Marcus termenung di dalam sebuah mobil memandangi gedung apartemen Anna di depannya dengan tatapan lirih. Dadanya terasa sesak begitu mengingat semua hal yang telah terjadi selama beberapa bulan ini. Dimulai dari pertemuan pertamanya dengan seorang Anna Walkins, terjadinya hubungan terlarang mereka, Lisa yang melabrak Anna, dan yang terakhir adalah perselingkuhan Lisa dan Ernest. Ia tidak tahu sejak kapan hubungannya dan Lisa berjalan di jalan yang salah hingga membuat gadis itu tega mengkhianatinya seperti ini. Marcus hanya berjalan di jalan yang menurutnya benar, bahkan ia dengan tulus mencintai gadis itu selama ini. Mungkin, karena ia terlalu mencintainya, cinta itu malah membuat gadis itu memanfaatkannya hingga membuat Marcus jatuh. Tapi anehnya, ia tidak merasa begitu terpuruk. Ia merasa lega, meskipun ia dan Lisa akhirnya berpisah dan mengakhiri pernikahan mereka yang baru seumur jagung. Mereka sudah resmi bercerai. Dan butuh waktu dua bulan lebih
“Lalu kenapa kau menemuiku?” tanya Anna balik mencoba mengalihkan pembicaraan.Marcus terdiam sejenak, ia tidak langsung menjawab pertanyaan Anna karena terlalu banyak alasan yang ingin ia sampaikan pada gadis itu.“Sebaiknya kita bicarakan itu nanti, untuk saat ini kita periksa dulu keadaanmu.” Ujar Marcus sembari memasukkan mobilnya ke halaman rumah sakit.Anna hanya diam tidak menjawab Marcus, namun dalam diamnya ia merasa setuju. Ia tidak yakin mampu berbicara dengan tenang jika mereka langsung membahas segalanya saat ini. Ia juga telah membuat janji dengan dokter yang tidak bisa sembarangan ia mundurkan waktunya.Entah sejak kapan mobil itu berhenti dengan Marcus yang langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Anna. Ia membantu gadis itu turun dengan memegang tangannya.Mengabaikan sensasi aneh yang terasa begitu kulit mereka saling bersentuhan karena Marcus sangat merindukan sentuhan gadis itu. Ia hanya bisa menahan diri sekuat tenaga untuk tidak menarik gadis itu ke dekap
Satu jam pun berlalu sejak Marcus membawa Anna untuk mengunjungi sebuah cafe guna membicarakan perihal apa yang telah terjadi selama mereka berpisah. Namun, selama itu pula tak satupun dari mereka berani membuka suara duluan hingga akhirnya Anna mulai merasa terganggu dan tidak nyaman.“Jika tidak ada yang ingin kau katakan, maka aku akan kembali sekarang,” Anna beranjak berdiri sembari mengambil tasnya hendak pergi, melihat itu dengan sigap Marcus menahan tangannya dan memintanya untuk duduk kembali.“Aku akan mengatakannya, jadi duduklah dulu,” bujuk Marcus dengan ekspresi memelas.Anna menghela napas berat dan kembali duduk, ia menatap Marcus dengan tangan bersedekap menunggu pria itu berbicara.“Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku telah resmi bercerai dengan Lisa sebulan yang lalu. Semua itu bermula dari Ernest yang mendatangiku sekitar tiga bulan lalu dan memberitahuku semuanya, mengenai perselingkuhannya dengan Lisa selama ini. Dengan semua bukti-bukti perselingkuhan Lisa akh
