Selingkuh dengan Jin
Part_3
Ragu, aku mencoba menyapa pria yang semakin mendekat itu. Jantungku berdegup kencang.
"Mas?"
Hening.
Dia tidak menjawab, hanya melangkah semakin mendekat. Aku menelan salivaku. Terasa sangat sulit. Entah mengapa ketakutan mulai menggerayangiku. Aku bangun dan beringsut mundur, duduk menempel pada kepala ranjang. Menekuk, memeluk kedua lutut dengan tangan. Keringat dingin terasa mulai membasahi dahiku. Pria itu semakin dekat dan tanpa kusadari ia telah berada di hadapanku.
"Jangan takut, Rita! Aku tidak akan menyakitimu," ucapnya seraya membelai lembut rambutku. Ada rasa aneh yang ditimbulkan oleh perlakuannya. Rasa nyaman campur ketakutan.
"Tolong, jangan ganggu aku!" Kuucapkan kalimat itu dengan suara yang bergetar. Air mataku luruh membasahi pipi.
"Aku datang karena permintaanmu, Sayang."
"Ti — tidak! Aku tidak memintamu datang. Aku tidak pernah memintamu dataaang!" Aku semakin menekuk lututku dan menutup kedua telinga serta memejamkan mataku rapat.
"Bukankah kamu yang memintanya kemarin?" tanyanya seolah mengintimidasi.
"Tidak! Pergi ... pergii!" Aku berteriak. Lalu menarik selimut untuk menutupi diri. Menghindar dari sosok yang menyerupai suamiku.
Lantas, kurasakan seseorang mengguncang tubuhku. Ketika membuka mata, Mas Satya tampak di hadapanku. Memandangku dengan sangat cemas.
"Kamu kenapa, Rita?" tanyanya.
"Ng — nggak papa, kok, Mas." Aku berbohong.
"Tapi saat tidur tadi kamu teriak-teriak. Kan udah Mas bilang, jangan tidur dulu, Rita! Ini mau maghrib, pamali!" Mas Satya tampak menasihatiku dengan serius.
"Tapi, aku gak tidur kok, Mas," kilahku.
"Nggak tidur gimana? Pas Mas dateng kamu lagi teriak-teriak gitu, kok," jelas Mas Satya.
Bagaimana mungkin? Sepertinya tadi aku tak jadi tertidur karena kedatangan pria yang mengaku jin itu. Apakah aku bermimpi?
Adzan Maghrib berkumandang, Mas Satya mengajakku untuk salat berjamaah. Namun, aku menolak dengan alasan kepala yang masih terlalu berat. Entah kenapa juga akhir-akhir ini aku jarang melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim. Saat hendak menunaikannya seperti ada rasa malas melanda secara tiba-tiba.
"Ya udah, kamu istriahat aja. Mas ke masjid dulu kalau gitu." Mas Satya berlalu, meninggalkanku sendirian lagi di rumah yang entah mengapa menjadi terasa menyeramkan.
Rasa haus yang hebat tiba-tiba saja datang. Membuatku harus beranjak ke dapur untuk mengambil minum. Rumah tampak lengang, hal yang biasa karena memang kami belum memiliki anak. Ah, anak. Entah kapan kami dipercayakan untuk memilikinya.
Setelah minum, kuputuskan untuk menyalakan televisi. Mencoba mengusir rasa bosan karena Mas Satya yang belum juga pulang. Satu demi satu saluran kuganti karena bosan. Tak ada satu pun acara yang menarik untuk ditonton. Tak lama, terdengar salam dari Mas Satya. Segera saja aku membukakan pintu setelah menjawab salamnya.
***
"Kamu udah enakan belum, Dek?" tanya Mas Satya usai makan malam. Kami memang terbiasa makan sebelum pukul tujuh malam. Selain alasan kesehatan, juga agar Mas Satya tidak terlalu keburu mengejar waktu berangkat kerja.
"Lumayan, Mas. Kenapa?" tanyaku sambil membereskan piring kotor bekas kami makan.
"Boleh nggak Mas berangkat kerja malam ini? Nggak enak kemarin udah nggak kerja, masa sekarang mau libur lagi." Mas Satya meminta persetujuanku.
