Home / Romansa / Seleksi Calon Mantu / 21. Perjodohan Kucing Dalam Karung

Share

21. Perjodohan Kucing Dalam Karung

Author: Renti Sucia
last update Last Updated: 2023-09-02 08:23:19

BLUG!

Pintu utama dibanting Dea, pintu kamarnya.

"Ih! Bapak nyebelin!" Kemudian ia melemparkan diri ke atas kasur dengan mata penuh dengan cairan bening asinnya.

Cairan hangat itu keluar pertanda ia tengah tersakiti hatinya. Semua karena perkara perjodohan itu. Dan ia sama sekali tak punya andil di dalamnya. Tugasnya sebagai anak terakhir Pak Jhon hanyalah untuk menurut saja. Ia tak ada hak apa pun untuk buka suara, memberi pendapat, apalagi penolakan.

Sungguh ironi sekali memang, satu-satunya orang tua yang Dea miliki saat ini rasanya sudah berubah menjadi biro jodoh until jannah, tapi dengan versi memaksa. Dea pikir, sekarang hidupnya sesak sekali. Ia bukan lagi tuan putri yang akan mewarisi Tahta, tapi jadi Rapunzel yang dikurung rajanya sendiri di menara tinggi.

"Ah, Bapak jahat." Tangisnya masih pecah seribu setelah ia dipertemukan dengan Om Bromo itu, setelah membicarakan soal perjodohan kucing dalam sarung.

Ya, Dea menyebutnya sebagai perjodohan kucing dalam karung, sebab
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Seleksi Calon Mantu   22. Yang Paling Semangat

    Seperti biasa, pagi ini diadakan briefing oleh Pak Manager. Dea menjadi yang paling semangat sebagai anak baru di sana. Nana sampai memonyongkan bibirnya dengan setengah tersenyum. Bangga sekali dia sebagai teman sekaligus rekan kerja."Sebentar lagi bulan Agustus tiba, akan ada kegiatan olahraga yang pesertanya para karyawan minimarket juga. Semua pegawai minimarket akan menyumbangkan beberapa orang untuk dijadikan perwakilan, termasuk dari kita. Dari cabang kita butuh empat orang yang nantinya akan digabungkan dengan karyawan pusat atau cabang-cabang yang lain. Acara akan diselenggarakan seminggu full, jadi yang ikut jadi peserta, dibebastugaskan sementara dari status kasir atau karyawan lainnya. Siapa di sini yang mau ikut?"Waw, itu kabar yang tidak terduga. Setelah beberapa tahun Nana bekerja di minimarket tersebut, baru kali ini perusahaan yang bergerak dalam bidang ini ikut-ikutan memeriahkan acara tujuh belasan. Biasanya juga tak ada acara seperti itu. Tumben sekali pikir Nana

    Last Updated : 2023-09-03
  • Seleksi Calon Mantu   23. Tekad Seorang Dea

    "Hah?! Kamu dijodohin?! Jadi, mobil yang semalam parkir di depan rumah kamu itu beneran calon suamimu? What?!"Ekspresi terkejut itu muncul sesaat setelah Dea Posa bercerita tentang apa yang terjadi semalam. Tentang perjodohan kucing dalam karung. Pakai suara ekstra berisik pula, Dea terpaksa menyenggol keras pinggangnya hingga ia meringis kesakitan.Mau bagaimana lagi? Kagetnya Nana macam lagi pengumuman soalnya."Aduh, Dea. Kalau nyenggol itu kira-kira dikit napa, ah!" omel Nana, kali ini dengan suara yang amat pelan."Ya, maaf. Habisnya suara kamu itu kayak toa masjid aja, Na.""Ya, udah aku juga minta maaf, soalnya kaget." Nana mendekat, lalu membisik, "Jadi, semalam beneran apa yang aku bilang itu?"Dea tak langsung menjawab. Dia malah menghela napasnya begitu dalam hingga rasanya seperti tengah menyampaikan lelah letih lesu secara bersamaan. Ia tengah bimbang mau menyampaikan cerita dari mana dulu setelah ini.Untungnya ruko bubur Bang Juki ini sedang agak sepi. Soalnya yang sar

