Share

Chapter 2

Penulis: Iamyourhappy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 11:23:02

Jordan melempar kakinya yang otomatis juga melempar istrinya menjauh hingga terjatuh di lantai. “Kau menjijikkan. Jangan lagi muncul di hadapanku.”

Langkahnya yang angkuh meninggalkan istrinya yang masih terduduk lemas di lantai. Siapapun yang melihat keadaan Giselle pasti sangat mengasahani wanita itu. Sedikitpun tidak pernah mendapatkan perhatian ataupun kasih sayang dari suaminya sendiri.

“Apa aku sangat tidak menarik?” lirih Giselle.

Di dalam Mansions mewah ini, Giselle tak lebih hanyalah seekor burung di dalam sangkar emas. Menjalani kehidupan sebagai istri Jordan si pengusaha dan pejabat pemerintah yang sukses membuatnya sangat tertekan. Di awasi seluruh mata, dibatasi gerak-geriknya dan dituntut harus sempurna tanpa celah di mata masyarakat.

Bagi orang-orang yang melihat, Giselle adalah wanita yang paling beruntung yang menikah dengan pria tampan dan sukses seperti Jordan. Mempunyai kekayaan yang melimpah dan hidup serba kelebihan. Namun, dibalik itu semua ada sebuah penderitaan yang dirasakan oleh Giselle. Sendirian, hampa dan kosong seperti itulah jiwanya sekarang.

“I miss you Ma,” lirih Giselle.

“Bangun, Nona. Anda bisa kedinginan terlalu lama di bawah,” ucap salah satu maid yang bekerja di Mansions. tangannya bergerak menyentuh lengan Giselle berusaha membantu.

Namun apa? Giselle akan menerima bantuan dari seorang pelayan? Tidak. Dengan kasar Giselle menghempaskan tangan Pelayan itu. “Tidak perlu! Jangan menyentuhku!”

Pelayan itu akhirnya memilih untuk menyingkir. Berbaris rapi dengan 2 pelayan lain. Giselle mengepalkan tangannya erat. Ia bahkan tahu betul sifat para pelayan itu—di depan mereka memang bersikap seolah menghormatinya, namun saat di belakang—mulut mereka tidak berhenti mengatakan omong kosong tentang dirinya.

~~

Ada sebuah agenda rutin yang selalu dilakukan oleh keluarga Jordan. Yakni berkumpul 6 bulan sekali. Meski berada di luar negeri tetap harus meluangkan waktu dan pulang. Hanya sekedar makan malam biasa, yang berharap bisa diisi oleh canda tawa, obrolan ringan khas keluarga. Lalu dilanjut minum teh untuk para wanita sedangkan pria bermain billiard ataupun catur.

Giselle minum teh dengan anggun. Usai menyeruput hangat tehnya, kemudian mengusapkan tisu ke bibirnya.

“Giselle, kulihat wajahmu semakin bersinar? Boleh kutahu tipsnya?” tanya seorang wanita cantik. Blasteran Indonesia-Rusia, wanita yang berstatus kakak ipar ketiganya—Catrine.

Giselle tersenyum tipis. “Tipsku hanya merawat wajah secara rutin.”

Catrine mengangguk. “Aku iri denganmu. Kau tidak pernah perawatan tapi mempunyai wajah yang mulus, sedangkan aku? Aku menghabiskan ratusan juta pergi ke Klinik untuk mendapatkan kulit secerah dan sebersih wajahmu.” Ia nampak menggeleng. “By the way kau menggunakan skincare apa?”

“Hanya Skincare yang dapat dibeli orang-orang.”

“Oh Giselle.” Catrine menggeleng lagi. “Aku benar-benar iri denganmu. Aku menggunakan Skincare khusus untuk wajahku, karena wajahku yang tidak bisa menggunakan Skincare biasa apalagi Skincare murah.”

Giselle nampak santai. Ia mengeluarkan tasnya yang berwarna kuning. Salah satu barang keluaran brand terkenal. Limited edition, tentu tas itu bernilai ratusan juta. Jumlahnya hanya ada 4 di dunia. “Aku hanya menggunakan produk lokal untuk merawat wajahku, kak.” Ia mengeluarkan produk skincare dari tasnya. Bertuliskan salah satu brand lokal yang harganya tidak sampai satu juta.

