Home / Romansa / Selingkuh di Dunia Maya / 7. Penagih Hutang

Share

7. Penagih Hutang

Author: Sooya
last update Last Updated: 2022-02-26 17:16:18

“Maaf Pak, Anda harus menghadiri rapat.”

Seorang wanita masuk setelah mengetuk pintu beberapa kali dan memberikan sebuah berkas pada atasannya. Atasannya menatap layar komputer dan kembali menatap jam tangannya beberapa kali.

Ia memutuskan untuk mematikan microphone yang masih menyala dan menatap wanita yang merupakan Sekretaris pribadinya. “Beri aku waktu sepuluh menit,” ucapnya.

“Baik,” ucap wanita yang memiliki nama Kim Dami.

Pria itu kembali menyalakan microphone dan menatap seorang wanita yang tengah menangis di layar komputernya. Ia ingin berbicara, hanya saja dirinya takut wanita itu justru semakin menangis.

“Maafkan aku Hajoon,” ucap wanita yang berada di seberang panggilan videonya.

“Tidak apa-apa.” Hajoon tersenyum pada wanita di dalam layar yang bukan lain adalah Weni. Seorang wanita yang ia kenal dari sebuah aplikasi dan kini mulai mengisi hari-harinya.

“Aku ....”

“Sesekali melepas bebanmu dengan menangis tak masalah, tapi menangislah hanya di hadapanku.” Hajoon memperingatkan Weni yang terlihat cukup terkejut dengan kata-katanya. “Apa kamu mengerti?” tegasnya.

Weni mengangguk menyanggupi apa yang diminta dirinya dan itu membuat senyuman tipis terukir di wajahnya. “Apa sekarang kamu sudah tenang?” tanyanya kembali.

“iya,” jawab Weni seraya mengangguk.

“Ada hal yang ingin aku tanyakan kembali, tapi aku harus rapat. Aku akan menghubungimu nanti, apa suamimu di rumah?”

“Tidak, kemungkinan Mas Haris akan pulang dengan Rena sedikit malam.” Weni selalu jujur mengatakan semua kondisi rumahnya dan itu sedikit membuat Hajoon senang.

“Baiklah, sekarang kamu istirahat. Aku akan meneleponmu lagi nanti,” ucap Hajoon seraya tersenyum.

Weni pun ikut tersenyum, setelah beberapa kali menghapus air mata yang terus saja mengalir beberapa kali di sudut matanya meski sudah tidak menangis. “Selamat bekerja, terima kasih.”

“Iya,” balas Hajoon dan mengakhiri panggilan videonya. Ia kini merebahkan tubuh di kursi empuknya, menatap langit-langit kantornya.

Belum sempat ia memejamkan mata untuk menetralkan perasaannya, Kim Dami sudah masuk untuk mengingatkan jadwal rapatnya. Ia pun segera pergi dan melupakan semuanya untuk sejenak.

**

Weni yang tengah tertidur di kasur menatap langit-langit kamarnya, ia memeluk gulingnya dan terus memikirkan akan senyuman pria yang baru saja menghubunginya itu. Senyuman tipisnya selalu membuat Weni berdebar.

Ia merasa benar-benar beruntung bertemu Hajoon. Bukan hanya tampan, tapi Hajoon juga membuatnya memiliki sebuah penghasilan yang tetap. Hatinya juga sangat terhibur akan kehadirannya, di tengah penat hidupnya.

“Apa aku boleh seperti ini?” gumam Weni menimbang dari segala aspek.

Weni masih sangat merasa bersalah akan tindakannya, tapi di satu sisi ia benar-benar atau sangat membutuhkan Hajoon. Rasanya kalau tidak ada Hajoon mungkin dirinya sudah tidak kuat menanggung segalanya.

Tok tok tok!

Sebuah ketukan pintu membuyarkan lamunan Weni, ia pun segera beranjak dari tidurnya dan pergi menuju pintu depan. Saat di buka berdiri seorang pria yang tak di kenalnya dengan wajah yang cukup menakutkan.