    Last Updated : 2023-09-03
  • Seleksi Calon Mantu   24. Mumpung Libur Tugas

    Dea dan Nana masih nongkrong di ruko Bang Juki. Baik hati dan kurang sabar bagaimana pria beranak empat itu dalam menghadapi dua gadis yang duduk di meja kedua paling pojok itu. Selain pesan bubur masing-masing semangkuk dan sate ati ampela, mereka sama sekali tak memesan apa-apa lagi dan leha-leha duduk lama di sana.Kalau di tempat orang lain, pasti sudah kena tegur.Tapi karena Dea serta Nana ini sudah langganan jadi pembeli buburnya, ya wes ... dibebaskan. Kecuali kalau pembeli sedang membeludak macam pagi buta tadi. Itu pun paling diminta pindah ke belakang, bukan langsung mengusir blak-blakkan."AH!" Dea menyimpan ponselnya di meja setelah bermenit-menit menunggu centang dua biru menyala tak kunjung terjadi.Padahal ia menunggu sedari tadi.Nana mengambil ponsel Dea dan ikut mengamati."Udah hampir sepuluh menit sejak pesan dikirim, De. Belum juga dibuka." Sang sahabat mengatakannya."Iya, udah tahu, Na. Makanya aku merasa gila. Padahal selain pagi tadi di persimpangan, kami bel

    Last Updated : 2023-09-05
  • Seleksi Calon Mantu   25. Minta Diajari Masak

    Bukan Dea namanya bila tidak membuat Daffa ilfeel dengan sikapnya. PDKT Dea memang yang paling terang-terangan dan berani. Tebal muka walau sudah ia tolak mentah-mentah berapa kali juga."Sebaiknya kamu pulang kalau emang lagi enggak kerja. Jangan keluyuran pakai baju seragam kerjamu itu. Nanti bisa mencoreng nama perusahaan terkait. Lagi pula saya lagi enggak mood digangguin, jam istirahat singkat, saya harus segera mengisi perut saya yang lagi lapar ini dengan asupan makanan. Jadi minggirlah."Daffa sama sekali tidak peduli dengan masalah pesan pribadi Dea yang tak dibalasnya. Jangankan membalas, membukanya saja ia sudah talk sempat. Dan lagi, mana mungkin ia mengatakan apa yang terjadi di kantor kecamatan itu hanya karena gadis pemberani ini, kan?Bukan ranahnya, dan dia bukan siapa-siapa bagi Daffa.Daffa menabrak bahu Dea hingga gadis berponi itu menyingkir ke pinggir. Tanpa peduli dengan ekspresi dongkolnya yang tak main-main, Daffa terus melangkah menuju warung tegal yang letak

    Last Updated : 2023-09-06
  • Seleksi Calon Mantu   26. Untai Doa

    PRAAAK!PRAAANG!Wajan jatuh, gagangnya menyenggol teko kaca dan pecah begitu saja."WAAAH! Maaf, Nana! Aku kepanasan, jadi wajannya kelepas aja gitu," kata Dea sesantuy itu. Matanya masih melotot besar ke arah pecahan beling di dekat kaki, juga cecaran makaroni telor balado hasil praktiknya bersama Nana Banana.Sangat disayangkan sekali malah tumpah. Padahal saat Nana koreksi rasa dan memeriksa tingkat kematangannya, sudah jauh lebih baik dari pada masakan Dea yang tadi. Beberapa kali gagal, bahkan tak jarang menjadi hitam legam akibat gosong total.Haduh ....Nana tepuk jidat. Makanan yang baginya adalah harta karun berharga itu ikut tumpah gara-gara si manja. Sudah berapa kali itu, bahkan ia belum sempat menghitung kelalaian Dea Posa di dapur ini. Meleng sedikit saja hancur."Na, Nana Sayang ... jangan marah, ya, pliiiis." Dea merengek kali ini, meminta dimaafkan. Melihat wajah Nana yang sudah merah merona akibat kesal, membuat Dea sedikit takut.Saat ini Nana sedang memegang sendo