Sebenarnya aku ingin mencegah, tapi alasan apa yang akan kubuat? Tak mungkin aku jujur padanya, bahwa aku takut pria yang mengaku jin itu datang lagi. Akhirnya kuizinkan walau terpaksa.
"Ya udah, nggak papa, kok, Mas kerja aja," jawabku akhirnya.
Selepas Mas Satya berangkat kerja, aku kembali sendiri. Ada rasa cemas yang mulai merayapi. Aku takut kalau pria itu kembali datang. Entah dalam mimpi atau nyata. Sungguh aku merasa tidak nyaman.
Tepat ketika pukul sembilan malam, terdengar ketukan di pintu. Aku tidak berani membukanya. Takut kalau pria itu yang ada di balik pintu. Setelah tiga ketukan berulang, tak lagi terdengar bunyinya. Syukurlah. Akhirnya aku merasa lega.
Rasa kantuk yang sempat hilang, kembali muncul. Aku pun memilih untuk tidur. Berharap segera pulih dari rasa tak nyaman ini. Syukurlah, tak butuh waktu lama untuk terlelap.
Dalam keadaan setengah sadar, kurasakan sebuah tangan mengusap lembut wajahku. Beberapa kecupan berulang pada tempat yang sama — tengkuk — menimbulkan sensasi aneh yang memaksaku untuk segera membuka mata.
"Sudah bangun, Sayang?" tanya seseorang. Tanpa menoleh, aku sudah tahu siapa itu. Pria dengan fisik menyerupai Mas Satya.
Aku berpaling. Takut. Ingin aku berteriak, namun tak mampu kulakukan.Tangannya meraih tubuhku yang mencoba menjauh. Bagai tersihir, aku membalikkan badan. Mengikuti gerak tangannya agar kami berhadapan. Kini aku dan sosok itu saling beradu pandang.
"Aku datang, Sayang," ucapnya lembut. Tangannya kembali mengelus pipiku. Entah bagaimana, ada rasa nyaman saat hal itu dilakukannya. Aku takut, tapi merasa sangat nyaman.
"To-tolong, jangan ganggu aku! Jangan sakiti aku" Aku berusaha memalingkan wajah, tapi lagi-lagi kembali menatapnya saat ia kembali meraih daguku.
"Aku tidak akan menyakitimu, Sayang. Percayalah!" ucapnya meyakinkanku.
Dia memang tidak menyakiti, tapi tetap saja ada rasa takut terhadapnya setelah malam itu. Malam pengakuannya yang membuatku syok.
"Bukankah selama ini kamu bahagia di dekatku?" tanyanya. Membuatku sedikit terperanjat.
Kuakui, aku memang merasa bahagia saat bersamanya. Namun, itu dulu. Sebelum pengakuannya.
"Aku mencintaimu, Rita. Aku akan memberikan apa pun yang kamu butuhkan dan inginkan. Jangan takut," lanjutnya.
Kata-kata itu terasa sangat tulus."Tapi ...."
"Tapi apa? Karena aku jin, kamu takut kepadaku?" Aku mengangguk. Dugaannya akan ketakutanku kepadanya sangat tepat.
"Tenanglah, aku tidak akan menampakkan wujud asliku padamu, Sayang. Aku hanya akan datang seperti ini. Dalam wujud ini." Ia berjanji. Janji yang entah harus kupercayai atau tidak. Yang jelas, rasa takut itu perlahan memudar.
Beberapa kali ia mencoba untuk kembali menjelajahi malam bersamaku, tapi aku masih menolak. Canggung. Bingung. Juga masih ada sedikit rasa takut. Walau rasa yang bergejolak itu juga menuntut untuk terpuaskan.
"Baiklah, kalau kamu belum bisa menerima keadaan ini. Aku mengerti. Aku akan datang kembali saat kamu benar-benar telah siap," katanya sebelum pergi.Aku hanya diam mendengar kalimat itu.
"Jangan lupa cara memanggilku, Sayang," lanjutnya.
Next ....
