Jaka berkata. "Ayo kok diem? Duduk nih disini. Makan bareng sama papa." ucapnya menggeser duduknya ke sebelah kiri. Gavin pun terpaksa duduk disebelahnya, karena tidak enak juga menolak tawarannya. Mereka saling duduk bertiga saat itu, mereka mulai makan bersama. Saling mengobrol satu sama lain. "Kamu pulang jam berapa kemarin Vin?" tanya Jaka. "Kemarin sampe rumah jam 6 sore.""Macet ya dijalan?" tanya Jaka. "Iya." Mereka saling terdiam setelahnya, lalu Ghea mencoba mencairkan suasana. "Kamu kesini mau ngapain Vin? Tumben kesini?" tanya Ghea. "G-gue... Lagi nyari angin aja sih, udah lama gak kesini, sekalian nyari sarapan juga.""Vin, kamu ngomong ke Ghea jangan pake gue lo lagi ya. Sekarang kan dia ibu sambung kamu." ucap Jaka membuat Gavin merasa tidak enak hatinya. Sedikit sebal juga. Kenapa sudah tidak satu rumah pun masih dicecar untuk mengakui kalau Ghea adalah ibunya?Ghea berkata. "Aku enggak terlalu memikirkan tentang hal ini kok om. Terserah Gavin mau ngomong ke aku k
"Mama bukan dia, mama juga pasti bakalan sadar diri kalau diposisi seperti itu." Shanum semakin merasa terpuruk saat itu, ternyata rencananya kesana berkunjung untuk mengambil hati ibu mertuanya malah gagal. Dirinya benar-benar tidak menyangka responnya akan separah ini. Bahkan lebih baik dirinya pulang saja deh. "Mas, aku mau pulang ya." bisik Shanum. "Tunggu mbak, jangan pulang dulu. Biar saya lurusin semuanya." bisik Rian. "Enggak bakalan mungkin bisa mas, ibu mas udah enggak terima aku sejak awal. Mana mungkin bisa." ucap Shanum berniat akan pergi namun Rian memegang tangannya, menariknya kembali. "Enggak gitu mbak." "Mah... Tolong dengan sangat terimalah mbak Shanum sebagai istri Rian." "Kenapa kamu minta restu mama lagi Yan sedangkan kamu udah menikah sama dia. Mama sampai kapanpun enggak akan restuin kalian selama kamu beristrikan janda macam dia!" tandas Rina yang langsung diberikan bentakan oleh nenek Aisyah. "Rina! Apa-apaan kamu ngomong kayak gitu! Bener-bener enggak
"Enggak biasa aja. Malah kayak ngebimbing aku gitu harus begini gak boleh begini, kayak ngasih tahu kalau lagi hamil apa yang harus dihindari, dikasih tahu sama dia .... Pokoknya enak deh, enggak kayak di tivi-tivi." ucap Ghea. "Ya bagus sih kayak gitu. Itu namanya mantan istri yang baik dan benar." ucap Kayla. "Tapi soal Gavin." "Mas Gavin kenapa?" "Dia kayaknya masih enggak mau nganggep aku ibunya." "Ya wajar mbak, mana mungkin dia mau." "Kenapa?" "Masa yang dulu dari pacar kini malah justru jadi ibunya, gak heran sih." "Terus mbak harus gimana? Apa hubungannya bakal canggung kayak gini terus?" tanya Ghea. "Udahlah biarin aja, mas Gavin juga cepat atau lambat bakalan ngerti kok. Ya dengan syarat dia udah moveon dari mbak." ucap Kayla. "Emang menurut kamu dia belum moveon dari mbak?" tanya Ghea."Iya dong, buktinya masih bersikap kayak gitu." "Enggak mungkin ah, masa iya sih." "Beneran mbak, buktinya masih enggak mau nganggep mbak sebagai anaknya.""Ah ya enggak mungkin l
"Pea lo. Seorang anak yang baik, mana ada yang mau emak bapaknya cerai?" "Emangnya lo anak yang baik gue tanya?" "Gue anak yang baik lah." balas Diana. "Diliat dari mana?" "Monas!" "Hahaha." "Gimana ini Vin, sebentar lagi nyokap gue bakalan ngelabrak bapak gue, bilangnya bahkan pengen minta cerai. HUWAAA!" "Tanggung dewek." Gavin segera menyudahi chattingannya dengan Diana, terlalu lama chattingan dengannya malah semakin membuat perasaannya tidak karuan, entahlah semenjak kenalan dengan Diana, ia selalu ingin tertawa melulu. Aneh juga kenapa ada wanita se-absurd dirinya ya. Ia bahkan jadi teringat perkataan ibunya yang menginginkan ia segera menyatakan perasaannya pada Diana, masa iya sih dirinya memiliki perasaan khusus terhadapnya? Sejujurnya ini terbilang aneh, tapi rasanya itu tidak mungkin saja. Dan kembali, pertanyaan yang sama itu bergema.Masa iya sih?Cukup heran kenapa bisa-bisanya sang ibu berkata seperti itu. Sebenarnya ia tidak mengerti dengan isi hatinya sendi