Namun fokus Catrine tidak pada benda yang ditujukkan oleh Giselle, melainkan tas kuning yang berlogo brand terkenal.

“Bukankah itu tas yang kau incar, Cat?” tanya seorang wanita yang duduk di samping kiri Giselle. Xaviera, kakak ipar keduanya. Lebih memihak pada Catrine yang usianya tidak jauh berbeda dengannya.

“Ya—aku mengincarnya. Katanya sudah dimiliki oleh orang lain dan aku tidak bisa memilikinya meski menawarkan harga dua kali lipat.” Catrine menatap Giselle dengan senyum paksa. “Aku tidak menyangka orang itu adalah kau, adik ipar.”

Giselle tersenyum puas. “Oh tas ini—aku mendapatkannya dengan mudah karena aku pernah menjadi Ambassadornya.”

“Kau beruntung mendapatkan adikku sebagai suami. Dia sangat royal hingga membiarkanmu menghamburkan uang untuk membeli barang branded,” ucap Gabriella kakak perempuan Jordan, kakak ipar pertamanya dan juga satu-satunya putri di keluarga Parvis. Ia duduk di sisi kiri Catrine.

“Hm—aku sangat beruntung. Meski dia terlihat dingin tapi sebenarnya dia sangat menyayangiku dan perhatian.” Giselle melirik suaminya yang tengah berbincang dengan ayah dan juga saudaranya.

“Ehm—sepertinya hanya aku yang ingin segera makan kookies ringan?” tanya seorang wanita yang duduk di samping kanan Giselle.

“Come on—Laura. Tubuhmu lebih berisi dari 6 bulan lalu. Kusarankan jangan terlalu banyak makan. Kau tentu tidak ingin adikku berpaling pada wanita lain bukan?” tanya Gabriella.

Giselle terdiam. Dari sudut matanya, ia melirik Laura, kakak ipar keempatnya itu tengah menghela nafas. Wanita cantik yang sering terkena cibiran karena bentuk tubuhnya. Laura cantik dengan tubuhnya yang tidak seideal menantu lainnya. Tubuh Laura memang berisi namun tidak sampai obesitas dan penyakitan. Cantik memang mempunyai versi sendiri ‘kan? buktinya Laura masih sangat dicintai suaminya.

“Malam ini waktunya makan right? Aku tidak akan diet malam ini—aku ingin makan banyak kue yang dibuat langsung oleh Mommy,” ujar Giselle.

“Kau juga, Giselle. Kau harus selalu menjaga bentuk tubuhmu agar Jordan tidak berpaling pada wanita lain,” kini Xaviera angkat bicara lagi.

“Aku tahu Jordan sangat mencintaku—aku percaya padanya. Dia tidak akan berpaling dariku.”

Catrine tertawa ringan. “Sampai sekarang kau belum juga hamil, Giselle. Kau tahu apa yang membuat laki-laki berat meninggalkan wanita? Itu karena ada anak. Berhati-hatilah mulai sekarang.”

Giselle tersenyum manis. “Ehm—kak, kau sudah mempunyai dua anak yang sudah besar. Kelak saat aku sudah hamil, aku ingin tips bagaimana cara melahirkan bayi yang sangat sehat hanya dalam kurun 4 bulan?”

Catrine mencengkram cangkir tehnya, apa yang dikatakan Giselle adalah sebuah penghinaan baginya. Semua orang tahu jika dirinya hamil diluar nikah yang menyebabkan kakak Jordan harus bertanggung jawab menikahinya. Diam-diam Giselle tersenyum tipis menikmati kemenangannya.

Dengan arogan Catrine menatap Giselle. “Karena aku subur—aku bahkan tidak perlu berkonsultasi dulu pada dokter untuk mendapatkan anak.” Matanya melirik Xaviera yang duduk di samping Giselle.