Selingkuh dengan JinPart_4Aku masih menatap lekat pintu kamarku. Tempat di mana jin itu menghilang dan meninggalkan bekas seperti asap. Aku menangis tergugu setelahnya. Ada rasa sesal di dalam hati. Namun ada juga rasa lain yang tak biasa, seperti rasa rindu akan belaian yang pernah diberikan oleh jin yang berubah menjadi Mas Satya.Ingin aku terlepas dari belenggu jin itu. Namun aku tak kuasa melakukannya. Selain takut, aku juga tidak tahu bagaimana caranya. Ingin aku berterus terang kepada Mas Satya, tapi hati tak sampai untuk bercerita.Malam ini kulewati dengan segala rasa yang berkecamuk. Rasa takut membuatku tak ingin terpejam meski sebenarnya rasa kantukku sudah melanda sedari tadi. Aku takut jika aku tertidur, jin itu akan datang lagi dan melakukan perbuatan yang sama. Meski aku mendapatkan suatu kepuasan dari jin itu, namun aku tidak ingin hal itu berlanjut.Hingga menjelang subuh, mataku masih terjaga. Azan subuh berkumandang kantuk mulai menyerang. Tak bisa kuajak komprom
Selingkuh dengan JinPart_5Ambisiku benar-benar sudah menguasai diri. Tanpa sadar aku mengangguk cepat. Mataku tidak bisa lepas memandang perhiasan yang berkilauan. Serta uang dengan jumlah yang banyak. Senyum kekaguman mengembang di bibirku.Keinginan yang kuat menutup segalanya, termasuk akal sehatku. Pria yang ada di hadapanku memberitahukan syarat apa yang harus kupenuhi."Itu hal mudah. Syarat yang harus kamu penuhi adalah kamu bersedia menjadi milikku. Melayaniku jika aku menginginkannya, bisa saja setiap malam. Satu lagi, kamu harus menyiapkan ruangan khusus. Setiap malam Jumat kliwon kamu juga harus menyiapkan sesajen untukku." Aku terkejut mendengar tawarannya. Ketika sadar dengan cepat aku menggeleng tanda menolak tawarannya.Berusaha berpikir waras. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku bagaimana caranya. Meski aku berselingkuh dengan jin, namun jika Mas Satya mengetahui cerita sebenarnya, kupastikan ia akan kecewa."Bagaimana, apakah kamu setuju dengan syarat yang kuajukan
Selingkuh dengan JinPart_6Mas Satya memaksaku untuk periksa. Ia sangat mencemaskan kondisiku. Akan tetapi aku menolak. Dengan dalih aku hanya butuh istirahat. Acara sarapan kami tertunda karena aku yang mendadak mual. Aku sendiri tidak tahu penyebabnya. Rasa itu tiba-tiba saja datang.Mas Satya kembali memapahku ke kamar. Ia juga membantuku merebahkan diri di kasur. Lalu, Mas Satya pergi meninggalkanku. Tak lama Mas Satya kembali membawa sepiring nasi dan segelas air."Makan dulu, Rita, setelah makan kamu istirahat!"Mas Satya membantuku untuk duduk. Aku menyandarkan tubuhku di kepala ranjang. Dengan telaten Mas Satya menyuapiku. Satu demi satu suapan berhasil ku telan. Namun disuapan kesekian, aku muntah kembali. Nasi yang sudah berhasil masuk ke perutku jadi keluar lagi. Aku sangat lemas. Mau tidak mau terpaksa aku menerima ajakan Mas Satya untuk periksa.Tak perlu memakan waktu lama, Mas Satya membawaku ke rumah Bidan terdekat. Sebelum aku diperiksa Mas Satya menceritakannya kelu