“Ada apa ya, Pak?” tanya Weni.

“Maaf Bu, tadi saya ke rumah Ibu Ratnasari untuk menagih uang cicilan motor yang sudah menunggak lima bulan. Tapi kata beliau, saya di suruh minta ke rumah ini. Anda Ibu Weni bukan?” jelas Pria itu dengan sebuah surat di tangannya.

Weni terkejut bukan main, pasalnya motor yang di maksud katanya selalu di bayarkan Haris tiap bulannya. Bagaimana bisa menunggak, bahkan sampai 5 bulan lamanya.

Dengan berat hati Weni mengambil kertas yang di pegang oleh pria tersebut dan membaca isi di dalamnya. Benar saja, motor tersebut belum di bayarkan selama 5 bulan.

“Boleh saya menelepon sebentar?” pinta Weni yang diterima oleh pria tersebut.

Weni dengan buru-buru masuk ke dalam kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia segera menelepon Haris sebelum dirinya menelepon Ratna, Ibu dari Haris.

“Mas, maaf mengganggu.” Weni langsung bicara begitu panggilannya tersambung.

‘Ada apa?’ tanya Haris dengan nada dinginnya.

“Mas, bukannya kamu tiap bulan sudah membayar uang motor milik Ibu?” Weni bertanya langsung.

‘Iya, memang kenapa?’

“Ada yang datang menagih motor, lima bulan.” Weni mencoba menahan kekesalannya.

‘Oh, tadi Ibu sudah telepon. Kemarin uangnya buat arisan.’ Haris menjelaskan pada Weni dengan santainya. ‘Kamu masih ada uang kan? Bayarkan saja dulu,' lanjutnya.

“Uang aku sudah aku kasih kamu Mas, aku tidak ada uang lagi.”

‘Pelit banget kamu, pokoknya urus semua. Aku ada pekerjaan,' tutup Haris tanpa mau mendengar penjelasan Weni kembali.

Weni terdiam, tak bisa percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Bagaimana bisa Haris melimpahkan semua padanya.

Dengan berat hati ia kembali menemui pria yang tengah menunggu kabar darinya itu. Weni menyerahkan uang yang tersisa untuk diberikan pada pria itu.

“Saya hanya punya ini Pak, bisa saya bayar sisanya bulan depan?” melas Weni.

“Bukannya saya tidak mau bantu, tapi saya juga bingung Bu. Saya harus menyetor ke kantor,” ucap pria tersebut.

Beberapa orang sudah melihat ke arah rumah Weni, seakan tengah menonton film. Mereka berdiskusi sambil berbisik, sesekali menunjuk ke arah Weni.

“Mbak, ini uang yang Mila pinjam. Mila lupa untuk mengembalikannya kemarin,” seru Mila yang tiba-tiba sudah berada di samping Weni.

Weni yang merasa Mila tak pernah hutang padanya atau meminjam uangnya, menatap Mila tak mengerti. Namun hanya dengan kedipan mata Mila, Weni mengerti akan maksud Mila.

“Terima kasih ya Mil,” ucap Weni.

Weni kembali memberikan sisa uang yang kurang pada pria yang sejak tadi menatap dirinya dan Mila. Setelah selesai, pria itu pergi dan mengatakan ‘Maaf’ dan ‘Terima kasih’.

Beberapa kerumunan di dekat rumah Weni pun berangsur menghilang, meninggalkan Weni dan Mila berdua.

“Mil, maaf ya. Nanti kalau Mbak sudah ada uang, Mbak ganti.”

Weni segera meminta maaf pada Mila karena ia tak tahu lagi harus menghadapinya bagaimana. Mila mengangguk dan mendorong tubuh Weni untuk masuk ke dalam rumah.

“Itu uang memang untuk Mbak, Ibu yang minta. Kan aku selalu minta tolong mengerjakan tugas sama Mbak, jadi tidak usah dipikirkan.”

“Aku ....”