PYAR

Bab terkait

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 3

    Sebuah cangkir terjatuh ke lantai. Percikan air teh yang berada di cangkir mengenai dress yang digunakan Giselle. Menoleh pada pelaku. Giselle menampilkan raut datarnya, tidak ada kata maaf untuk pelaku. “Sorry—Giselle tapi aku tidak sengaja,” ucap Xaviera memelas, menampilkan raut sangat meyakinkan jika dirinya memang tidak sengaja. “Oh My Godnees, apa yang terjadi?” tanya seorang wanita yang diikuti oleh pelayan dari belakang. Matanya tertuju pada Giselle. Menatapnya jengah seakan sudah tahu apa lagi yang dilakukan oleh menantunya yang kerap dicap sebagai pembuat onar. “Giselle kau berbuat ulah?” “No—Mom,” tolak Giselle membantah tuduhan mertuanya. “Kak Xaviera menjatuhkan Tehnya dan mengenaiku.” Ia tahu meski berusaha membela diri—mertuanya tidak akan percaya begitu saja padanya. Terlihat dari rautnya yang hanya menghela nafas sembari menggeleng.Xaviera menyatukan kedua tangannya. Giselle sangat hapal, Xaviera sangat pandai berakting—bahkan aktris terkenal saja mungkin kalah de

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 4

    Giselle sedikit tertawa. “Hanya berkumpul dengan temanku yang biasa saja tidak akan membuatmu malu, Jordan. Apakah status sosial selalu menentukan drajat seseorang?” “Berkumpulah dengan orang-orang berpengaruh. Temanmu yang miskin hanya akan mengemis padaku nantinya,” ucap Jordan dengan santai. Wajahnya yang angkuh membuat Giselle sangat muak. “Aku sudah berteman dengan banyak artis, pengusaha dan istri pejabat lain. Apa berkumpul dengan temanku sendiri tidak boleh? Kau sangat keterlaluan—aku hanya ingin berteman dengan orang yang kumau.” “Jika media sampai meliputmu sedang berkumpul dengan orang kampung itu—aku akan menghancurkan mereka. Aku akan benar-benar menghancurkan kehidupan mereka hingga kau yang akan menyesalinya nanti.”Jordan memegang dagu Giselle kasar. “Ingat ucapanku.” Setelah itu melepaskannya dan langsung berbalik pergi. Giselle mengepalkan kedua tangannya. Melirik Noah yang hanya diam saja menatap pertengkaran mereka. Ia menghela nafas kemudian berjalan keluar Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 5

    Hubungan mereka sempat terhenti saat Giselle dijodohkan atau dijual oleh orang tuanya pada Jordan. Mau tidak mau—Giselle harus menerima dirinya harus menikah dengan adik pria yang dicintainya. “I miss you,” bisik Erland. Memojokkan tubuh Giselle ke dinding. Mengurung tubuh mungil itu agar tidak bisa lepas darinya. Giselle hanya pasrah saat lehernya dihisap oleh Erland. Tangannya mengepal ingin segera menghentikan semua ini. Erland kembali menyatukan pangutan bibir mereka. Meski Giselle terdiam tidak membalas permainnya, Erland berusaha menggigit bibir Giselle agar terbuka. Hingga ia berhasil melesak masuk, memperdalam permainnya. “I want you—sweety,” bisik Erland. Menyatukan dahi, Erland tersenyum sembari mengusap pipi Giselle yang memerah. Kemudian beralih mengusap bibir wanita itu yang membengkak akibat perbuatannya. Giselle mendongak. “Aku tidak bisa.” Mencengkram erat gaunnya agar tidak turun. Mengepal sekaras mungkin untuk menyalurkan rasa kecewanya karena melanggar janjinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 6

    Hampir menyemburkan kopinya. Melisa melotot seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Giselle. “Apa? kau bilang dia pergi ke Amerika?”“Ya. Dia memang pergi ke Amerika bersama istri dan anaknya. Kau sudah tahu kegiatan rutin keluarga Jordan adalah bertemu 6 bulan sekali untuk makan malam. Meski tinggal di luar negeri harus menyempatkan waktu untuk pulang. Dan ya dia pulang dan menemuiku.”“Jangan bilang kau masih mencintainya?” tebakan Melisa hampir benar. Namun Giselle sudah tidak mencintai pria itu lagi. “Tidak—““Jangan bohong padaku Giselle.” “Baiklah-baiklah, aku hanya sedikit merindukannya. Tapi aku tidak bisa bersamanya lagi.” Melisa menepuk bahu Giselle dengan bangga. Melihat temannya yang bisa mengambil keputusan dengan tegas membuatnya bangga. Giselle yang sekarang jauh lebih berprinsip dari pada dulu. “Aku bangga denganmu. Prinsip untuk tidak menjalin hubungan dengan pria beristri harus terus kau pegang, Giselle. Jangan mau termakan janji manis laki-laki yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 7