“ASTAGA MARCUS! APA KAU BODOH?!” Anna mengerang frustasi melihat ekspresi bodoh Marcus ketika menyebutkan nominal angka uang yang sangat banyak.Bahkan pernikahan Marcus dan Lisa kemarin saja tidak lebih dari $800.000 !!“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan berbicara pada Rosy tentang hal ini dan memintanya untuk mengembalikannya padamu!”“Anna, percayalah. Itu bukan nominal yang berat untukku. Menurutku itu setara dengan kesempatanku untuk bisa bertemu denganmu. Itu bahkan momen yang tidak bisa kubeli dengan uang sekalipun.”Anna menatap Marcus seolah pria itu adalah orang gila. Ia tidak percaya bahwa uang satu juta dollar adalah nominal yang kecil bagi Marcus.“Tidak! Aku tetap akan menegur Rosy dengan atau tanpa izinmu sekalipun. Sekali lagi kuingatkan, aku bukan barang yang bisa diperjual belikan. Bahkan aku akan tetap menemuimu jika kau menunjukkan ketulusan dan keseriusanmu, Marcus.”Marcus tertegun di tempatnya memandangi Anna terkejut. Ia tidak menduga bahwa Anna akan bersedia
“Kau sudah kembali?” Suara Rosy dari ruang tengah membuat Anna menghentikan langkahnya dan menatap gadis itu dengan ekspresi penuh arti, membuat Rosy sedikit khawatir karena Anna menatapnya seperti itu.“K-kenapa kau menatapku begitu?” tanya Rosy sedikit gugup."Apakah kau benar-benar bertanya karena kau tidak tahu apa yang kau lakukan salah, atau kau hanya berpura-pura tidak tahu?"Pertanyaan Anna sukses membuat Rosy menelan saliva dengan gugup dan mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Anna yang kini sudah berdiri di dekatnya.Gadis itu dengan cepat tersenyum lebar dan berdiri untuk memeluk Anna dengan manja sebelum berkata, “Apakah kau marah? Jangan membenciku karena tidak memberitahumu sebelumnya, aku melakukannya karena benar-benar peduli dan mengkhawatirkanmu."“Setidaknya kau harus memberitahuku dulu jika kau benar-benar memikirkan perasaanku,” jawab Anna sembari menghela napas berat. Ia pun melepaskan pelukan Rosy dan duduk di sofa tempat Rosy duduk tadi.Melihat k
Tiga hari berlalu begitu saja tanpa Anna sadari. Kini ia tengah duduk di sofa mengenakan gaun putih longgar semata kaki dengan sweater lengan panjang berwarna cream sebagai atasannya. Rambutnya digerai dengan sedikit bergelombang, membuatnya terlihat sangat cantik dan anggun.“Apa Marcus benar-benar sudah di jalan?” tanyanya kepada Rosy sedang sibuk bermain ponsel. Ia masih belum mau memberikan nomor ponsel barunya kepada Marcus sehingga hanya melalui Rosy lah Marcus dapat menghubungi Anna.Dua jam sebelumnya, di pukul delapan pagi. Marcus memberitahu Rosy bahwa ia akan datang untuk menjemput Anna, ia mengatakan akan membawa Anna ke suatu tempat untuk mendengar jawaban gadis itu.Mendengar itu Rosy langsung bertingkah heboh dan segera memaksa Anna untuk bersiap-siap. Dia bahkan memaksa untuk membantu Anna mandi dan memberikan luluran di tubuh ibu hamil itu.Awalnya Anna menolak, namun karena Rosy begitu gigih untuk membujuknya, akhirnya Anna mengalah dan memasrahkan dirinya dalam pera
Suara bel kembali terdengar lima menit setelahnya. Anna yang mendengar itu langsung berjalan menuju pintu dan membukanya dengan sedikit antusias. Ia menghela napas sejenak mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup cepat sebelum membuka pintu dan memasang ekspresi tenang ketika melihat wajah Marcus yang tersenyum menyambutnya.“Maaf karena membuatmu menunggu lebih lama. aku terjebak macet di jalan tadi,” ujar Marcus dengan menyesal.Anna hanya mengangguk singkat dan tidak berani menatap Marcus terlalu lama. “Tidak masalah, lagipula aku juga baru selesai bersiap-siap,” bohongnya membuat Marcus menaikkan sebelah alisnya merasa sedikit ragu karena ia sangat mengenal Anna yang selalu tepat waktu ketika mereka membuat janji untuk pergi kencan.Namun pria itu tidak mengambil pusing dan lebih memilih mengulurkan tangannya kepada Anna, “Kalau begitu ayo kita berangkat sekarang,” ujar Marcus sembari tersenyum lembut dan disambut Anna dengan menggenggam tangan pria itu.Anna menoleh ke dalam