“Sudah, tidak perlu diganti Mbak. Ibu sendiri kan yang mau,” ucap Mila seraya tersenyum.

“Terima kasih ya, nanti Mbak datang ke rumah.” Weni akhirnya menyerah karena keluarga Mila memang seperti itu, tidak suka penolakan. “Kamu mau belajar?” tanya Weni.

Mila menggeleng kuat, ia duduk di sofa ruang depan. “Rena mana Mbak?” tanyanya melihat sekeliling ruangan yang sepi.

“Rena sedang di rumah Kayla.” Weni berjalan ke dapur dan membawa satu botol minuman dingin milik Rena. “Minumlah,” suguh Weni.

“Terima kasih, Mbak.”

Mila mengambil air tersebut dan meminumnya, rasa segar mengalir di kerongkongannya. “Ah, Aku lupa. Mila mau pergi sama teman-teman, terima kasih airnya Mbak.”

Mila beranjak dari duduknya dan berlari meninggalkan Weni begitu saja, Weni hanya menggeleng melihat tingkah Mila. Ia sudah terbiasa dengan kebiasaan Mila, jadi dirinya hanya bisa tersenyum.

Weni memutuskan menutup pintu dan menguncinya, berjalan ke kamar dan memeriksa ponselnya. Satu pesan di terimanya, tapi pesan itu cukup membuatnya sakit.

[Ternyata kamu masih punya uang?]

Pesan dari Haris, hanya bisa di abaikan olehnya. Namun satu pesan lainnya, tak bisa di abaikan olehnya.

[Kamu selama ini menyimpan uang, tanpa sepengetahuan Haris? Istri macam apa kamu.]

Pesan kedua dari Ibu Haris, membuatnya kesal. Baru pertama ia mendapatkan uang, itu pun dari Hajoon. Tapi mereka seenaknya bilang uang itu adalah milik Haris.

‘Maaf Bu, itu uang saya bekerja lewat Online.’

Weni mengirim pesan pada mertuanya, tak lama balasan kembali datang.

[Pembohong!]

Weni hanya bisa menghela napas dan mengabaikan pesan tersebut, moodnya benar-benar hilang. Ia merebahkan tubuhnya di kasur, meratapi segalanya yang terjadi.

Rasa sakit di sudut bibirnya karena Haris semalam belum hilang, sudah datang rasa sakit lainnya. Andai keluarganya bisa menjadi tempat dirinya mengadu, tapi nyatanya keluarganya sendiri lebih membencinya daripada keluarga Haris.

“Lebih baik menyibukkan diri,” gumam Weni beranjak dari tidurnya.

Ia memilih memakai waktunya untuk merapikan rumah dan menyelesaikan segala tugas rumah tangganya. Terkadang saat Rena di bawa oleh Kayla, di situ adalah waktu yang tepat merapikan segalanya dibandingkan beristirahat.

Tok tok tok!

Weni yang tengah merapikan rumah terkejut, waswas dengan ketukan pintu di rumahnya. Ia perlahan membuka pintu dan kembali khawatir saat melihat pria asing berdiri di depan rumahnya.

***

Related chapters

  • Selingkuh di Dunia Maya   8. Sekotak Hadiah

    Weni membuka pintu dan kembali menemukan seorang pria tengah berdiri di hadapannya. “Maaf Anda siapa?” tanyanya.“Ini benar rumah Ibu Anggara?” tanya pria itu, sementara Weni hanya bisa mengangguk. “Ini ada kiriman paket,” ucapnya seraya mengambil sesuatu dari dalam mobil yang terparkir di depan.Weni terdiam sejenak, ia merasa tidak pernah membeli barang. “Maaf, tapi saya tidak pernah membeli barang Online. Apa Mas tidak salah rumah?” tanya Weni sebelum menerima sebuah paper bag yang cukup besar.“Anda bisa melihat nama pengirimnya karena saya di pesan untuk tidak boleh menyebutnya.” Pria itu memberi paper bag tersebut pada Weni.Weni hanya bisa menerimanya dan melihat nama pengirim, yang di maksudnya oleh kurir tersebut. Betapa terkejutnya Weni saat nama Park Hajoon tertera di kertas tersebut.“Benar, ini milik I

