Share

Chapter 5

Penulis: White Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah hampir empat jam menunggu di depan ruang operasi. Akhirnya lampu yang menyala di atas ruang operasi itu padam.

Amanda dan Dimas, bahkan kedua asisten rumah tangga mereka segera menghampiri dokter yang keluar dari ruangan operasi tersebut dengan perasaan yang khawatir bercampur cemas.

"Bagaimana ibu saya dok?" tanya Dimas yang wajahnya benar-benar terlihat lelah, sembab dan tidak segar sama sekali.

Amanda juga sangat berharap dokter itu mengatakan sesuatu yang baik tentang ibunya.

"Operasinya berhasil..."

Amanda dan Dimas, pak Sarip juga bi Inem langsung terlihat menghela nafas lega. Amanda bahkan memejamkan matanya dan memegang dadanya karena merasa seperti salah satu beban berat di dadanya yang membuat dia tidak bisa bernafas dengan bebas itu terlepas. Meski tidak semuanya hilang, dia merasa beban itu berkurang.

"Alhamdulillah" ucap syukur pak Sarip dan bi Inem.

"Pasien sudah melewati masa kritis. Dan sekarang kondisinya sudah lebih baik. Akan tetapi harus tetap di tempatkan di ruang observasi sampai besok pagi. Setelah itu baru akan di pindahkan ke ruang perawatan, saat itu baru pasien boleh di jenguk. Saya permisi dulu" kata dokter itu cukup jelas.

Dimas tampak sangat lega, sekali lagi dia memeluk Amanda.

Pak Sarip dan bi Inem terlihat menghampiri kedua anak majikan mereka itu.

"Non, tuan muda. Sudah sangat malam, dan Nyonya juga baru bisa di tengok besok. Bagaimana kalau malam ini, tuan muda dan nona menginap di rumah kami. Rumah kami memang tidak besar, tapi tuan dan nona..."

Amanda memeluk Bi Inem, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada kedua orang yang sudah bekerja di rumah mereka selama puluhan tahun, bahkan seumuran Amanda. Kebaikan mereka membuat Amanda tidak bisa mengatakan apapun selain memeluk Bi Inem.

"Terimakasih banyak bi" kata Amanda memeluk Bi Inem.

Amanda dan Dimas tinggal di ruang bi Inem dan pak Sarip. Karena mereka tidak punya tempat tinggal. Semua barang-barang mereka juga masih ada di rumah lama mereka yang di gembok oleh paman mereka.

Di rumah pak Sarip, bahkan Amanda dan Dimas harus berganti pakaian dengan pakaian milik kedua orang itu. Mereka makan malam bersama, dengan menu seadanya, hingga harus tidur di kamar yang sangat sempit. Hanya muat satu buah kasur dan satu rak saja.

Amanda dan Dimas tak bisa memejamkan matanya. Banyak pikiran di kepala mereka. Dimas bahkan sejak tadi memandangi ponselnya yang dayanya bahkan tinggal 15 persen saja.

"Aku akan meminjam charger pak Sarip.."

Baru Dimas akan bangun, Amanda menahan tangan Dimas.

"Sudah malam mas, pak Sarip dan bi Inem pasti sudah Istirahat. Dan mereka tidak akan punya charger untuk ponselmu itu mas" kata Amanda.

Dimas terduduk lesu. Ponselnya itu memang tidak bisa pakai charger biasa.

"Aku benar-benar tidak punya apapun, ini benar-benar..."

Amanda mengusap lengan kakaknya perlahan.

"Aku akan belikan charger itu besok. Tolong jaga ibu ya mas, aku harus bekerja besok. Dan ini, aku masih punya sedikit uang" kata Amanda menyerahkan semua uang yang ada di dompetnya pada Dimas.

Dimas memandang uang yang ada di tangan adiknya.

"Semua rekening kita di bekukan, padahal tidak semua uang itu adalah uang kakek kan? paman Rangga benar-benar kejam. Apa dia tidak ingat saat dia kesulitan siapa yang ada untuk membantunya" Dimas terlihat sangat emosi.

"Sudahlah mas, mau bagaimana lagi? uang memang bisa membutakan seseorang"

"Tapi kamu jadi yang harus susah payah kerja. Seandainya aku juga bekerja di tempat lain, dan bukan perusahaan ayah, mungkin aku masih bisa..."

"Tidak masalah mas, nanti setelah ibu sembuh. Mas Dimas juga bisa cari kerja lagi. Mas Dimas punya latar belakang pendidikan yang baik. Pengalaman kerja juga bagus kan. Pasti tidak akan masalah" kata Amanda menyemangati kakaknya.

Padahal Amanda yakin sekali, kalau setelah ini kehidupan mereka tidak akan mudah. Menjadi anak-anak dari seseorang yang di tuduh melenyapkan seseorang pasti akan sangat sulit bagi mereka mendapatkan pekerjaan.