    “Bukan seperti itu, Nona.” Panik Noah tengah menatap Giselle. Pertama kalinya Noah bertatapan mata dengan majikannya itu. Di bawah sorot lampu yang tidak terlalu terang ini, kecantikan Giselle tidak memudar. Meski rambut acak-acakan, make up yang mulai luntur dan pakaian yang tidak serapi tadi. “Aku hanya bercanda.” Pecah juga tawa Giselle. “Aku tahu—kau tidak mungkin menyukai wanita sepertiku. Aku ini banyak kekurangannya. Aku bukan istri idaman, tidak bisa memasak, cerewet, suka cari ribut, biang masalah, pembawa sial, bar-bar dan apa ya….. kayaknya itu deh.” Giselle hanya tertawa santai saja. Sedangkan Noah tidak suka Giselle yang meredahkan diri seperti itu. “Jangan berpikir seperti itu—Nona. Anda harus percaya diri.” “Aku percaya diri dengan kecantikanku. Tapi selain itu—semuanya 0 %.” “Aku mendengar Nona lulusan kedokteran luar negeri. Nona pasti pintar.” Giselle bertepuk tangan. “Woaah—kau pasti mencari tahu tentangku. Kau ternyata teliti juga.” “Seperti itu.” “Mengenai

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 8

    “Benarkah? Sepertinya bukan karena Diet. Apa kau Stress akhir-akhir ini?” Giselle tersenyum. “Aku tidak punya alasan untuk Stress kak.” Mengambil lengan Jordan dan memeluknya lembut. “Aku punya Jordan yang selalu mendukungku. Aku hanya diet saja. Banyak pemotretan yang menuntutku harus terlihat tetap langsing.” “Oh… baguslah..” balas Xaviera. Seperti biasa, menantu keluarga Parvis memang selalu mencari celah untuk menyerang saudara iparnya sendiri. Kalau bukan Giselle ya Laura. Giselle berdiri. Ijin ke kamar mandi. Setelah berada di dalam toilet. Ia menatap pantulan dirinya sendiri. Sampai kapan terus berada di situasi kepura-puraan ini. Giselle lelah terus diatur layaknya boneka oleh Jordan. Menatap pantulan dirinya di depan cermin. Benar apa yang dikatakan Xaviera, badannya memang terlihat lebih kurus. Karena apa lagi? Stress, terlalu banyak pikiran. Giselle bahkan tidak bisa makan dengan benar saat bersama Jordan. Mengusap beberapa keringat di dahinya. Giselle kembali menyapuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 9

    “Tapi itu dulu—aku sudah tidak pernah melakukannya lagi. Jangan paksa aku—kali ini kau benar-benar keterlaluan!” Giselle berdiri dari duduknya. Berjalan ke arah pintu keluar Mansions—namun para pengawal dengan sigap menahannya. Mereka berjajar di depan Giselle dengan kompak. Giselle berdecih, membalikkan badannya. “Apa yang akan kudapat setelah aku melakukannya?” tanya Giselle lantang. Jordan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. “Apa yang kau inginkan? Uang? Aku akan mentransfermu setelah kau pulang.” “Aku ingin cerai.” Tiga kata yang sangat sakral namun sering diucapkan Giselle pada Jordan. Membuat Jordan marah—sudah menjadi kebiasaannya. Jordan mengepalkan tangannya. “Jangan bersikap seolah aku membutuhkanmu. Aku sudah membelimu. Kau tidak berhak meminta lepas dariku.” Mengambil langakh lebih dekat—Jordan menancapkan kukunya ke pergelangan tangan Giselle. “Pergi dan turuti saja perintahku. Aku akan membayarmu—jangan banyak omong dan semakin membuatku marah.” Merasakan peri

