Home / Romansa / Sekretaris Kesayangan CEO / Bab 11. Lemah Tak Berdaya

Share

Bab 11. Lemah Tak Berdaya

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“A‒apa?” ucap Reina terbata.

Dengan kekasihnya saja Reina tidak pernah melakukan perbuatan seperti itu. Berpelukan saja tidak pernah. Apalagi berciuman. Dan untuk peristiwa malam itu ... tentu saja tidak ada unsur kesengajaan sama sekali. Bahkan Reina mati-matian berusaha melupakan malam terlarang yang penuh kekhilafan.

Reina menggelengkan kepalanya. Ia masih diam terpaku di tempatnya.

“Tunggu apalagi? Mau hukuman yang lebih dari ini?!” tegas Regan berapi-api.

“Ja‒jangan, Pak. Baiklah, saya akan melepaskan pakaian Bapak. Tapi Bapak jangan lihat, ya?” Reina mencoba bernegosiasi. Wajahnya terlihat sangat gugup. Hal itu membuat Regan menahan tawa di bibirnya. Baginya Reina sangat lucu.

“Cepatlah!” Regan sudah tidak sabaran.

Dengan perlahan Reina mulai melepaskan satu persatu kancing baju milik Regan. Hingga saat terbuka kancing paling bawah, terlihatlah perut kotak-kotak yang sangat dibenci oleh indera penglihatan milik gadis itu. Sebenarnya bukan benci. Lebih tepatnya Reina tidak in
Rich Mama

Omo... kasihan Reina ya.... Apa yang akan terjadi selanjutnya???

| 4
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 12. Sialan!

    Reina hampir saja pingsan. Beruntung ada yang dengan cepat langsung menangkap tubuhnya. “Reina, kamu tidak apa-apa?” “Pak Regan ....” Setelah mengatakan dua kata itu, Reina benar-benar pingsan. Regan langsung membawa Reina ke dalam ruangan pribadinya. Sementara Karin dan Leon tampak kebingungan. “Leon, bagaimana ini? Reina sudah tahu semuanya. Ini semua gara-gara kamu.” “Tadi kamu bilang apa? Sepertinya kamu tadi ingin mengatakan sesuatu kepadaku,” balas Leon mengalihkan pembicaraan. “Aku hamil, Leon. Aku hamil anak kamu. Kamu harus segera menikahiku.” “Apa? Tidak mungkin, Karin. Kamu pasti bercanda. Bagaimana mungkin. Aku belum jadi dipromosikan. Entah kapan. Sepertinya perasaanku tak enak.” Leon melangkah pergi. Niatnya ingin menyusul kepergian Reina. Ia masih berusaha membujuk kekasihnya tersebut meski kemungkinan besar ia akan diputuskan. “Leon, tunggu! Kamu tidak percaya dengan ucapanku?! Kamu tega sekali Leon. Bagaimana kalau perut ini semakin membesar?! Aku takut akan d

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 13. Merasa Malu

    Karin mendekatkan tubuhnya kepada Leon. Ia tepuk pelan bahu kanan kekasihnya itu. “Kamu tidak perlu mempedulikan Reina lagi. Dia itu cuma gadis murahan. Bahkan dia rela jual diri demi uang,” ungkap Karin bernada serius. “Apa maksud kamu, Karin? Kamu tidak sedang berhalusinasi ‘kan?” Kening Leon berkerut. Bagaimana mungkin selingkuhannya itu bisa berkata seperti itu? Jelas-jelas Reina selalu menolak saat Leon meminta sesuatu yang berharga dari gadis tersebut. “Aku punya buktinya.” Karin mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan gambar-gambar saat Reina masuk ke dalam kamar hotel berkat jebakannya. Kedua mata Leon meniti dengan seksama. Apakah gambar tersebut benar milik Reina atau hanya editan belaka. “Sekarang kamu percaya ‘kan sama aku? Aku ada sebuah ide yang bagus. Aku yakin kamu pasti puas saat mendengar penjelasanku nanti.” “Katakanlah, secepatnya!” Leon sudah tidak sabaran. Karin tersenyum smirk. Lalu ia membisikkan sesuatu ke telinga Leon. Berharap kekasihnya tersebut bersed