    Last Updated : 2022-02-27
  • Selingkuh di Dunia Maya   9. Acara Keluarga Weni

    Hari ini, seorang wanita tengah sibuk dengan pekerjaan tambahan yang diberikan. Semua karena keluarganya hari ini tengah mengadakan acara untuk menyambut pengiriman Anak pertama di keluarganya sebagai perawat di Australia.“Bangga banget punya anak kaya Helen,” ucap seorang wanita paruh baya pada wanita yang merupakan tuan rumah acara.Helen Anggara sendiri adalah Anak pertama yang akan menjadi Perawat di Australia. Anak yang selalu menjadi kebanggaan keluarganya yang notabene nya adalah keluarga Pegawai Negeri Sipil.“Anak kamu juga hebat, sudah jadi Karyawan tetap di Bank.” Ibu dari Helen kembali memuji temannya itu.Tak lama mereka pun saling tertawa, setelah memuji anak pertama mereka yang sukses. Tanpa melihat sedikit pada wanita yang tengah membantu di dapur, yang merupakan anak kedua dari tuan rumah.“Weni, sapa Ibu Dian.”

    Last Updated : 2022-03-03
  • Selingkuh di Dunia Maya   10. Pembelaan

    “Jaga ucapan kalian!” Ghana berdiri di hadapan kedua orang yang sejak tadi asyik membicarakan Bianca maupun Weni. Hal itu mampu menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan, tanpa terkecuali sang tuan rumah. “Apa pantas wanita terhormat dan berkelas membicarakan seseorang sampai seperti itu?” ucap Ghana kembali penuh penekanan. Bianca dengan segera menghampiri Ghana, mencoba menahan Ghana yang tengah meluapkan kekesalannya. Bianca sangat tahu bagaimana bila Ghana sampai benar-benar marah. “Maafkan kami, kami hanya ....” “Ghana, mereka tidak bermaksud mengatakan hal itu.” Helen segera memotong pembicaraan salah satu wanita dan mendekati Ghana, mencoba menetralkan keadaan. “Maafkan mereka,” bisik Helen dengan sedikit memohon. “Iya, katanya kamu ingin bermain sama Rena. Ayo,” ajak Bianca segera membawa Ghana mendekat pada Weni yang tengah terdia

    Last Updated : 2022-03-05
  • Selingkuh di Dunia Maya   11. Tidak Dianggap

    Makan telah usai, tapi Weni dan juga Bianca tak juga kunjung membuka pembicaraan. Mereka hanya sibuk makan dan berkutat dengan pikiran mereka sendiri, hingga tanpa sadar mereka sudah menyelesaikan makanan mereka.“Terima kasih banyak, Bia.” Weni merapikan bungkusan makanannya dan menjadikan satu di dalam plastik sampah.“Sama-sama, ini bukan hal yang patut mendapatkan ucapan terima kasih.”Bianca tersenyum dan ikut melakukan hal yang sama seperti Weni, kebisuan kembali terjadi di antara mereka. Hingga akhirnya kebisuan mereka terisikan oleh tawa Rena dan Ghana yang baru saja datang.“Mama!” seru Rena saat pintu mobil di buka oleh Weni.Rena melepaskan pegangan tangannya dari Ghana dan berlari sekuat mungkin menuju tempat Weni berdiri. Dengan sigap Weni merentangkan tangannya dan menyambut pelukan Rena, Ghana dan Bianca yang melihatnya tersenyum