Selingkuh dengan JinPart_7Kini aku tengah berada di depan kamar kosong. Mendekatkan telingaku ke daun pintunya. Suara aneh yang menyeramkan tadi tidak terdengar lagi. Mendadak suasana berubah menjadi sunyi.Sebenarnya suara apa yang terdengar olehku tadi? Sangat membuat diriku penasaran. Apakah sosok jin itu marah, akankah ia menampakkan wujud aslinya di hadapanku saat ia sakit hati karena penolakanku tadi? Aku bergidik ngeri. Membayangkannya saja aku ketakutan, apalagi melihatnya nyata.***Pagi ini kujalani aktivitas seperti biasanya. Sebelum Mas Satya pulang, aku berniat untuk menyiapkan makanan, untuk kami sarapan nanti. Tak butuh waktu lama untuk berbelanja, karena pedagang sayur selalu mangkal di depan rumahku.Sayuran segera kucuci bersih dan kupotong, lalu aku lanjutkan memasak menu spesial untuk Mas Satya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sebentar lagi Mas Satya akan datang. Masih ada waktu untuk aku mandi pagi dan berganti pakaian, untuk menyam
Selingkuh dengan JinPart_8Otakku berpikir, alasan apa yang tepat untuk kukatakan kepada Mas Satya tentang perhiasan yang kupakai. Terbesit ide cemerlang yang akan kujadikan alasan. Aku tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu. Itu kulakukan hanya untuk menutupi semua kecanggungan."Ah, ini hanya perhiasan imitasi,Mas. Mana ada aku punya barang mewah." Aku berkilah, memasang mimik wajah sedih. Berharap Mas Satya percaya dengan pengakuanku."Oh, Mas pikir semua itu milikmu. Sabar, ya, Sayang. Nanti kalau Mas sudah ada rezeki lebih, Mas janji akan belikan Rita emas." Mas Satya mengusap lembut pipiku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut."Nggak perlu, Mas. Apa yang aku mau sekarang bisa dengan mudah untuk kudapatkan," ucapku membatin.***Malam ini tak seperti biasanya. Hujan turun dengan lebat disertai angin kencang. Setengah jam lalu Mas Satya sudah pergi ke tempat kerjanya. Di dalam kamar ini aku sendiri merasa kesepian. Dinginnya malam juga sangat terasa menusuk hingga
Selingkuh dengan JinPart_9Spontan aku menoleh. Memastikan siapa yang datang. Tampak lelaki berdiri di belakangku. Ia melempar senyuman. Lama-lama senyuman itu berubah menjadi seperti menyeringai. Di situ aku paham siapa sebenarnya ia. Meski wajah serta fisik secara keseluruhan menyerupai suamiku. Tetapi aku paham benar, kepada jin yang selalu memberiku kehangatan."Rita, lagi apa kamu malam-malam di situ, Sayang?" tanya sosok yang menyerupai Mas Satya. Yang baru saja membuatku terkejut akan sentuhannya di pundakku."Lagi mempersiapkan sesajen yang kamu minta." Aku menatap wajahnya dalam kegelapan. Namun, meski gelap aku masih bisa mengenali wajah itu. Ada sedikit sinar lampu halaman belakang yang menembus masuk lewat celah jendala dapur.Degup jantungku berdetak kencang lagi. Menatap mata itu yang menyiratkan arti tersendiri. Sungguh aku terlena dibuatnya. Ia turut berjongkok menyejajarkan diri denganku. Tanpa kusadari bibir kami telah berpagut mesra berselimut gelap dan dingin mala
Selingkuh dengan JinPart_10Pagi ini aku terlaSelingkuh dengan Jinmbat bangun. Malas rasanya jika melihat Mas Satya. Ingin aku melanjutkan tidurku, tetapi aku ingat bahwa hari ini aku ada janji dengan salah satu temanku.Saat membuka pintu kamar, tampak Mas Satya tertidur di sofa ruang televisi. Kondisi televisi juga masih menyala. Benar-benar pemborosan. Uang gaji yang tidak seberapa menurutku hanya akan habis untuk memenuhi kebutuhan bulanan saja. Belum juga untuk makan sehari-hari yang kadang masih jauh dari kata cukup. Bagaimana bisa Mas Satya mencukupi kebutuhan lahirku? Mimpi kali aku mengharapkan semua itu dari Mas Satya."Mas, bangun! Sudah siang. Mana televisi masih nyala. Kamu nggak mikir apa dengan begitu tagihan listrik bisa naik?" Aku mengomel serta mengguncang tubuh Mas Satya dengan keras.Mas Satya menggeliat, sedikit membuka matanya. Entah kenapa semakin hari aku semakin jijik terhadap dirinya. Lelaki yang tidak bisa diandalkan."Apa, sih, Rita! Pagi-pagi udah marah-
