendengar apa yang dikatakan pelayan itu. Dia terkekeh hingga pundaknya terlihat bergerak dengan jelas. Pelayan itu keluar dengan sangat bahagia setelah menerima sekantong uang emas dari Wati.“Kau akan sangat menyesal dengan perbuatanmu kepadaku, Ayu. Kali ini skak mat!” gumamnya masih dengan tersenyum puas.Ayu di kamarnya bersiap kembali menemui Adipati. Di seperti biasa menjalani ritual mandi rempah dan meminum ramuan untuk mencegahnya mengandung. Sebenarnya Adipati tidak mengharuskan dia meminum ramuan itu. Ayu hanya saja mau agar dirinya mengandung tepat pada waktunya. Untuk sekarang dia lebih membutuhkan tenaga yang cukup banyak memperoleh posisi yang akan di rebutnya.“Ayu, kau sepertinya sedang gundah,” ucap Rose resah. Dia menyisir rambut Ayu sambil menatap wajah Ayu yang sangat sendu.“Aku semakin tidak mengerti dengan perasaanku sendiri, Rose. Kau tahu sendiri aku harus menggait dua pr

    Last Updated : 2021-03-22
  • Selir Adipati   Terbebas

    Wati datang dengan tiba-tiba. Dia membuat semua orang di dalam kamar Adipati memandangnya dengan terkejut. Terutama Adipati yang seketika menatap Ayu. Jenderal berjalan ke depan menatap Wati yang sedikit bergetar melihatnya.“Bukti apa yang kau dapat?!” tanya Jenderal pelan namun tegas.“Pelayan, katakan!” Wati mendorong punggung pelayan untuk mengatakannya.“Maafkan Hamba. Tadi sore, Hamba melihat Selir Ayu bersama dengan Jenderal melakukan hubungan. Hamba melihatnya sendiri,” kata Pelayan dengan bergetar.Ayu masih berusaha diam tidak panik dengan keadaan yang sangat menyudutkan dirinya.“Pelayan, jika tidak bisa membuktikan apa yang kau katakan benar, kepalamu akan aku penggal!” Adipati semakin murka. Pelayan semakin bergetar mendengar suara Adipati yang semakin menggema.“Adipati, maafkan Hamba!” Ayu berjalan mendekati Pelayan yang masih menundukkan kepalanya. Jenderal menatap A

    Last Updated : 2021-03-22
  • Selir Adipati   Terbakar

    Ayu terkejut mendapat pelukan hangat dari Adipati tiba-tiba. Dia terakhir melihatnya tertidur pulas. Ayu tersenyum berusaha menikmati semua sentuhan lembut Adipati.“Aku berbohong jika tidak menyukainya. Berbohong jika aku tidak ingin disentuhnya. Aku semakin berbohong jika tidak mau gelar itu. Gelar yang selalu semakin dekat akan aku raih. Tapi, aku akan menundanya,” batin Ayu segera membalikkan tubuhnya. Kini mereka kembali saling berpandangan.“Hamba hanya ingin menjadi istri. Gelar ratu sangat berat. Hamba akan memikirkannya lagi,” kata Ayu membuat Adipati semakin memeluknya. Dia berpiki, biasanya selir sangat senang dan selalu menagih saat Adipati menjanjikan akan menikahi mereka. Terutama Bunga yang selalu menanyakannya saat mereka selalu bersama sebelum bersama Ayu. Namun, berbeda dengan Ayu yang selalu menolaknya.“Kenapa kau selalu menolakku?” tanya Adipati bimbang.“Apa kau tidak mau menjadi istriku?&rdq

    Last Updated : 2021-03-23

Latest chapter

  • Selir Adipati   KEBAHAGIAAN

    Kebahagiaan Ayu semakin merebak. Kelahiran anak laki-laki gagah membuat seluruh rakyat bergembira dan merayakan secara besar-besaran. Mereka meliburkan semua kegiatan hari itu dengan memasak makanan sangat lezat dan mengadakan pawai. Mereka bersorak gembira saling meluapkan perasaan senang. Bahkan, saat malam tiba, lampion dengan nyala api dari obor kecil menyala membuat desa semakin terang. Ayu semakin tersenyum menggendong anaknya. Rose bersama Intan dan semua pelayan selalu memancarkan senyuman tak terkecuali kedua orang tua Ayu dengan kakaknya Sriasih. Mereka meluapkan kebahagiaan dengan kelahiran penguasa baru. “Adipati Karsa, kau akan memimpin semua rakyat ini dengan adil dan bijaksana!” Ayu berucap dengan suara lantang membuat semua orang menundukkan kepalanya. *** Waktu berjalan sangat cepat, Karsa semakin besar berumur tujuh belas tahun. Anak Jenderal yang diberikan nama Gugus menjadi pemuda terkuat dan ahli dalam menggunakan pedang. Tidak ad

  • Selir Adipati   Kelahiran

    Ayu berjalan memasuki kamar di mana benda mati yang berada di dalamnya adalah saksi bisu hubungannya dengan sang penguasa Adipati Wiryo yang kini tinggal kenangan. Dia masih diam menatap pintu megah dengan ukiran khas antik. Napasnya terus dihembuskan dengan perlahan. Hatinya yang bergetar, dia atur dengan baik.“Apa kau siap membukanya, Ayu?” tanya Rose.“Aku siap,” jawab Ayu singkat.Ayu melangkah perlahan masuk ke dalam, berhenti di tengah ruangan. Dia mengamati sekitar. Bahkan, sisa air yang berada di gelas milik suaminya itu masih ada. Jubah kebesarannya tergeletak di sandaran kursi berlapis emas masih tertata rapi.“Rose, tinggalkan aku sendiri!” pinta Ayu.“Baik!”Rose keluar menutup pintu kamar dengan rapat. Ayu masih mengamati semua ruangan dan kembali ke masa lalu. Dia terdiam sedih seakan melihat Adipati berdiri saat menyambut kedatangannya. Sorotan mata tajam Adipati masih membayang