    Last Updated : 2022-03-10
  • Selingkuh di Dunia Maya   12. Kehadirannya

    [Apa harimu menyenangkan?][Kenapa tadi kamu langsung memutus, sambungan video?][Kabari aku, bila kamu sudah selesai.][Jangan lupa untuk makan dan istirahat.]Weni tengah membaca semua pesan yang baru sempat ia baca, setelah kemarin dirinya sangat lelah dan langsung tertidur begitu sampai rumah. Beruntung Haris tidak membuat ulah, ia juga langsung pulang begitu sampai.Jadi Weni punya waktu untuk beristirahat dan baru bangun awal pagi, sebelum matahari terbit. Sekarang pun pekerjaannya sudah selesai, hingga dirinya memiliki waktu untuk sendiri setelah Haris berangkat kerja.Sementara anak semata wayangnya yang biasanya sudah bangun, untuk hari ini tertidur pulas. Hal itu biasa terjadi pada Rena, bila mereka bepergian jauh atau pergi ke acara yang memakan cukup waktu dan tenaga.Jadi Weni membiarkan anaknya untuk tidur cukup lama dan mem

    Last Updated : 2022-03-12
  • Selingkuh di Dunia Maya   13. Pengalihan

    “Kalian, apa yang kalian lakukan?” tanya Weni setlah berdiri tepat di hadapan keduanya.“Kamu kenapa?” tanya Haris dengan tatapan yang sudah tidak enak.Aurel yang melihat keadaan itu segera menjaga jarak dengan Haris, ia juga menjauh dari pintu kamar. “Aku bisa tidur di luar,” ucapnya dengan segera.“Bagaimana bisa aku membiarkanmu tidur di sofa?” Haris menatap Aurel dengan sedikit penekanan. “Kamu tidur dengan Weni, sementara aku tidur dengan Rena, Bukankah itu benar?” ucap Haris dengan tatapan yang sedikit mengintimidasi Weni.Weni yang baru sadar akan perbuatannya, segera mendekati Aurel dan membawanya masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Haris seorang diri di luar kamar.“Maaf, aku hanya sedang memikirkan hal lain.” Weni mempersilahkan Aurel duduk di kasurnya. “Aku ....”&l

    Last Updated : 2022-03-13
  • Selingkuh di Dunia Maya   14. Sendiri

    Pagi menjelang, kesibukan mulai terjadi di kediaman Weni dan juga Haris. Hal yang sama juga terjadi di kediaman keluarga Haris, semua sibuk menyiapkan segalanya.Hari ini mereka akan pergi jalan-jalan tanpa Weni. Ya, tanpa Weni. Meski seperti itu, Weni tetap membantu segala persiapan karena Rena pun ikut bersama mereka.Aurel yang berada di rumah Weni pun berkali-kali meminta maaf atas apa yang terjadi, bahwa keluarga dari Aurel-lah yang tak menginginkan dirinya ikut pergi bersama mereka. Weni pun beberapa kali mengatakan segalanya tak apa.Meski sebenarnya ia merasa hancur, tersingkirkan, dan merasa tidak dihargai oleh semua orang. Dirinya mencoba untuk tetap menerima semua itu dengan lapang dada, beruntung Haris masih mengingat Rena untuk ikut bersama mereka.“Semua keperluan Rena sudah siap,” ucap Weni dengan memberikan dua tas keperluan Rena pada Aurel.Aurel mene

    Last Updated : 2022-03-19
  • Selingkuh di Dunia Maya   15. Lukisan Pertama

    Weni menatap gambar di atas kanvas yang masih basah karena cat, ia terus menatapnya hingga tak berkedip. Rasa puas entah mengapa memenuhi hatinya, hasil dari tangannya kembali tidak mengecewakan seperti dahulu.Bakat yang selama ini dibunuh oleh keluarganya sendiri, terpampang di hadapannya dengan sebuah harapan dari orang yang bahkan belum pernah bertemu secara langsung.Weni kini tidak merasakan penyesalan apa pun, atas dirinya yang berhubungan diam-diam di belakang Suaminya. Dia hanya menganggap bersama Hajoon adalah sebuah pelarian untuknya, ya hanya pelarian dan tak lebih.“Sekarang aku akan menelepon Hajoon,” gumam Weni seraya mengambil ponselnya yang sejak tadi menampilkan foto Hajoon.Panggilan tersambung di nada pertama, sebelum nada kedua berbunyi panggilan sudah tersambung. Namun kali ini pria di layar ponselnya, berada di tempat yang berbeda dan sedikit gelap di sana.&