    Last Updated : 2023-09-07
  • Seleksi Calon Mantu   27. Praktik Memasak

    [Orang kecamatan butuh koyo sepuluh kotak. Besok bisa antarkan tidak ke depan kecamatan?]Hening ....Dea terdiam sebentar ketika membuka pesan dari ayang Daffa. Sedikit cemberut karena ternyata si dia bukan membalas pesan 'I love you' yang Dea kirim sebelumnya. Yang ada malah minta dibawakan koyo untuk orang lain."Asem," ujar Dea bergumam.Dia menghela napasnya panjang sebelum akhirnya menghembuskannya sekali lagi tak kalah panjang."Kupikir mau balas pesan cintaku, eh ternyata cuma pesen koyo," gerutunya mulai meracau. Tapi Dea menghibur diri dalam hati. Tak apa ... tak apa ... bisa saja cinta Daffa tumbuh karena koyo.[Ada. Besok Dea antar ke sana. Mas yang ambil, kan?]Centang dua biru. Dan hal ini lumayan membuat Dea semringah. Tak biasanya laki-laki itu membuka pesannya secepat ini. Hwah~Tapi, setelah cukup lama Dea menunggu lagi balasan pesan, eh tak ada. Semangat yang sudah tegak berdiri itu kembali melempem macam kerupuk terkena angin. Ck, sudahlah! Dea membanting ponsel ke

    Last Updated : 2023-09-08
  • Seleksi Calon Mantu   28. Kukuhnya Dea Tak Ada Lawan

    Langit begitu cerah, secerah senyum Dea yang mampu menyilaukan kaum adam yang melihatnya.GDUBRAAK!"Aduh!" Bahkan sampai membuat dua pemuda yang mengendarai motor nyungsep setelah menabrak tiang listrik di depan sana, gara-gara semua mata mereka tertuju pada Dea.Tapi Dea tak tahu soal itu, karena dia langsung berbelok masuk ke rumah Nana Banana."Pagi Momi!" sapa Dea pada sang pemilik rumah. Momi Kirana yang cantik itu sedang sibuk menyiram bunga."Pagi Dea. Kamu udah siap aja pagi ini. Nana kayaknya masih belum siap. Coba aja kamu tengok dia lagi apa di dalam.""Baik, Mom. Izin masuk, ya ...."Gadis itu sungguh ceria. Cerianya menular pada Momi Kirana, membuat lengkung indah pelangi muncul di bibirnya."Naaa! Nana!" Sementara itu, Dea Posa memanggil-manggil Nana dengan segenap rasa dan tenaga. Sampai orang yang dipanggilnya nyebut akibat kaget."Ya Allah Dea! Kamu itu hobi banget ngagetin aku. Asyem!" ujar Nana.Saat Dea menoleh ke sumber suara, ternyata sahabatnya itu sedang mencu

    Last Updated : 2023-09-08
  • Seleksi Calon Mantu   29. Dipanggil Daffa untuk Kali Pertama

    "Ini, Pak Amir koyonya." Daffa menyerahkan koyo untuk stok kantor ke orang yang kemarin meminta Daffa membelikan benda tersebut.Dan diterima dengan baik. "Makasih banyak, ya. Maaf merepotkan.""Tidak masalah, Pak. Kalau ada hal lain yang bisa saya bantu, jangan ragu untuk memanggil saya." Cukup sadar diri saja, sebagai anak baru masuk, Daffa harus sering berbaur dan mau membantu. Hal itu juga merupakan usahanya untuk bisa akur dan kenal dengan semua karyawan yang ada di sana."Untuk sekarang tak ada lagi. Kamu boleh ke meja kerjamu. Sebentar lagi jam kerja tiba.""Baik, Pak."Daffa kembali ke meja kerjanya. Di sana ternyata sudah ada Herman. Daffa jadi sedikit terheran-heran, sejak kapan dia ada di sana? Seingatnya, saat Daffa pergi ke luar usai membaca pesan Dea, dia belum ada. Embuhlah ... tak mau lagi memikirkan.Eco bag berisi makanan pemberian Dea Posa disimpannya di kolong meja. Daffa pun bekerja seperti biasa tanpa memikirkan apa pun, terutama tentang Dea.Sampai ketika jam is