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 14. Pertama Kali

    “Te-terima kasih, Pak. Saya ambil ini saja kalau begitu,” balas Reina malu-malu. Sejujurnya ia merasa tidak enak hati. Ingin sekali membayar pakaian itu dengan uangnya sendiri, tetapi apa daya. Dirinya tidak punya dana sebanyak itu. “Ambil semua yang sudah direkomendasikan oleh toko ini.” “Tapi, Pak? Bukannya itu terlalu berlebihan?” Reina menunduk resah. “Tidak apa-apa, Reina. Sebagai seorang sekretaris juga harus menjaga penampilan agar menambah semangat dalam bekerja.” Akhirnya Reina hanya terdiam dan menurut saat karyawan tadi mengambil semua pakaian dan membantu Reina ke tempat kasir. Setelah keluar dari area mall tersebut, mereka berdua sepakat untuk kembali ke kantor. “Hari ini saya ada urusan. Jadi tidak ada tambahan kerja untuk kamu. Kamu bisa pulang lebih cepat.” ‘Hah?!’ Reina terdiam seketika. Harapannya telah sirna untuk mendapatkan uang tambahan. Apalagi hatinya juga masih hancur mengingat perselingkuhan yang telah dilakukan oleh Leon. Bahkan lelaki itu tidak mencob

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 15. Berani

    “Atau jangan-jangan kamu yang menceritakan tentang makanan kesukaan kakak kepada Pak Regan, ya?” tebak Reina kemudian. Rafa hanya senyum-senyum sambil manggut-manggut dan memperlihatkan giginya yang gigis dan tidak rapi itu. Reina geleng-geleng kepala dibuatnya. Kenapa sang adik kesayangan harus menceritakan hal itu kepada bosnya? Apa keuntungannya? “Sepertinya Kakak tampan itu suka sama Kak Reina. Hehehe.” Rafa justru sengaja meledek kakaknya. “Hm ... ya sudahlah. Kakak mau mandi dulu kalau begitu. Nanti baru kamu, ya? Habisnya Rafa resek sih?!” Reina langsung pergi ke dalam kamarnya. Mencari handuk dan bersiap untuk mandi terlebih dahulu. Sementara Rafa masih menyelesaikan makannya yang tinggal sedikit. Sayang sekali jika harus dibuang. Kalaupun tersisa nanti pasti akan diomelin Amel ataupun ibu tirinya. Beberapa waktu telah berlalu. Reina dan Rafa sudah siap dengan pakaian barunya. Mereka berjalan menuju perempatan jalan raya untuk mencegat kendaraan umum yang lewat. “Nggak

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 16. Calon Istriku

    Tiba-tiba Regan muncul kembali dari balik pintu ruangan CEO. Membuat Reina tampak terkejut dan hanya bisa melongo. “Kamu ‘kan bisa buat, lagi.” Regan menjawab dengan santai. Ia menunjukkan gelas yang dibawanya dan berucap, “Terima kasih.” Tanpa rasa bersalah Regan mengatakan kalimat itu dan langsung menutup pintu ruangannya dengan sedikit keras. Sepertinya ia sangat senang karena merasa menang dari Reina. “Pak Regan menyebalkan!” teriak Reina kesal. Kedua matanya melotot seolah hendak ke luar. Sebenarnya gadis itu ingin sekali mendobrak pintu milik sang CEO. Meski mungkin tidak akan berhasil. Tapi ketika ia hendak berdiri, tiba-tiba asisten pribadi Regan masuk ke dalam ruangan CEO. Membuat Reina menaikkan sebelah alisnya. “Pagi-pagi sudah ke sini aja. Mau ngapain ya, dia? Nggak nyapa sama sekali pulak!” Reina geleng-geleng kepala. “Ah, iya. Itu ‘kan bukan urusanku.” Reina akhirnya benar-benar berdiri dari duduknya. Ia berniat untuk membuat minuman coklat lagi. Karena masih ada wa