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 10

    “Aku baik, bagaimana denganmu, Selena?” sembari membalas pelukan selena.“Aku baik—tapi sebenarnya aku terpaksa mengikuti acara ini,” bisiknya pada Giselle. Giselle tertawa. Ia juga mengangguk pelan. “Me too.” Selena adalah anak dari seorang pengusaha yang katanya tahun ini akan mencalonkan sebagai Wali Kota. Jadi Selena seperti Giselle yang diajukan untuk memperkuat citra baik pada keluarganya. Mungkin sebagian dari relawan komunitas juga bertujuan sama. Tapi Giselle juga tidak menampik ada seseorang yang bergabung memang benar-benar ingin berkontribusi membangun masyarakat di pedesaan. Berjumlah 10, semuanya wanita. Ada tiga yang membawa bodyguard seperti Giselle. Untuk mencapai desa yang dimaksud—mereka menempuh perjalanan 3 jam dengan mobil, dilanjut 1 jam perjalanan menggunakan Motor. Setelah sampai, desa setempat menyambut mereka di sebuah balai desa. Mereka diberi arahan agar lebih mudah tinggal di desa selama satu minggu. Karena Desa yang masih terpencil dan letaknya di ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-14

Bab terbaru

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 196

    Sial sekali, pagi ini Ana harus terlambat karena ayahnya, Royce kesiangan bangun setelah menonton bola dini hari. Royce dan Helena sama saja, suka menonton sampai larut. Sampai-sampai paginya terlambat bangun. “Maaf ya. Dad kesiangan bangun.” Royce memberhentikan mobilnya di depan sekolah. “Pasti kamu dihukum. Tapi gak papa.” Royce mengecup puncak kepala anaknya. “Semangat ya dihukumnya.” “DAD!” teriak Ana yang sungguh kesal. Ia turun tanpa menyalami tangan orang tuanya itu. kemudian berjalan dengan gontai masuk ke sekolah. Maka benar saja. Ia harus dihukum karena terlambat. Untuk siang hari setelah istirahat, ia harus membersihkan lapangan basket yang luasnya melebihi stadion. Ana berjalan ke arah gudang, di sanalah ia mengambil peralatan kebersihan. Namun sayup-sayup saat ia masuk ke dalam gudang. Telinganya harus ternodai oleh suara menjijikkan. Ana membeku di tempatnya berdiri. ~~ “Untuk yang terakhir kali kelas 12 diijinkan untuk mengikuti perlombaan. Karena setelah in

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 195

    Extra capter Alvaro dewasa International Alexandra school adalah sekolah internasional yang terisi dengan anak-anak orang kaya. Orang tua murid yang berasal dari kaum berjois. Hingga terjadilah sistem kasta yang tidak terlihat namun bisa dirasakan. “Ana, kak Alvaro itu sangat tampan ya.” Raya menyenggol lengan Ana. Melihat seorang laki-laki yang menggunakan seragam basket itu memasuki koridor sekolah. Laki-laki yang menjadi incaran para perempuan. Alvaro Pradana, putra satu-satunya dan digadang-gadang menjadi penerus dari Devian group. Alvaro Pradana, pemuda yang saat ini menginjak kelas 12. Dengan pesonanya yang mampu meluluhkan seluruh hati perempuan yang ada di sekolah. Mendapat julukan si pemain. Pemain hati perempuan. Namun, ada satu perempuan yang ia hindari. Perempuan yang sedari dulu ia anggap sebagai adiknya. Alvaro bersikap baik dengan Ana. Ana tersenyum. Ia pun menyetujui jika Alvaro memang begitu tampan. “Iya aku setuju—" “Hai adik, minta permennya.” Alvaro