    Last Updated : 2023-09-09

Latest chapter

  • Seleksi Calon Mantu   89. Berakhir Bahagia

    Hari-hari berlalu begitu saja. Normal seperti yang kemarin-kemarin. Herman masih berusaha sekuat hati mendapatkan Kak Dina serta perhatiannya.Tapi tak kunjung mendapat respons yang baik."Kamu, tuh ngapain, sih setiap hari ngikutin?! Kulapoin kamu ke polisi kalau gini terus, dasar penguntit!" Bahkan Kak Dina mengancam saking gedeknya dengan kelakuan Herman yang ada setiap kali ia keluar rumah.Seperti ketika ia lari pagi, tiba-tiba muncul dan sok akrab. Ketika ia mau makan di luar, tiba-tiba duduk di belakangnya atau di sebelahnya. Sampai hari ini ... malam ini, ketika Kak Dina keluar untuk membeli sesuatu di mart, dia muncul lagi, malah pake sok-sok'an mau ngebayarin barang belanjaannya segala.Kak Dina semakin ilfeel."Nanti kalau pak polisinya nanya kenapa aku menguntit, aku pasti jawab karena Dina cantik," ujar Herman tidak takut sekali. Kalaupun dia beneran dilaporkan, pikirnya tak akan mungkin bisa dipenjara lama-lama. Toh, kesalahannya hanya jatuh cinta. Tak ada sentuhan tanga

  • Seleksi Calon Mantu   88. Rencana Daffa

    "Saya akan hubungi abah dan nenek saya di kampung, Pak. Segera."Malam itu Daffa berpikir bahwa semuanya sudah selesai, dan ia hanya tinggal membawa keluarganya untuk menghadap Pak Jhon. Tak pikiran bahwa akan ada halangan lain sama sekali."Tapi sebelum itu terjadi, kamu harus meluluhkan hati kakak Dea dulu, Dina. Karena saya tak bisa mengizinkan kalian menyeriusi hubungan ini tanpa restu dari semua anak-anak saya."Sampai ketika Pak Jhon berkata begini, Daffa pun terkejut. Dia menatap Dea yang murung. Pantas saja Dea tak seantusias dirinya.Jantung Daffa yang semula berdentum-dentum penuh dengan pukulan cinta itu perlahan tak sesemangat itu lagi. Dirinya merasa lemas lunglai seketika.***Dea Dan Daffa duduk berdua di teras rumah. Saling diam awalnya."Kak Dina beneran nggak mau nerima aku sebagai calon iparnya, ya?" Sampai detik ini ia tak mengerti, apa yang salah dari dirinya sampai kakak Dea yang sulung itu tak mau bahkan hanya sekadar melirik saja.Dea tertunduk tak kalah lesu.

  • Seleksi Calon Mantu   87. Restu Pak Jhon

    Mentari semakin gencar menyemai cahayanya di jam dua belas siang ini. Panasnya lumayan membakar kulit kepala siapa saja yang ada di bawah cahayanya.Pak Jhon melihat ke luar jendela kaca, menatap betapa indah cuaca hari ini sebab tak mendung seperti kemarin.Pikirnya, mungkin karena hujan sudah puas menghujani bumi semalaman, jadi alam menciptakan cuaca bagus hari ini sebagai gantinya.Hati yang awalnya dipenuhi ragam curiga, prasangka, serta ketakutan itu telah kosong ruang-ruangnya. Semua perasaan semu itu telah lari entah ke mana. Pergi, sejak ia selesai bicara dengan Daffa.***Dea dan Daffa kini sedang bergandengan tangan di pinggir pantai. Tidak dekat airnya, sebab panas. Mereka berjalan-jalan di sepanjang deretan pohon-pohon kelapa.Hari yang cerah, hubungan yang sedikit diberi izin, dua hal itu membuat Dea dan Daffa senang bukan main."Jadi, bapak bilang gitu? Izinkan Mas buat ikut seleksinya?" Antara senang dan resah, keduanya menyatu seperti kopi dan gula.Duh, berbahaya. Ra