“Kita sudah sampai.” Marcus menghentikan mobilnya di halaman sebuah gereja yang terletak di daerah Kenmore. Pria itu turun dari mobilnya lalu membukakan pintu mobil untuk Anna dan membantu gadis itu turun.Untuk beberapa saat Anna tertegun di tempatnya berdiri memandangi gereja di depannya dengan ekspresi kebingungan. Ia tidak dapat memahami tujuan Marcus membawanya ke tempat ini.“Kenapa...kita di sini?” tanya Anna dengan bingung sembari menatap Marcus yang berdiri di sebelahnya.Pria itu hanya tersenyum lalu menggenggam tangan Anna dan membawa gadis itu untuk berjalan memasuki gereja.“Kau akan tahu setelah di dalam, sayang.”Jawaban Marcus membuat Anna dilanda kebingungan. Ia sedikit meremas genggaman tangan pria itu dan merasa bahwa jantungnya berdegup cepat penuh antisipasi.Ia benar-benar tidak dapat menebak tujuan Marcus membawanya ke tempat ini. Apa pria itu membawanya ke sini untuk melakukan pengakuan dosa? Tidak mungkin bukan?Anna melirik Marcus yang masih memasang ekspresi
Anna menatap kondisi temannya itu dengan prihatin. Dalam hati ia bersyukur tidak mengalami morning sicks separah Rosy yang membuatnya mampu tetap bekerja dan melakukan apapun yang membuatnya terhibur. “Apa ini sudah bulan ke tiga?” tanya Anna sembari memijat telapak tangan Rosy. Ia memutuskan untuk duduk di pinggiran sofa dan mengurus Rosy sebelum pergi ke ruangannya. “Ini bulan ke empat. Kata dokter kemungkinan ini akan berlangsung hingga usia kandungannya memasuki bulan ke enam.”Anna meringis, lalu mengambil tisu dan mengelap keringat di wajah Rosy. “Apa kau sudah sarapan?” tanya Anna lagi. “Sudah, tadi pagi Ernest membuatkanku roti panggang dengan selai apel dan juga memotongkan beberapa apel.” Setelah mengatakan itu, Rosy kembali memejamkan matanya karena setiap ia membuka mata, seluruh ruangan terlihat berputar-putar membuatnya merasa semakin pusing.‘Tok tok tok’“Masuk.” Anna menjawab kepada Sunny y
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Satu tahun terlewatkan begitu saja tanpa masalah yang berarti. Hanya saja rencana resepsi pernikahan Marcus dan Anna harus tertunda selama beberapa bulan karena kondisi Anna yang tidak memungkinkan untuk berada di tempat keramaian. Apalagi usia Kennard yang masih begitu kecil dan rentan membuat Anna khawatir bahwa bayi kecil itu akan kelelahan dan rewel selama mereka mengadakan acara resepsi. Jadi, karena itulah acara resepsi ditunda setelah berdiskusi dengan keluarga Marcus.“Kau akan ke kantor?” tanya Marcus ketika melihat istrinya sedang duduk di depan meja rias untuk berdandan dalam balutan baju kerjanya. Anna menatap Marcus melalui cermin di depannya dan mengangguk. “Ya, ada beberapa design baru yang harus kulihat. Apalagi Rosy sedang mengalami morning sicks jadi dia tidak bisa selalu hadir di kantor untuk terus menggantikanku.”“Kau akan membawa Ken, juga?” tanyanya lagi.“Ya, bersama bibi Jessy.”“Baiklah, kalau begitu aku akan menga