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 194

    “Ana sangat lucu, Mom.” Alvaro memandang seorang balita yang sedang merangkak. Balita perempuan yang menggemaskan. “Nanti kamu pacaran sama Ana saja ya.” Helena mengusap puncak kepala Alvaro. “Heh!” Irene menyenggol bahu Helena. “Mana ada, masih anak kecil tidak usah berpikir pacar-pacaran.” Alvaro memandang kedua orang yang sedang bertengkar itu sebentar. kemudian mendekati Ana yang sedang bermain dengan sebuah boneka. Alvaro menunduk—mengusap pipi Ana pelan. “Kamu suka bermain boneka?” Alvaro tersenyum. “Lihat-lihat saja.” Helena memandang dua anak yang sedang bermain. Tepatnya, Alvaro yang menjaga Ana. “Alvaro memang menantu idaman.” “Aduh..” Irene menggeleng. “Masih kecil disebut menantu. Helena memang gila.” Irene berdecak pelan. Setelah bermain seharian di rumah Helena, akhirnya Irene pulang juga. Alvaro berada di samping Irene. Sepertinya bocah itu sudah mengantuk tapi ternyata masih berusaha membuka mata. “Tidur saja, Al. Mom akan membangunkan kamu nanti.” Al

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 193

    Ia membawa barang-barang itu namun dari belakang ada beruang yang terus menempel di tubuhh kecilnya. Bahkan sampai masuk ke dalam kamar, Devain tidak melepaskan pelukannya pada istrinya. “Bagaimana dengan hot wife?” tanya Devian membalikkan tubuh Irene. “Aku tidak suka tubuh kamu dilihat orang lain.” “Tidak ada yang melihat.” Irene mendongak. “Lagipula malam-malam tidak akan ada yang melihat.” Devian berdecak. “Dress seperti ini hanya boleh digunakan di hadapanku. Tidak boleh digunakan di luar.” Mengangkat dagu Irene. Menatap kedua bola mata istrinya itu dengan bola matanya yang tajam. “Baiklah.” Irene mengangguk. “Besok aku akan ke rumah Helena, kamu..” Devian mengusap pinggang Irene. “Saat libur aku ikut. Lusa kan libur. Aku janji tidak akan mengurusi pekerjaan lagi.” “Tapi jika kamu masih mengurusi pekerjaan. Apa yang harus aku lakukan?” “Goda aku. Goda aku dengan tubuhmu yang seksi ini sayangku..” tangan Devian yang nakal sudah bergilya di belakang Dress Irene. “Be

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 192

    “Bisa.” Devian mengambil satu balon dan melepasnya ke udara. “Waah..” kagum Alvaro melihat balon yang berwarna kuning menyala itu di udara. “Tapi—” Devian menunjuk beberapa anak-anak yang bermain di sekitar mereka. “Apa kamu tidak ingin memberikan balon-balon ini pada mereka? Mungkin saja mereka juga ingin.” Alvaro menatap gerombolan anak-anak yang sedang bermain tidak jauh dari tempatnya berdiri. Alvari memandang anak-anak itu lebih lama, karena menurutnya sedikit berbeda dengannya. “Kenapa?” tanya Devian. “Kamu tidak ingin memberikan balon ini pada mereka?” Alvaro menggeleng pelan. “Tapi, kenapa beberapa dari mereka membawa makanan? Mereka berjualan? Ada yang membawa karung besar juga.” Devian mengangguk. “Mereka sedang bekerja. Sebagian dari mereka membantu orang tua mereka mencari uang dengan berjualan. Kamu ingin membantu mereka?” “Bagaimana caranya Dad?” Devian mengeluarkan dompetnya. “Sebentar.” Mengambil uangnya yang berwarna merah sebanyak 20 puluhan. “Setiap

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 191

    Beberapa bulan kemudian. “Akhh!!” Teriakan Irene yang terakhir kali. Disusul dengan tangisan seorang bayi. “Selamat bayinya berjenis kelamin laki-laki.” Dokter itu menggendong seorang bayi kecil yang baru saja keluar dari perut Irene. Devian menitikkan air mata. “Hai boy.” Menggendong bayinya dengan hati-hati. “Nama kamu Alvaro Pradana.” Devian tersenyum saling memandang dengan Irene. Tangan yang satunya lagi digunakan untuk mengusap puncak kepala istrinya. “Terima kasih sudah berjuang.” Alvaro Pradana, putra sulung dari pasangan Devian dan Irene. Seorang pengusaha yang sukses. Perusahaan yang memiliki beberapa cabang di luar negeri. Devian mengembangkan bisnisnya sampai ke luar negeri. 5 tahun berlalu, Alvaro tumbuh menjadi anak yang begitu cerdas. Setiap harinya selalu haus bertanya. Diusianya yang menginjak 4 tahun, bocah itu sudah memasuki sekolah. Berbaur dengan anak-anak lain tanpa kesulitan. Hal tersebut membuat Irene tidak berhentinya bangga. “MOM!” teriak Alvaro