"Lalu bagaimana dengan ayah, Manda?" tanya Dimas sedih.

"Aku akan coba mencari pengacara untuk ayah. Masih ada yang sisa penjualan mobil..." Amanda terpaksa berbohong pada kakaknya.

Dimas mengangguk paham, sebenarnya dia juga tidak bisa memikirkan apapun saat ini.

...

Amanda berangkat pagi-pagi sekali dari rumah pak Sarip. Dia harus pergi ke apartemen Samuel untuk memenuhi kontrak yang sudah dia tanda tangani.

Langkah Amanda sudah terlihat biasa. Ibunya sudah selamat, Samuel sudah memenuhi isi perjanjian itu, Amanda memang harus memenuhinya juga.

Amanda menekan bel apartemen itu. Dan seperti kemarin, pintu itu terbuka secara otomatis. Di dalam, Amanda sudah di sambut oleh dua orang MUA. Setelah mengenakan pakaian pengantin dan di rias, Amanda dan Samuel menikah. Tidak ada dokumentasi sama sekali, itu setahu Amanda.

Setelah semua itu selesai, semua orang pun pergi dari ruangan itu. Tidak ada buku nikah, hanya selembar kertas yang di tanda tangani oleh keduanya.

Amanda masih lengkap dengan gaun pengantin, dan riasannya saat dia di ajak oleh Samuel menuju ke sebuah kamar yang ada di apartemen itu.

Samuel membuka pintunya, dan tidak ada hiasan seperti kamar pengantin pada umumnya. Amanda tersenyum lirih dalam hati, kenapa dia berharap ada semua itu. Pernikahan ini bahkan mungkin hanya sebuah permainan bagi bosnya. Yang entah kenapa memilihnya menjadi simpanannya.

Amanda melangkah masuk ke dalam kamar itu saat Samuel sedikit melakukan dorongan di pinggang Amanda.

Samuel menutup kamar itu dan berjalan di depan Amanda. Samuel berbalik dan berhadapan dengan Amanda.

"Bagaimana perasaanmu menjadi istri simpananku?" tanya Samuel dengan nada datar.

Tapi nada datar itu membuat Amanda terkoyak harga dirinya. Amanda merasa seperti seorang wanita yang sudah tidak punya harga diri lagi. Menjadi istri simpanan, sungguh perkataan yang begitu tajam.

Amanda tidak bisa berkata apapun, meski sebenarnya hatinya menjerit. Tapi di memang tidak punya pilihan lain kemarin.

Samuel terlihat begitu angkuh, dia bahkan duduk di tepi tempat tidur dan terus menatap ke arah Amanda yang tidak berani mengangkat pandangan ataupun kepalanya sejak pertama masuk ke dalam kamar ini tadi.

"Kita sudah menikah bukan? sekarang aku bebas melihat apapun yang ingin aku lihat darimu kan? Kalau begitu buka semua pakaianmu dan jangan sisakan satu pun..."

Deg

***

To be continued...

Bab terkait

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 6

    Amanda menatap ke arah Samuel yang mengatakan semua itu dengan begitu santai. Kenapa dia harus menikah dengan pria berdarah dingin seperti itu? Tapi kalau tidak menikah dengan Samuel, mungkin ibunya tidak akan selamat, dan sebenarnya bukan mungkin. Tapi pasti ibunya tidak akan selamat. Dan ayahnya, harus menanggung hukuman akibat kesalahan yang tidak pernah dia buat.Saat Amanda terdiam, tatapan mata Samuel yang sepertinya sudah tidak sabar menyentuh istri baru yang akan menjadi istri simpanannya, yang bahkan hanya dia, Amanda dan Marko saja yang mengetahui hal itu, begitu tajam dan terkesan seperti serigala kelaparan membuat Amanda merinding. "Aku tidak perlu mengulangnya kan Amanda?" ucapan Samuel mulai terdengar tidak sedatar tadi. Nadanya mulai meninggi. Amanda menundukkan kembali wajahnya. Dan melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuhnya sampai benar-benar polos. Rasanya sangat malu, Amanda bahkan ingin menangis. Setelah semua pakaiannya terlepas, Amanda meletakkan tan