Selingkuh dengan JinPart_11Setelah tersadar aku segera bangkit. Jantungku berdegup kencang. Ternyata aku sedang berada di ruangan gelap. Mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Ternyata aku berada di kamar kosong yang aku gunakan untuk tempat jin itu. Bagaimana bisa aku ada di kamar ini? Jelas-jelas tadi aku tidur di kamarku sendiri.Aku mencoba mengingat sesuatu. Apa yang aku alami barusan seperti nyata. Jin itu menampakkan wujud aslinya. Dari matanya terpancar sinar merah menyala sangat menyeramkan. Bertubuh besar, berbulu lebat, dan berkuku panjang. Ia juga menyeringai. Namun, tidak seperti biasanya. Ia menunjukkan taring-taring tajam membuatku bergidik ngeri.Perlahan aku bangkit. Duduk di atas lantai tanpa alas. Pandanganku tertuju pada sebuah kotak besar. Sama persis dengan yang aku lihat di mimpiku tadi. Mengapa bisa terjadi? Sebenarnya aku tadi mimpi atau benar mengalami hal nyata? Pergi ke alam gaib bersama jin itu.Penasaran, aku mendekati kotak itu. Aku membukanya perlahan
Selingkuh dengan JinPart_13Rasa penasaran mendorongku untuk segera membuka pintu. Ternyata Mas Satya sedang bersama seorang ustaz. Untuk apa Mas Satya mengajak ustaz ke rumah kami malam-malam begini? Aku jadi curiga.Setelah ustaz masuk dan duduk di kursi ruang tamu, aku mengkode Mas Satya agar mengikutiku ke dalam kamar. Aku ingin tahu maksud Mas Satya mengundang ustaz ke rumah ini."Mas, ngapain malam-malam mengundang ustaz kemari?" tanyaku. Sengaja aku merendahkan suara. Agar tidak terdengar oleh ustaz yang menanti di depan sana."Aku mau kamu diruqyah, Rita! Kamu sudah dikuasai oleh makhluk jahat!"Pengakuan Mas Satya sungguh membuatku terkejut. Bagaimana mungkin ia mengundang seorang ustaz hanya untuk meruqyahku. Tidak! Aku tidak terima jika Mas Satya melakukan itu kepadaku. Bukan salahku jika aku sampai berbuat demikian. Bersekutu dengan jin."Nggak Mas! Aku waras, aku masih normal! Aku nggak mau diruqyah!" Tolakku mentah-mentah pada Mas Satya.Mengapa sekarang Mas Satya menya
Selingkuh dengan JinPart_12Mataku terbelalak melihat sosok Mas Satya berada di ruangan kosong ini. Ia benar-benar sosok Mas Satya yang asli, suamiku sendiri.Bagaimana mungkin ia berada di sini. Jelas-jelas ia sudah pergi kira-kira setengah jam yang lalu."Rita! Apa yang kamu lakukan di kamar ini?" Tangan Mas Satya berusaha meraba ke dinding. Mencari saklar lampu ruangan ini. Tetapi aku segera mencegahnya. Kemudian aku mengajak Mas Satya keluar dari kamar ini.Degup jantungku berdetak cepat. Hampir saja semua perbuatanku ketahuan oleh Mas Satya. Untung saja kamar itu terlalu gelap. Tidak! Jangan sampai semua yang aku lakukan diketahui orang lain termasuk Mas Satya.Mas Satya kembali mengajukan pertanyaan yang sama padaku. Aku berpikir sejenak mencari alasan. Berusaha setenang mungkin agar Mas Satya tidak curiga."Tadi ada tikus, Mas. Masuk ke kamar itu, tapi sepertinya tikusnya udah keluar," jawabku beralasan."Tikus? Sejak kapan kamu berani sama tikus?" Pertanyaan Mas Satya membua