  • Selir Adipati   Jenderal

    Jenderal dengan sangat kuat melepaskan tancapan anak panah salah sasaran yang sama sekali tidak membuatnya tumbang, dan mengenai lengan kuatnya. Ayu semakin menatap tegang di hadapannya.“Kau sengaja akan membunuhku?” tanya Jenderal menatap Ayu heran. Terpancar rasa kecewa sangat dalam di aura wajahnya.“Kau sangat kejam. Aku selama ini hanya memanfaatkan hati kalian berdua, penguasa. Namun, tujuanku hanya satu. Menduduki singasana itu.” Ayu semakin membuat murka Jenderal. Dia melirik pedang iblisnya, hingga membuat Ayu semakin resah. Rose juga menatapnya kaku.“Kau tidak akan aku biarkan menduduki singasana itu!” teriak Jenderal. Pengawal setianya yang berjumlah lima orang, berlari akan melindunginya. Namun, Patih dengan kawanan perampok mencegahnya. Ayu sangat pasrah dengan apa yang akan dilakukan Jenderal kepadanya. Dia menarik napas dan akan menerima hunusan pedang Jenderal, hingga suara wanita tidak asing terdengar cukup

  • Selir Adipati   Pertarungan

    Pagi menjelang dengan indah. Udara diselimuti embun pagi dengan pantulan sinar cahaya mentari yang semakin membuat bumi terang. Senyuman terpancar dari wajah Ayu yang masih memandang taman istana dari jendela kamarnya. Datangnya hari gerhana bulan malam nanti membuat rakyat bergembira. Mereka mempercayai jika gerhana bulan menjadikan malam menjadi indah untuk mereka mengadakan pawai.“Malam nanti, semua sudah disiapkan, Ratu,” ucap Rose mengejutkan Ayu dari belakang. Perlahan tubuhnya membalik. Kedua matanya menyambut pagi dalam tegang. Hatinya bergetar kencang menunggu datangnya malam.“Apakah semua akan hadir?”“Semua nama yang kau sebutkan saat itu akan aku pastikan hadir,” kata Rose mendapatkan secarik kertas bertuliskan beberapa nama yang Ayu berikan setelah dia menuliskan di rumah Sriasih. Sederet nama yang akan menyaksikan pertarungan antara kedua penguasa.“Baiklah. Aku akan melihat lapangan itu,” ka

  • Selir Adipati   Pembalasan Siti

    Jenderal semakin memandang selir yang kini akan dia nikmati untuk tujuan tertentu.“Jika aku mencintainya, Ayu. Aku tidak akan memiliki hasrat dengan wanita lain. Namun, kini aku sadar jika aku hanya terobsesi dengannya. Tapi, ketika aku memandangnya, rasa getaran itu ada hingga ingin menyayanginya. Apakah namanya hatiku? Paling tidak aku akan meninggalkan keturunanku di dunia dan aku akan membuatnya menghabisi anak Adipati itu,” batinnya mulai menikmati tubuh Selir.Jenderal menarik tubuh selir agar terduduk. Dia setengah berdiri di ranjang dengan lutut sebagai penyangga tubuhnya. Tangan kuatnya membelai bibir selir itu yang menikmatinya dengan memejamkan kedua matanya. Kini dia menuju rambut hitam bersanggul yang akhirnya terurai karena jepit bunga mawar sudah dilepaskan oleh Jenderal. Belaian tetap dia berikan hingga leher selir kini berada di tangannya.“Puaskan aku dengan baik,” katanya menarik wajah selir untuk memulai aksi dengan m

  • Selir Adipati   Racun Raja

    Ibu Suri menahan Ayu melangkah. Langkah yang akan melaju, terhenti dengan mendadak. Ayu menolehkan pandangannya seketika. Hingga akhirnya tubuh Ayu ikut membalik dan membuatnya bisa menatap kembali Ibu Suri di hadapannya.“Apa yang membuatmu menghentikanku?” tanya Ayu.“Aku tidak akan membiarkanmu memenangkan ini semua. Dan, kau akan aku siksa dengan perlahan. Semua kehancuran istana ini adalah ulahmu. Kau yang menyebabkan istana ini menjadi lemah sekarang,” kata Ibu Suri yang kali ini membuat Ayu naik pitam. Ayu semakin mendekati Ibu Suri yang mengangkat wajahnya dengan sangat tinggi sebagai ciri khasnya.“Kalah? Kau pikir, siapa yang membongkar permaisuri yang jelas-jelas ingin membunuhmu? Jika dia menang, apakah kau masih akan hidup? Justru aku yang menyelamatkan istana ini dan akhirnya menjadi lebih kuat. Sudahlah, kesempatanmu sampai gerhana bulan datang. Jika kau masih keras kepala, aku akan memikirkan hukuman apa yang cocok b

  • Selir Adipati   Tatapan Sengit

    Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b

  • Selir Adipati   Kecemburuan

    Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse

  • Selir Adipati   Malam Terakhir

    “Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super

DMCA.com Protection Status