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 190

    “Seorang wanita mencoba melakukan pembunuhan di rumah sakit. Hal itu didasari oleh cinta. Cinta pada seorang pria yang sudah beristri. Cintanya ditolak dan berusaha membunuh istri si pria.” Di layar televisi itu. ditayangkan sebuah kos-kosan kecil. “Wanita itu mengalami stress berat bertahun-tahun. Bisa dilihat dari rumahnya yang begitu kotor dan berserakan sampah. Saat ini polisi masih menyelidiki lebih lanjut kasus ini. namun, sudah dipastikan wanita itu mendapat hukuman penjara.” Klik! Layar dimatikan. Devian masih setia berada di samping istrinya. “Aku gagal lagi. Aku terlambat. Jika aku datang lebih cepat, dia tidak akan menyakiti kamu.” Devian menatap leher Irene yang sudah di olesi salep. Beberapa kali Devian mencium punggung tangan Irene. “Bagaimana Irene?” tanya Helena yang baru saja datang. “Maaf, maaf aku tidak bisa datang lebih cepat.” Devian menghela nafas. “Jalang itu memiliki cara untuk menyakiti Irene.” Helena mengusap punggung tangan Irene. Kedua matanya

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 189

    “Bye Mom Dad!” Irene menyalami Giselle. Membiarkan mertuanya itu pergi. Setelah kepergian mertuanya, Irene menjadi sendirian dan merasa kesepian. Ia mengambil bungkusan yang berada di atas nakas. katanya sebuah kue buatan Giselle. tapi Irene tidak langsung memakannya. Ia masih takut dan trauma dengan apa yang terjadi. Ia menghela nafas dan berjalan ke arah jendela. menatap pemandangan sebuah taman kecil yang terisi oleh anak kecil. Irene tersenyum. tangannya mengusap perutnya sendiri. “Nanti bermain di taman juga, bersama Mom dan Dad. Sehat-sehat di perut Mom ya.” Irene senang berbicara dengan anaknya. “Permisi, ibu Irene..” panggil seorang suster. Irene menoleh ke belakang. Ia langsung memutar badannya dan mendekat ke arah ranjang. namun ia sudah disuntik beberapa menit yang lalu. Ia mendongak. “Siapa kau?!” Suster itu tersenyum dan membuka maskernya. “Aku akan membunuhmu.” Tangannya mencengkram tangan Irene. Suntik yang hendak disuntikkan itu entah berisi apa. Irene me

  • Selingkuhan Nyonya Muda Bukan Bodyguard Biasa   Chapter 188

    “Sayang aku bekerja dulu. Oh ya Mom dan Dad akan ke sini. Aku juga sudah meminta Helena untuk ke sini menemani kamu saat Mom dan Dad pulang.” Devian mengecup dahi Irene pelan. “Oh ya untuk malam hari nanti, aku akan menyuruh beberapa bodyguard berjaga di luar ruangan.” “Tapi—” ucapan Irene terpotong karena Devian yang mengecup bibirnya. “Sudah tidak ada tapi-tapi. Ini demi keselamatan kamu, keselamatan bayi kita.” Devian menunduk. mengecup perut Irene. “Daddy berangkat dulu. Jaga Mommy ya.” Irene memandang kepergian Devian. Ia mengambil ponsel. Menghubungi temannya yang katanya akan menjenguknya [Sebentar ya Irene, aku akan ke sana siang saja. Aku masih bersama Royce. Nanti aku akan ke sana.] Irene melotot. [Pagi-pagi masih bersama Royce. Kalian sedang membuat bayi kan?] [Hehehe Iya!] Helena di kamarnya membalas pesan dari Irene. Ia tertawa pelan dengan pertanyaan Irene. Tapi tebakan temannya itu memang benar. Ia smpai tertawa sendiri. “Siap babe.” Royce memeluk Helena dar

DMCA.com Protection Status