Selingkuh dengan JinPart_11Setelah tersadar aku segera bangkit. Jantungku berdegup kencang. Ternyata aku sedang berada di ruangan gelap. Mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Ternyata aku berada di kamar kosong yang aku gunakan untuk tempat jin itu. Bagaimana bisa aku ada di kamar ini? Jelas-jelas tadi aku tidur di kamarku sendiri.Aku mencoba mengingat sesuatu. Apa yang aku alami barusan seperti nyata. Jin itu menampakkan wujud aslinya. Dari matanya terpancar sinar merah menyala sangat menyeramkan. Bertubuh besar, berbulu lebat, dan berkuku panjang. Ia juga menyeringai. Namun, tidak seperti biasanya. Ia menunjukkan taring-taring tajam membuatku bergidik ngeri.Perlahan aku bangkit. Duduk di atas lantai tanpa alas. Pandanganku tertuju pada sebuah kotak besar. Sama persis dengan yang aku lihat di mimpiku tadi. Mengapa bisa terjadi? Sebenarnya aku tadi mimpi atau benar mengalami hal nyata? Pergi ke alam gaib bersama jin itu.Penasaran, aku mendekati kotak itu. Aku membukanya perlahan
Selingkuh dengan JinPart_10Pagi ini aku terlaSelingkuh dengan Jinmbat bangun. Malas rasanya jika melihat Mas Satya. Ingin aku melanjutkan tidurku, tetapi aku ingat bahwa hari ini aku ada janji dengan salah satu temanku.Saat membuka pintu kamar, tampak Mas Satya tertidur di sofa ruang televisi. Kondisi televisi juga masih menyala. Benar-benar pemborosan. Uang gaji yang tidak seberapa menurutku hanya akan habis untuk memenuhi kebutuhan bulanan saja. Belum juga untuk makan sehari-hari yang kadang masih jauh dari kata cukup. Bagaimana bisa Mas Satya mencukupi kebutuhan lahirku? Mimpi kali aku mengharapkan semua itu dari Mas Satya."Mas, bangun! Sudah siang. Mana televisi masih nyala. Kamu nggak mikir apa dengan begitu tagihan listrik bisa naik?" Aku mengomel serta mengguncang tubuh Mas Satya dengan keras.Mas Satya menggeliat, sedikit membuka matanya. Entah kenapa semakin hari aku semakin jijik terhadap dirinya. Lelaki yang tidak bisa diandalkan."Apa, sih, Rita! Pagi-pagi udah marah-
Selingkuh dengan JinPart_9Spontan aku menoleh. Memastikan siapa yang datang. Tampak lelaki berdiri di belakangku. Ia melempar senyuman. Lama-lama senyuman itu berubah menjadi seperti menyeringai. Di situ aku paham siapa sebenarnya ia. Meski wajah serta fisik secara keseluruhan menyerupai suamiku. Tetapi aku paham benar, kepada jin yang selalu memberiku kehangatan."Rita, lagi apa kamu malam-malam di situ, Sayang?" tanya sosok yang menyerupai Mas Satya. Yang baru saja membuatku terkejut akan sentuhannya di pundakku."Lagi mempersiapkan sesajen yang kamu minta." Aku menatap wajahnya dalam kegelapan. Namun, meski gelap aku masih bisa mengenali wajah itu. Ada sedikit sinar lampu halaman belakang yang menembus masuk lewat celah jendala dapur.Degup jantungku berdetak kencang lagi. Menatap mata itu yang menyiratkan arti tersendiri. Sungguh aku terlena dibuatnya. Ia turut berjongkok menyejajarkan diri denganku. Tanpa kusadari bibir kami telah berpagut mesra berselimut gelap dan dingin mala
Selingkuh dengan JinPart_8Otakku berpikir, alasan apa yang tepat untuk kukatakan kepada Mas Satya tentang perhiasan yang kupakai. Terbesit ide cemerlang yang akan kujadikan alasan. Aku tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu. Itu kulakukan hanya untuk menutupi semua kecanggungan."Ah, ini hanya perhiasan imitasi,Mas. Mana ada aku punya barang mewah." Aku berkilah, memasang mimik wajah sedih. Berharap Mas Satya percaya dengan pengakuanku."Oh, Mas pikir semua itu milikmu. Sabar, ya, Sayang. Nanti kalau Mas sudah ada rezeki lebih, Mas janji akan belikan Rita emas." Mas Satya mengusap lembut pipiku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut."Nggak perlu, Mas. Apa yang aku mau sekarang bisa dengan mudah untuk kudapatkan," ucapku membatin.***Malam ini tak seperti biasanya. Hujan turun dengan lebat disertai angin kencang. Setengah jam lalu Mas Satya sudah pergi ke tempat kerjanya. Di dalam kamar ini aku sendiri merasa kesepian. Dinginnya malam juga sangat terasa menusuk hingga