  • Seleksi Calon Mantu   86. Lolos Jadi Kandidat

    Nadewi terhenti ketika melihat Daffa terburu-buru. Ia segera kembali, mengikuti langkah Daffa yang entah mau ke mana. Tapi melihat wajahnya begitu berseri, Nadewi pikir mood Daffa sudah membaik, makanya dia berniat untuk PDKT lagi.Ya ... namanya mental pelakor tak ada urat malunya. Dia akan kembali lagi dan lagi sampai laki orang benar-benar berhasil direbutnya.Namun, ketika melihat apa yang terjadi di luar gedung hotel, niat terselubungnya runtuh sudah.Semua karena Nadewi melihat Dea Posa memeluk Daffa. Tidak, lebih tepatnya mereka berdua saling berpelukan sama-sama."Dasae nggak tahu malu! Nggak tahu tempat! Najis amit-amit ih! Liatnya aja jijik!" umpat kasar Nadewi. Inilah bentuk rasa kecewanya karena berkali-kali melihat Daffa benar-benar hanyut dalam cinta yang Dea beri.Kenapa tidak bisa ke dirinya, sih? Dia cantik dan seksi!Ya, bila dibandingkan dengan Dea, Nadewi unggul. Tapi hanya unggul di badan, tidak di hati dan pikiran. Nadewi terlalu gila untuk bisa menjadi kekasih h

  • Seleksi Calon Mantu   85. Dijemput Ayang Dea

    "Ya Allah ... pagi-pagi ada aja yang membuatku mau julid." Daffa ngelus Dada. Lantas masuk kamar mandi. Akhirnya dia cuci muka saja, lalu berdoa kepada Allah untuk mengampuninya karena tidak salat subuh.Meski Daffa niatkan, nanti di-qodho, tetap saja rasa bersalah itu menghantui. Saking tak biasanya Daffa melewatkan waktu salat seperti hari ini.Daffa membenahi koper, bersiap pulang. Semalam ia dan pak camat sudah sepakat akan langsung pulang menjelang siang karena tugas sudah tak ada lagi.Tapi karena pak camat melewatkan satu tanda tangan di dokumen, mungkin waktu pulang tertunda. Daffa akan menunggu.Ketukan di pintu mengejutkan Daffa yang masih mengemas pakaian. Tak lama menyusul suara Pak Ridwan, salah satu rekan yang pak camat ajak juga.Daffa buru-buru meninggalkan aktivitasnya dulu, lalu menghampiri pintu dan membukanya."Daffa, kamu katanya kecelakaan. Apa kamu baik-baik saja?!" Pak Ridwan memang terlihat galak, tapi aslinya perhatian. Daffa tersenyum, memperlihatkan tangann

  • Seleksi Calon Mantu   84. Pagi-pagi Sudah Dibuat Kesal

    Malam terasa syahdu dan damai. Entah apa yang terjadi setelah Pak Jhon pingsan, dia tidak ingat. Ingatan terakhirnya hanyalah betapa erat Daffa menggenggam tangannya agar ia tak lepas."Ya Allah, aku telah menzalimi anak sebaik itu," gumam Pak Jhon di tengah sesal yang mengungkungnya.Setelah kejadian yang terjadi, banyak hal yang Pak Jhon ketahui tentang seorang Daffa. Dia memang miskin, tapi tidak dengan akal dan hatinya.Jika kelak Pak Jhon menitipkan Dea padanya, mungkin dia akan menjadi sosok yang tepat untuk menjaga anak bontotnya. Memang benar kekayaan tidak bisa menjamin kebahagiaan akan selalu melanda, kadang kesederhanaan pun bila dijalani dengan rasa syukur serta ikhlas, kebahagiaan itu sendiri akan hadir tanpa diminta.Mungkin maksud Dea begitu, hanya saja Pak Jhon selalu dibutakan oleh yang namanya bibit beber bobot. Pria tampan, kaya, berwibawa, berasal dari keluarga jelas dan berpangkat. Selama ini patokan sempurna Pak Jhon begitu adanya. Bukankah itu salah?"Ternyata a