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 17. Egois

    “Apakah kamu maunya seperti itu?” tanya Regan lagi yang seolah sengaja membuat Reina semakin salah tingkah. “Bapak tidak bercanda ‘kan?” “Ya, saya serius.” Regan menjawab dengan tenang. “Maksud Bapak?” Reina bingung sendiri atas pertanyaannya yang semakin ngawur itu. “Lebih baik sekarang kita makan siang dulu.” Regan melajukan mobilnya lebih kencang. Tiada percakapan lagi di antara mereka hingga tiba di sebuah restoran. Seperti biasanya, Reina membiarkan Regan yang memesan makanan. Setelah beberapa menit lamanya menunggu, pesanan pun datang. Mereka berdua makan dalam keadaan tenang. Sesekali Regan melirik ke arah Reina yang tampak tidak fokus. Sepertinya gadis itu tengah memikirkan sesuatu. Reina selesai makan terlebih dahulu. Ia tetap setia menanti Regan menyelesaikan makannya. “Jadi bagaimana Reina?” tanya Regan setelah ia selesai mengelap mulutnya dengan tisu. “Bagaimana apanya, Pak?” jawab Reina balik bertanya. Meski ia tahu mungkin Regan menanyakan tentang hal tadi, namun

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 18. Bertukar Pesan

    Setelah menanti seorang diri, dua hingga tiga jam lamanya, seorang dokter menemui Reina untuk mengabari hasil pembedahan sore itu. Gadis itu menggengga erat tangannya sendiri. Berusaha menguatkan diri sendiri apapun hasilnya. Tetapi jauh di lubuk hatinya selalu mendo’akan yang terbaik untuk sang ayah. “Operasinya berjalan dengan lancar Nona Reina. Tetapi Beliau masih belum sadar dan perlu banyak istirahat.” Dokter itu menerangkan dengan tenang. “Syukurlah ....” Reina merasa lega. “ Saya sangat senang mendengarnya, Dok. Terima kasih banyak.” Kedua mata Reina sudah berkaca-kaca. Rasanya ingin sekali ia menemui sang ayah dan memeluknya. “Kalau begitu saya permisi dulu,” pamit dokter itu. Reina tersenyum sambil mengangguk. Kemudian ia duduk kembali dan menyandarkan tubuhnya ke dinding rumah sakit itu. “Minum dulu dan makanlah,” ucap seseorang dengan penuh perhatian. Reina menoleh cepat. Seorang lelaki mengulurkan sebotol air minum kepadanya. “Leon? Kamu ke sini?” tanya Reina dengan

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 19. Berdetak Lebih Cepat

    “Cepat. Nggak pake lama, Reina. Kamu mau kami mati kelaparan? Hah?!” geram Linda. Mendengar penuturan menyakitkan dari sang ibu, hanya bisa membuat Reina mengelus dada. Kenapa mesti dirinya yang harus melakukan hal itu? Bukankah kakaknya juga bisa memasak? “Baiklah, Bu. Akan segera Reina buatkan.” Reina mengurungkan niatnya menghubungi Jeffan. Ia segera pergi ke dapur untuk memasak. Rasa sakit yang tadi ia rasa, kini seolah sirna begitu saja. Reina tidak sempat menikmatinya. Meski kenyataannya, rasa sakit tercipta bukan untuk dinikmati.Setelah selesai membuatkan menu makan malam di atas meja. Reina segera masuk ke dalam kamar. Pertama kali yang ia lakukan adalah mandi air hangat. Sesudah itu ia duduk di tepi ranjang. Rafa sudah tertidur sangat lelap saat tadi Reina masuk ke dalam kamar. Gadis itu memeriksa email yang masuk melalui ponselnya. Besok ia harus menemani Pak Regan meeting lagi di luar kantor. “Sampai kapan seperti ini?” Entah mengapa Reina memikirkan tentang Leon kemb

Latest chapter

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

DMCA.com Protection Status