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 7

    Amanda masih berusaha membuka matanya, tubuhnya serasa remuk, dan bagian intinya lebih parah. Rasanya kebas dan sepertinya bengkak. Saat Amanda menyentuhnya, ternyata benar, sangat perih dan sedikit membengkak. Amanda rasanya tak kuasa untuk bangkit dari tempat tidur itu. Tapi saat dia melihat jam di dinding, itu sudah jam 1 siang. Dia juga tidak melihat kehadiran Samuel di kamar itu. Tapi di sampingnya, di samping persis dia tidur. Ada beberapa paper bag dan sebuah memo sepertinya. Dengan tulisan yang agak besar 'Sebelum jam 2, kamu harus sudah sampai di resto D'Sas di depan apartemen. Jika tidak, lihat apa yang akan aku lakukan padamu'Mata Amanda melebar. Pria bernama Samuel Watson itu manusia atau bukan sih? itu yang ada di pikiran Amanda. Mau turun dari tempat tidur saja susah, bagaimana bisa dalam satu jam, Amanda mandi, ganti pakaian dan berjalan menuju ke restoran di depan apartemen. Alih-alih mengikuti perintah Samuel. Amanda memilih berbaring kembali dengan menjatuhkan tu

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 8

    Dengan langkah yang lumayan sulit, Amanda berusaha sampai di ruangannya untuk mengambil ponselnya sebelum jam 3. Karena di jam itu, dia sudah harus berada di ruangan meeting. Tapi begitu Amanda sampai di ruangannya, dia bahkan tidak menemukan ponselnya di manapun. Seingatnya, Samuel mengatakan padanya kalau ponselnya ada di ruangannya. Tidak bisa menemukan ponselnya, Amanda coba menghubungi ponselnya. Dan anehnya, ada yang menerima panggilan itu. "Halo, selamat siang," sapa Amanda. [Ponselmu ada padaku, ambil jika kamu menginginkan nya. Tapi sebelum itu, ambil semua laporan dari divisi produksi, jika sampai jam 3 belum sampai di ruang rapat. Jangan harap bisa mendapatkan kembali ponselmu] Tut Tut TutDan panggilan itu terputus. Amanda memejamkan matanya dan menghela nafasnya panjang. Pria itu bahkan memintanya berjalan ke divisi produksi, yang jaraknya lumayan jauh. Tapi Amanda membutuhkan ponselnya. Banyak file yang tersimpan di sana, banyak foto keluarganya, momen-momen yang

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 9

    "Pengantin baru ya?" tanya dokter Miska pada Amanda. Amanda terdiam, memangnya apa yang harus dia katakan. Apa dia harus bilang iya, kalau dia adalah pengantin baru, tapi pernikahannya bahkan tidak boleh di ketahui oleh siapapun. Lantas bagaimana mungkin dia mengatakan semua itu. Amanda hanya diam, dan itu sudah membuat dokter Miska memahami segalanya. "Baiklah, tidak masalah. Aku pikir, itu privasi masing-masing di antara kalian. Hanya saja, kalau aku boleh memberi saran. Katakan pada pasanganmu, agar jangan terlalu brutall seperti itu! dan kamu nona, jangan biarkan di perlakukan seperti itu. Kalau sampai infeksi, atau peradangannya makin parah, kan kamu yang rugi." jelas dokter Miska. Amanda hanya bisa mengangguk paham. Dan mengucapkan terimakasih pada dokter itu. Amanda baru akan pergi setelah Marko masuk ke dalam ruangan dokter Miska bersama Kevin. "Rawat inap saja" kata Marko pada dokter Miska. "Aku sudah menawarkannya, tapi nona Amanda mengatakan tidak perlu" jawab dokter

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 10

    Remuk redam rasanya tubuh Amanda, dia bahkan tak bisa merasakan apapun di bagian bawahnya. Dengan posisi terbaring, dia melihat ke arah Samuel yang sedang mengenakan pakaiannya kembali. Bahkan untuk menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos, Amanda begitu susah payah. Ketika dia berhasil melakukan itu, dan menutupi tubuhnya. Tangannya kembali terkulai lemas di atas tempat tidur. Amanda memiringkan tubuhnya membelakangi Samuel dan pintu keluar. Setelah berpakaian rapi, Samuel menoleh sekilas ke arah Amanda. "Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah menerima tawaran dari pria manapun untuk mengantarmu. Atau kamu akan menerima akibat yang lebih dari ini. Nanti malam adalah ulang tahun ibu mertuaku. Carikan hadiah untuknya, dan cari juga pakaian untukku" Setelah mengatakan itu, Samuel pergi dari ruangan istirahatnya dan menutup pintu. Amanda hanya memejamkan matanya, rasanya dia sudah seperti budakk saja. Di bayar, dan harus menurut pada apapun yang di kat