    Last Updated : 2022-03-23

Latest chapter

  • Selingkuh di Dunia Maya   71. Tamu Tak di Undang

    Weni terbangun dengan cukup kaget, mengingat kamar yang semula terlihat gelap kini sangat terang. Tangannya segera meraba nakas, mencari keberadaan ponselnya untuk mengetahui jam berapa sekarang.Namun tak lama pergerakannya tertahan, ada tangan besar yang kini menariknya untuk kembali tidur. Bahkan tangan itu kini memeluknya erat dengan balutan selimut tebal.“Kamu tidak bekerja?” tanya Weni menyerah saat tubuh hangat sang pemilik tangan kini bisa ia rasakan.“Aku ambil cuti hari ini.”“Bukannya kamu sedang banyak pekerjaan?” Weni melepaskan pelukan sang pria, membalik tubuhnya dan menatap pria yang selalu membuatnya terpesona itu. “Aku Ngga mau kamu sering mengabaikan pekerjaan karena aku,” tutur Weni memegang wajah tampan kekasihnya, Hajoon.Hajoon tersenyum, ia menghilang di dekapan Weni. Menghirup wangi tubuh Weni yang tembus oleh selimut tebal yang melilit tubuh kecil wanitanya. Rasanya sudah la

  • Selingkuh di Dunia Maya   70. Sebuah Kebenaran

    Weni menatap ruangan yang cukup sepi saat siang hari, Rena tengah tertidur siang dan ia baru saja menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Tak banyak yang dilakukan di kediaman Hajoon karena ada seorang Wanita paruh baya yang membantunya pada pagi hari dan ia akan menyelesaikannya sisanya.Bahkan kegiatan berbenah sangat mudah karena ada alat-alat yang cukup canggih untuk membersihkan rumah. Weni cukup sedikit kesulitan pada awal pengoperasian alat-alat canggih itu, beruntung Wanita paruh baya yang Bernama Bibi Jang sangat membantunya, meski mereka berbicara dengan Bahasa Korea yang minim.“Apa yang harus aku lakukan lagi?” gumam Weni menyalakan Televisi di hadapannya.Beruntung saluran TV tidak hanya berbahasa Korea, banyak penayangan film luar dan acara-acara yang berbahasa Inggris. Weni sedikit terhibur, hanya saja tetap ada rasa bosan tersendiri untuknya.Hal itu terus berulang sampai tak terasa sudah seminggu lamanya ia berada di negeri orang. Hal yang sangat menghibur bagi Weni ada

  • Selingkuh di Dunia Maya   69. Dunia Hajoon

    Weni menatap wanita bak bidadari tepat di hadapannya, wanita dengan wajah yang kecil dan cantik. Kulit putih bersih, bibir yang tipis, rambut sebahu yang indah terurai.Bahkan saat wanita itu mendekat wangi lembut semerbak mengisi indra penciuman Weni. Semua kepercayaan diri Weni hancur luluh lantah tepat di saat wanita itu duduk di dekatnya.“Maaf membuatmu terkejut akan kehadiranku,” ucap Yerim untuk membuka pembicaraan di antara mereka.Weni tak menjawab, ia bingung, kesal, marah, rendah hati, dan merasa minder. Semua perasaan itu akan meledak, andai Weni membuka mulutnya. Ia menahan segalanya, berharap masih bisa mempertahankan harga dirinya.Weni sepenuhnya tahu bahwa dirinyalah yang salah, ia yang berselingkuh. Weni bisa merasakan posisi Yerim, karena belum lama itu adalah posisinya.“Aku dan Hajoon bertunangan bukan karena cinta.” Yerim cukup fasih dengan bahas Inggris, jadi Weni bisa mengerti ucapannya. “Kami bertunangan karena aku sakit, Hajoon menerimanya begitu saja. Tapi s