“Apa menurut Bibi aku harus menikah sendirian tanpa Ayah dan keluargaku?” tanya Anna lirih. Ekspresinya seolah ingin menangis memikirkan nasib dirinya sendiri yang dicampakkan oleh keluarga kandungnya. Jessy memandangi wanita itu dengan ekspresi sedih. Bayangan Anna kecil entah mengapa tiba-tiba terlintas di kepalanya. Sosok gadis kecil yang selalu memangis di malam hari itu kini sudah tumbuh dewasa menjadi seorang istri dan ibu yang baik hati. “Bibi tidak mengatakan bahwa Nyonya harus menikah tanpa keluarga Nyonya, tapi apakah Tuan Besar dan para Tuan Muda pernah menganggap Nyonya sebagai keluarga mereka?” Anna terdiam. Ia ingin membantah bibi Jessy namun ia sadar bahwa apa yang wanita paruh baya itu katakan memang benar. Ayah dan para kakak laki-lakinya tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Hanya para pelayan dan kepala pelayan yang bekerja di kediaman Mansion Walkins yang menyayanginya.Meskipun Anna dibenci oleh Ayah dan Kakak laki-lakinya, mereka tet
"Aku sudah memikirkannya beberapa hari ini,” ujar Marcus tiba-tiba saat ia dan Anna tengah menikmati waktu makan siang bersama. Anna menghentikan gerakannya dan menatap Marcus dengan bingung, “apa itu?” tanyanya penasaran. “Aku ingin mengadakan acara resepsi pernikahan kita di hari ulang tahunmu.” Hening beberapa saat. Anna menatap Marcus terkejut seolah tidak memahami apa yang baru saja ia dengar dari suaminya. Resepsi pernikahan... Itu bukanlah acara biasa yang bisa Anna putuskan begitu saja. Banyak hal yang harus mereka pikirkan dan persiapkan untuk hal itu. Termasuk restu dari ayahnya. Setidaknya, ia butuh pria itu untuk mendampinginya berjalan di altar sebagai seorang ayah. Marcus yang menyadari perubahan di wajah istrinya merasakan ada yang tidak benar. Apa Anna tidak menyukai idenya? Pikirnya dengan kebingungan. “Kau tidak suka?” tanyanya. Wanita itu menatap Marcus sekali lagi lalu tersenyum dan menggeleng pelan, “aku menyukainya. Bukankah mengadakan resepsi pernikahan a
Hari semakin gelap ketika mereka mencoba satu per satu wahana yang ada di taman itu. Dari semua wahana, Rosy sengaja menyisakan wahana bianglala untuk mereka naiki paling akhir ketika matahari akan tenggelam. Rosy ingin melihat sunset ketika mereka berada di atas bianglala, dan Ernest dengan sabar menuruti semua keinginan istrinya itu.“Selamat sore, Tuan Mars, Nyonya Mars.” Seorang pria berambut hitam mengenakan jas biru muda sedikit membungkuk menyambut Ernest dan Rosy ketika mereka tiba di depan pintu masuk bianglala.Sebelumnya asisten Ernest memang telah menghubungi manajerial taman hiburan jika Ernest dan Rosy akan datang mengunjungi taman itu untuk berkencan. Dan berkat itulah Ernest dan Rosy dapat menaiki semua wahana dengan nyaman tanpa harus mengantri panjang mengikuti pengunjung lainnya.Rosy yang pertama kalinya mendapatkan perlakuan seistimewa itu merasa takjub akan kuasa suaminya. Menjadi kaya dan berkuasa memang sangat menyenangkan!“Halo, George. Kau menjaga taman ini
Tidak banyak hal yang berubah dari hubungan Ernest dan Rosy setelah mereka menikah. Yang berubah hanya sikap Ernest yang semakin posesif setiap harinya terhadap Rosy. Meskipun wanita itu tidak membencinya, namun terkadang sikap Ernest yang terlalu berlebihan membuat Rosy merasa lelah.Seperti saat ini, ketika mereka akan pergi kencan di luar, pria itu terus-terusan mengomentari baju yang Rosy kenakan.“Ganti, itu terlalu pendek.”“Terlalu terbuka, kau bisa kena flu.”“Pria mana yang akan kau goda dengan penampilan itu?”Dan banyak lagi komentar yang pria itu lemparkan padanya hingga akhirnya Rosy hanya mengenakan summer long dress lengan panjang dengan belahan dada yang sedikit rendah.“Please, hentikan itu, Ernest. Kau terlalu berlebihan,” keluh Rosy pada suaminya yang memasang ekspresi curiga dengan kedua alis hampir bersatu.“Kenapa? Apa mungkin memang itu tujuanmu? Memakai baju terbuka untuk menggoda pria lain?” tuduh Ernest dengan ekspresi gelap.Rosy memutar bola mata malas dan