  • Seleksi Calon Mantu   83. Selamat Dari Badai Lautan

    "Bu-bukan begitu, Om. Sa-saya hanya ... aih, ya sedikit—""Dakjaaaaaal! Kamu kurang ajar!" Jelas Pak Jhon murka. Tak ada orang tua yang akan diam saja mengetahui anaknya sudah disentuh pria asing yang bukan pria sah-nya.Pak Jhon melepas kedua sisi perahu yang akhirnya mengakibatkan oleng. Kedua tangan Daffa segera bergerak mencoba menenangkan."Om, tenang dulu. Saya akan jelaskan! Se-semua terjadi begitu saja. Saya mengaku salah, tolong maafkan saya sekali ini saja, saya berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sumpah demi Allah!" Ia juga ikut berdiri sekarang, gara-gara takut perahunya terbalik tiba-tiba. Mana hujan belum reda, ombaknya semakin ganas.Wah, kalau sampai nyemplung, untuk selamat rasanya sangat mustahil sekali. Daffa tetap ingin hidup, belum mau mati."Kamu gila?! Terjadi begitu saja?! Bawa-bawa Allah segala! Disambar petir baru tahu rasa!""Haih, Om boleh marah! Boleh memukul saya, tapi tolong jangan sekarang. Sekarang tidak tepat, kita bisa jatuh ke lautan, Om. Saya mo

  • Seleksi Calon Mantu   82. Terjebak di Lautan

    GLEGAAAR!Hujan kembali turun dari angkasa, menyerbu manusia yang ada di muka bumi, termasuk Dea dan lainnya yang kini masih panik melihat pertikaian antara Pak Jhon dan Daffa.Payung yang Dea kenakan akhirnya tak berguna gara-gara dihantam angin kencang. Melayang, terbang, lalu entah mendarat di mana.Pada akhirnya menunggu hujan reda hanya sia-sia, sebab badan Dea tetap saja basah."Kak Anita! Tolong itu gimana ya Allah!" Dea merangkul kakaknya, tapi Kak Anita pun sama tak tahu harus bagaimana. Dia stres hanya dengan melihat pedang itu bergerak ke kanan dan kiri berusaha menebas Daffa."Telepon polisi!""Jangan Dea! Mau mampus bapakmu masuk sel?!"Ya, pilihan sulit. "Tapi kalau sampai Daffa terluka, bapak tetap akan masuk penjara!" kukuhnya."Ya Allah Dea, masih aja kamu bela pacarmu di saat begini. Iya aku tahu ini sangat menakutkan, aku juga takut bapak melukai anak orang, tapi aku lebih takut bapak kenapa-kenapa. Kecapean aja bisa kumat jantungnya!"Kak Anita melepaskan tangan De

  • Seleksi Calon Mantu   81. Keluarnya Samurai Dari Sarungnya

    Dea masih memeluk Daffa, erat. Tak peduli Daffa memaksa untuk melepaskannya, Dea tetap tak mau beranjak jauh darinya."Astagfirullah Dea! Ini udah hampir jam sembilan. Kalau kamu nggak pulang, putus kepalamu!" Bukan hanya Dea saja yang Daffa khawatirkan, tapi dirinya sendiri juga. Alamat putus sungguhan kalau anak gadis Pak Jhon tidak diantar pulang sesegera mungkin."Dea nggak mau putus! Kita kawin lari aja gimana?" ucap Dea sekata-kata. Sambil sesenggukan menangis lara."Innalillahi. Kamu ngomong apa?! Buruan lepas ya Allah! Nggak ada, ya kawin lari. Aku tak mau!" tolak Daffa blak-blakan. "Nggak ada pernikahan yang akan langgeng tanpa restu orang tua! Kalau pun ada, pasti rumah tangganya dihantui rasa bersalah dan tak akan bahagia! Sadarlah dan lepaskan Dea!"Melihat jam berdenting begitu cepat membuat Daffa semakin putus asa. Dia seperti prajurit di tengah gempuran bom dan anak panah. Hanya sendirian, tinggal menunggu waktu saja sampai semua buah senjata itu mengenai dirinya.Bersa

DMCA.com Protection Status