  • Selingkuh di Dunia Maya   68. Hari Pertama

    Weni menatap langit yang berbeda dari langit yang biasa menemani hidupnya selama ini. Udara yang cukup dingin menerpa wajahnya, memberikan kesejukan yang berbeda.“Mamah, ini dimana?”Weni berjongkok dan memakaikan syal pada leher Rena agar anak semata wayangnya itu tak sakit dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba. “Kita sedang berada di negara yang Bernama Korea Selatan,” jawab Weni.“Apa?”Rena menatap tak mengerti, ia bahkan sedikit mengernyitkan keningnya karena tak mengerti. Namun belum sempat Weni kembali menjelaskan, tangan besar nan kokoh sudah mengambil alih Rena darinya dan menggendong tubuh kecil Rena dengan erat.“Rena sekarang ada di tempat Om dilahirkan.” Hajoon menjelaskan dengan singkat dan di terima dengan cepat oleh Rena. “Apa Rena senang berada di tempat kelahiran Om?” tanya Hajoon dengan membawa Rena dan Weni ke sebuah mobil yang terparkir.Mereka masuk ke dalam mobil yang cukup bagus, bahkan saat masuk ke dalamnya Weni bisa merasakan kemewahan mobil itu. Bahkan so

  • Selingkuh di Dunia Maya   67. Keputusan

    Weni menghembuskan napasnya dalam, melangkahkan kakinya dengan pasti. Setelah ia keluar dari gedung tempatnya berada, kehidupan dan status baru kini di sandangnya.‘Janda’Ya, kini statusnya berubah dari seorang ‘Istri’ menjadi seseorang ‘janda’. Wanita yang telah bercerai dengan suaminya secara sah.Pengadilan memutuskan menerima gugatannya, begitu juga hak asuh sepenuhnya menjadi miliknya. Weni cukup merasa puas, meski ada rasa yang sedikit tertinggal kala semua diputuskan.Wajah Haris yang ia pikir akan sedikit menyesal, justru menunjukkan rasa senangnya. Bahkan salam perpisahan dengan menjabat tangan dilakukannya dengan senang hati.“Sudah selesai?”Suara berat yang kini lebih banyak menyita pikirannya, sukses membuat Weni terkejut. Bahkan ia terlihat seperti baru saja bertemu hantu.Pria tinggi nan tampan dengan gagahnya berdiri di hadapan Weni, ia seakan menanti kehadiran Weni sejak tadi. Bahkan wajah sang pria seakan menunggu kepastian yang sudah beberapa bulan ini di t

  • Selingkuh di Dunia Maya   66. Sebuah Pilihan

    Weni yang tak menau isi perjanjian ikut terkejut. Matanya kini teralihkan menatap pengacara wanita di sampingnya, dirinya juga butuh penjelasan.“Setelah bercerai, semua hubungan akan terputus baik dengan Istri atau Anak.” Pengacara itu berbicara dengan tegas, Weni dan Haris menatap dengan penuh penolakan. “Hal ini dimaksudkan agar tidak ada ancaman yang akan merugikan pihak mana pun.”“Wah, aku tidak tahu kalau kamu segila ini.” Haris menatap Weni dengan rendah. “Kamu dengan teganya memisahkan seorang Anak dan Ayah,” sindir Haris.“Aku ....” Weni merasa bersalah.“Baiklah, lagi pula ini semua menguntungkanku. Aku juga bisa memiliki anak lainnya dari kekasihku.” Dengan yakin Haris menandatangani surat itu, yang membuat kekecewaan besar pada hati Weni. “Ini, aku kembalikan.”Haris mengeluarkan ponsel di sakunya dan menaruh di meja, ponsel yang ia ambil untuk bisa menghubungi Hajoon. “Urus semua hingga tuntas, aku tidak mau mengeluarkan sedikit pun uang.”“Kamu benar-benar menerima uan