"Ya terus kenapa dia sampai pendarahan lagi?! Kamu kan juga ada di kampus dan kelas yang sama masa kamu enggak tahu dia ngapain aja!" tandasnya membuat Diana dan Riko yang melihatnya tidak tega melihat Gavin diomeli seperti itu, Gavin kemudian membela diri. "Aku baru dateng pah mana mungkin aku tahu! Nih tanya Diana sama Riko, mereka dateng bareng Gavin." ucap Gavin membela diri. "Halah, bela diri terus kamu. Lagian salah sendiri kamu dateng telat! Pokoknya kamu harus cari tahu tentang ini! Papa enggak mau tahu, kamu mesti cari tahu, atau tidak biaya kuliah kamu papa hentikan sampai sini." ucap Jaka, Gavin tak habis pikir dengan papanya ini, ia bahkan sampai mengancamnya seperti itu, ia sudah tahu jelas hal ini pasti akan terjadi. Ia sudah mewanti hal ini sejak lama, kalau selama dirinya dibiayai hal semacam ini adalah kepastian yang sewaktu-waktu akan terjadi. Dan sekarang bukti itu terjadi. Gavin merasa jengah. Tapi intinya ia terpaksa untuk mencari tahu soal ini. Ia cecar Nara se
Shanum langsung berkata pada Rian dengan ekspresi wajah tidak percaya. "Mas Ghea, mas." ucap Shanum masih syok. "Kenapa?" tanyanya heran. '"Ghea keguguran." "Heh? Kok bisa? Bagaimana bisa?" tanya Rian ikut tidak percaya. "Ini aku mau bales." ucap Shanum seraya mengetik balasan chatnya. Namun setelahnya tak ada lagi kabar dari Ghea, wanita itu tidak membalas chat darinya lagi. Shanum dibuat cemas, dirinya benar-benar tidak menyangka dengan hal ini. Kenapa bisa-bisanya keguguran? Apakah dia mengalami pendarahan lagi?Setelahnya pun muncul sebuah pesan balasan dari Ghea dengan akhir yang sama yaitu emoticon sedih, yang isinya. "Aku pendarahan lagi." Tentu saja membuat Shanum merasa benar atas dugaannya. "Tuh kan mas, dia pasti pendarahan lagi. Dia habis ngapain emang ya aku bingung." Rian terdiam sesaat. Kemudian berkata. "Kamu enggak tanya dia pendarahan karena apa?" "Udah barusan tapi belum dibales." ucap Shanum.Namun ketika dalam penungguan mereka atas pesan balasan G
"Iyalah kamu percaya aja lagi sama dia. Emang dia ngomong kayak gimana sih ke kamu?" tanya Erik. "Ya kayak gitu. Dia ngomong kalau kamu sama klien kamu itu temenan sejak lama. Dan kalian terlihat akrab satu sama lain." jawab Dilara. "Ya memangnya saya harus kayak gimana bersikap ke dia? Aku harus cemberutin dia terus gitu?" tanya Erik. "Y-ya enggak gitu juga." "Udahlah kamu jangan ngaco, lagian kalo aku niat selingkuhin kamu, aku udah ngelakuin itu sejak awal." ucap Erik. Dilara menimbang perkataannya itu dan menghela nafasnya, mengangguk. "Yah terserahlah." Gavin kebetulan berniat akan masuk ke ruang kerjanya tapi ia kini tahu dengan kehadiran Dilara dan Erik yang berada di ruang itu. Dirinya mempercepat langkahnya untuk mengurungkan niat masuk, ia langsung melangkah mundur, tapi sayangnya ia langsung dipanggil oleh Erik saat itu. "Hey, kemari kamu." panggilnya, Gavin merasa sangat tegang, dirinya mulai melangkah masuk menghadap Erik hingga dirinya berada dihadapan memb
Tak lama kemudian Rian pun akhirnya pulang kerja, bersama Shanum ke tokonya terlebih dahulu lalu kemudian mereka saling pulang bersama. Sambil berjalan menuju pemarkiran, Shanum berkata. "Tega ya kamu tadi, bikin orang panik aja." "Kamu yang lebih tega, segala nyamar jadi hantu lah, terus dapet banget lagi perannya. Kayak hantu beneran." ucap Rian membuat Shanum mencubit pinggangnya, Rian merintih kesakitan. "Kamu nih! Masa iya istri sendiri disamain setan! Akh sebel." keluh Shanum. "Lagian segala nyamar jadi hantu." "Aku disuruh Doni tahu, dia bahkan sampai nyusulin aku ke pasar supaya ikut ke kantor kamu. Lalu ngerencanain semua itu. Aku mana tahu hasilnya bakalan kayak gini, kamu jadi pingsan kayak gitu." ucap Shanum. "Bener-bener si Doni, emang butuh dikasih pelajaran dia." ucap Rian. "Udahlah mas orang dia juga niatnya mau kasih surprise, enggak perlu ngasih pelajaran, dia enggak sengaja kali." "Sendirinya aja takut sama hantu, mencoba nakutin saya.""Dia juga takut sama ha