Pagi itu Marcus bangun dengan memandangi sosok indah di depannya. Wajah terlelap istrinya yang tenang, hembusan nafas yang lembut, serta bibir pink merona yang terlihat penuh dan menggoda membuat Marcus ingin memakannya. Tangannya terulur merapikan anakan rambut Anna yang menutupi sebagian wajahnya dan menyisipkannya di belakang telinga wanita itu membuat Anna sedikit mengerutkan kening dan semakin merapatkan tubuhnya pada Marcus. Lagi-lagi pria itu menarik senyum lebih lebar merasakan tubuh Anna yang semakin memeluknya. Ia membalas pelukan itu dan memberi kecupan lembut di kening wanita itu. Rasa takut akan kehilangan wanita itu yang menghantuinya beberapa bulan ini kembali mengusik hati Marcus, membuatnya merasa sesak. ‘Apa yang harus kulakukan agar membuatmu tetap aman?’ batinnya dengan tatapan kosong. “Marcus?” suara Anna yang serak membuat Marcus menunduk, sedikit melonggarkan pelukan untuk melihat wajah wanita itu yang mulai membuka matanya setengah sadar. “Apa aku membangu
Anna terbangun ketika igauan Marcus terdengar di sebelahnya. Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul dua pagi, dan ini seperti sebuah rutinitas bahwa Marcus selalu bermimpi buruk dan mengigau di tengah malam.“Marcus! Marcus!” suara Anna terdengar mendesak, menarik Marcus dari kedalaman mimpi buruknya, kedalaman rasa putus asanya. “Aku di sini. Aku di sini,” bisik Anna kembali dengan suara yang lembut. Ia memeluk pria di sebelahnya dan mengusap-usap kepalanya.Marcus bangun dan wanita itu membungkuk mendekat padanya, dia menggenggam bahunya, mengguncangnya, wajahnya menggoreskan kepedihan yang mendalam, mata birunya terbuka lebar dan penuh dengan airmata.“Anna,” suaranya merupakan bisikan yang terengah-engah. Rasa takut menodai mulutnya. “Kau di sini,” katanya dengan suara lega ketika netranya menemukan istrinya berada di sisinya.“Tentu saja aku di sini.” Anna terus memberikan usapan lembut di bahu suaminya itu berusaha meyakinkan Marcus bahwa ia ada di sini bersamanya.“Ak
Selama tiga bulan kemudian, tidak ada kabar apapun mengenai keberadaan Lisa maupun Arthur. Dari yang Marcus ketahui adalah Arthur dipecat dari jabatannya di perusahaan milik keluarga Walkins. Ada kemungkinan Tuan Walkins mengurungnya di rumah agar tidak menyebabkan keributan lain, mengingat Marcus telah memberikan peringatan yang keras.Namun, di sisi lain, Ernest menduga bahwa Arthur mengalami patah kaki dan tangan yang parah akibat siksaan Marcus hingga membuat pria itu lumpuh dan tidak dapat bergerak seperti dulu lagi. Hal ini berdasarkan fakta bahwa terlihat beberapa dokter ternama di kota itu beberapa kali mengunjungi kediaman Walkins.Yang manapun itu, Marcus merasa sedikit lega memikirkan pelaku yang telah mencelakai istri dan anaknya mendapatkan balasan yang setimpal, dan ancaman terhadap anak dan istrinya untuk saat ini akan berkurang.“Apa yang sedang kau pikirkan?” suara Anna di depannya menyadarkan Marcus dari lamunan.Wanita itu telah pulih sepenuhnya. Begitupun dengan pu