Selingkuh dengan JinPart_7Kini aku tengah berada di depan kamar kosong. Mendekatkan telingaku ke daun pintunya. Suara aneh yang menyeramkan tadi tidak terdengar lagi. Mendadak suasana berubah menjadi sunyi.Sebenarnya suara apa yang terdengar olehku tadi? Sangat membuat diriku penasaran. Apakah sosok jin itu marah, akankah ia menampakkan wujud aslinya di hadapanku saat ia sakit hati karena penolakanku tadi? Aku bergidik ngeri. Membayangkannya saja aku ketakutan, apalagi melihatnya nyata.***Pagi ini kujalani aktivitas seperti biasanya. Sebelum Mas Satya pulang, aku berniat untuk menyiapkan makanan, untuk kami sarapan nanti. Tak butuh waktu lama untuk berbelanja, karena pedagang sayur selalu mangkal di depan rumahku.Sayuran segera kucuci bersih dan kupotong, lalu aku lanjutkan memasak menu spesial untuk Mas Satya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sebentar lagi Mas Satya akan datang. Masih ada waktu untuk aku mandi pagi dan berganti pakaian, untuk menyam
Selingkuh dengan JinPart_6Mas Satya memaksaku untuk periksa. Ia sangat mencemaskan kondisiku. Akan tetapi aku menolak. Dengan dalih aku hanya butuh istirahat. Acara sarapan kami tertunda karena aku yang mendadak mual. Aku sendiri tidak tahu penyebabnya. Rasa itu tiba-tiba saja datang.Mas Satya kembali memapahku ke kamar. Ia juga membantuku merebahkan diri di kasur. Lalu, Mas Satya pergi meninggalkanku. Tak lama Mas Satya kembali membawa sepiring nasi dan segelas air."Makan dulu, Rita, setelah makan kamu istirahat!"Mas Satya membantuku untuk duduk. Aku menyandarkan tubuhku di kepala ranjang. Dengan telaten Mas Satya menyuapiku. Satu demi satu suapan berhasil ku telan. Namun disuapan kesekian, aku muntah kembali. Nasi yang sudah berhasil masuk ke perutku jadi keluar lagi. Aku sangat lemas. Mau tidak mau terpaksa aku menerima ajakan Mas Satya untuk periksa.Tak perlu memakan waktu lama, Mas Satya membawaku ke rumah Bidan terdekat. Sebelum aku diperiksa Mas Satya menceritakannya kelu
Selingkuh dengan JinPart_5Ambisiku benar-benar sudah menguasai diri. Tanpa sadar aku mengangguk cepat. Mataku tidak bisa lepas memandang perhiasan yang berkilauan. Serta uang dengan jumlah yang banyak. Senyum kekaguman mengembang di bibirku.Keinginan yang kuat menutup segalanya, termasuk akal sehatku. Pria yang ada di hadapanku memberitahukan syarat apa yang harus kupenuhi."Itu hal mudah. Syarat yang harus kamu penuhi adalah kamu bersedia menjadi milikku. Melayaniku jika aku menginginkannya, bisa saja setiap malam. Satu lagi, kamu harus menyiapkan ruangan khusus. Setiap malam Jumat kliwon kamu juga harus menyiapkan sesajen untukku." Aku terkejut mendengar tawarannya. Ketika sadar dengan cepat aku menggeleng tanda menolak tawarannya.Berusaha berpikir waras. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku bagaimana caranya. Meski aku berselingkuh dengan jin, namun jika Mas Satya mengetahui cerita sebenarnya, kupastikan ia akan kecewa."Bagaimana, apakah kamu setuju dengan syarat yang kuajukan