  • Selingkuh di Dunia Maya   65. Dihargai dan diperhatikan

    Weni terbangun dengan pantulan cahaya yang cukup terang menembus kelopak matanya yang tertutup, membuat tidur nyenyak terusik. Dengan malas ia membuka mata, tubuhnya terasa tak nyaman. Rasanya ia menghabiskan seluruh tenaganya semalam.Memikirkan apa yang semalam terjadi, Weni dengan segera membuka matanya. Ia terkejut mendapati tubuhnya hanya tertutup selembar selimut tebal. Tubuhnya kini tanpa busana, ingatan akan semalam terpampang jelas di pikirannya.Semalam adalah malam terpanas untuknya, setelah sekian lama ia merasakan kenikmatan yang tak pernah di rasakannya selama berumah tangga dengan Haris. Ia tak tahu bahwa melakukannya bisa membuatmu mabuk kepayang.“Sedang memikirkan apa?” bisikan lembut tepat di sampingnya membuat Weni terkejut dan menarik selimutnya.“Ha-Hajoon ....”Pria dengan wajah tampan itu segera membuat jantung Weni tak karuan. Terlebih saat Hajoon tersenyum manis dan mencubit pipi Weni lembut.“Apa semalam aku terlalu berlebihan? Kamu sampai pingsan da

  • Selingkuh di Dunia Maya   64. Saling Terbuka

    “Weni Anggara, menikahlah denganku.”Hajoon kembali melontarkan ajakannya pada Weni yang sejak tadi terdiam dan tak kunjung merespons ucapannya. Weni terlihat terkejut, hanya saja matanya berkata lain. Mata seorang Wanita yang tengah bahagia karena apa yang dinantikannya kini menjadi kenyataan.“Apa aku masih kurang baik untukmu? Katakan apa yang membuatmu ragu menjawab ajakanku?” tanya Hajoon mencoba membuat Weni yakin akan dirinya.Weni yang ditanya hanya terdiam, ia merasa ini adalah kesempatan untuknya untuk memantapkan diri. Ia juga sangat penasaran pria seperti apa sebenarnya Park Hajoon yang selama ini ia kenal, masih banyak yang tak ia ketahui tentang pria di hadapannya.“Aku belum tahu banyak tentangmu, itu yang membuatku ragu.” Weni berbicara dengan mantap, terlihat Hajoon tak memperlihatkan keterkejutan akan pernyataannya.Hajoon memegang kembali pipi Weni dan tersenyum lembut. “Tanyakan apa pun yang ingin kamu ketahui untuk aku bisa bersamamu?”Deg! Pertanyaan itu

  • Selingkuh di Dunia Maya   63. Tangis Bahagia

    Hari demi hari berganti, Weni suah berada di rumah barunya selama 3 hari bersama Rena. Rena tidak rewel sedikit pun, ia justru menikmati fasilitas yang di dapatkannya dari Hajoon.Bahkan tanpa dipungkiri Weni juga ikut merasakan itu, ia cukup bebas dan nyaman. Dirinya tak perlu tertekan dengan Haris ataupun keluarganya, Weni menikmati kegiatannya sebagai seorang wanita dengan penuh kedamaian.Weni tak tahu apa yang terjadi di luar sana, terlebih tentang apa yang akan terjadi antara Haris dan Hajoon. Dirinya hanya mengandalkan kabar dari Mila, tapi yang di tunggu tak juga mengabarinya.Ia akhirnya mengikuti apa yang diperintahkan Hajoon, untuk tetap di rumah dan mengikuti semua arahan yang diberikannya. Karena hanya itu yang bisa ia lakukan.“Mamah, Rena mau makan.” Rena menarik baju Weni yang kini tengah menikmati secangkir teh di sofa yang nyaman. Bukankah itu terlihat elegan, ia bahkan tak pernah berpikir meminum teh di ruang tengah dengan menonton televisi akan senyaman ini.“Rena

DMCA.com Protection Status