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 11

    "Ini pakaian anda pak, dan ini hadiah untuk ibu mertua anda," kata Amanda yang meletakkan pakaian yang terbungkus rapi dengan hangernya itu di sandaran sofa. Dan sebuah paper bag yang berisi set perhiasan untuk ibu mertua Samuel di atas meja kerja Samuel. "Saya permisi." Setelah mengatakan itu Amanda berjalan mundur lalu berbalik hendak keluar. "Sidik jari ayahmu di temukan di stik golf yang di gunakan untuk menghabisi nyawa Yossy Dibyo, kamu yakin bukan ayahmu yang melakukan pelenyapan itu?" tanya Samuel. Amanda menghentikan langkahnya, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan dari Samuel. Amanda berbalik dan menghampiri Samuel. "Ayah tidak melenyapkan om Yossy, pak. Mereka teman, mereka sering bermain golf bersama," jelas Amanda. "Tapi di malam tewasnya Yossy Dibyo, rekaman CCtv menunjukkan ayahmu yang terakhir pergi ke rumahnya. Di saat keluarganya sedang berada di luar kota. Untuk apa ayahmu datang kesana?" tanya Samuel lagi. Amanda terdiam, dia tidak tahu semua

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 12

    "Sepertinya kamu salah paham kakak ipar...""Aku tidak bicara padamu Mason!" sela Samuel dengan tatapan yang sangat tajam pada Mason. Amanda mundur menjauh dari Mason. "Mana hadiah untuk ibu mertuaku?" Yahya Samuel pada Amanda. "Ini pak" kata Amanda memberikan paper bag yang dia bawa pada Samuel. Samuel meraih paper bag itu."Ambil minuman untukku!" perintah Samuel pada Amanda. "Baik pak!" jawab Amanda dengan cepat. Mason yang melihat perlakukan Samuel pada Amanda sangat tidak tega. Samuel memang sangat galak, kasar dan dingin. Pantas saja tidak ada sekertaris yang sanggup bertahan lebih dari satu tahun kecuali Amanda. "Permisi Mason...""Amanda, kamu tidak perlu mengambilkan minuman itu. Aku akan minta pelayan yang melakukannya." ujarnya pada Amanda. "Tidak perlu Mason, terimakasih atas niat baikmu. Tapi, pak Sam akan lebih marah padaku kalau pelayan yang membawakan minuman untuknya" kata Amanda yang pergi dari sana dengan cepat lalu menuju ke mini bar yang ada di tempat itu.

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 13

    Amanda bisa melihat semua orang sedang memperhatikan mereka, dirinya dan juga Mason. Amanda akan sangat tidak sopan, kalau sampai menolak Mason dan pergi dari tempat ini. Bukan hanya akan membuat malu Mason. Tapi pasti akan membuat dirinya di musuhi dan di anggap sombong juga tidak sopan oleh seluruh keluarga Carter. Sementara kalau melihat ke arah Samuel. Tatapan pria itu mungkin bisa menusuknya karena memang begitu tajam. Rahang pria itu tampak mengeras, jelas sekali tidak memperbolehkan Amanda berdansa dengan Mason. "Amanda, would you like to dance with me?" Tanya Mason begitu sopan. Amanda masih sangat bingung, yang akan membantunya adalah Samuel, bukan Mason, apa yang harus dia lakukan?Amanda menyatukan kedua telapak tangannya dan meminta maaf di depan Mason. "Maaf, aku tidak bisa berdansa denganmu. Aku tidak pantas. Maafkan aku!" kata Amanda yang langsung berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan acara itu. Samuel tampak merenggangkan dasinya. Tadinya kalau Amanda meneri

Bab terbaru

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 17

    "Papa.""Revan sayang." Diana panik, anak kesayangannya demam sejak kemarin. Padahal Diana sudah membawa Revan ke rumah sakit. Tapi demamnya tak kunjung reda, bahkan Revan terus mengigau memanggil papa, papa dan papa terus. "Bawa ke rumah sakit saja, Diana!" kata Tajuddin, ayahnya Diana. "Iya Diana, bawa saja Revan ke rumah sakit. Ayo!" kata Santi, mamanya Diana. Diana menggendong Revan dan membawa anaknya itu ke rumah sakit. Padahal, Revan itu sakit karena sangat merindukan papanya, sangat rindu pada Dimas. Ikatan ayah dan anak itu sangat kuat, di tempatnya berada, Dimas juga sangat merindukan Revan sampai menangis dan tidak bisa tidur. Biasanya setiap sebelum berangkat kerja, dan setelah pulang kerja, Dimas selalu menyempatkan dirinya untuk bermain bersama Revan. Tentu saja beberapa hari tidak bertemu ayahnya, Revan merasa sangat rindu. Bahkan saat Dimas ke rumah orang tua Diana untuk bertemu dengan Revan. Santi bersikeras tidak memperbolehkan Dimas bertemu dengan anaknya. Sam

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 17

    Di sebuah klub malam ternama, di mana hanya orang-orang yang memiliki kartu akses sebagai member saja yang bisa masuk ke dalam klub tersebut. Dan untuk bisa memiliki kartu itu juga tidak mudah. Setidaknya orang-orang yang ingin menjadi member klub malam itu harus memiliki pekerjaan dengan penghasilan di atas seratus juga. Karena klub malam itu adalah klub malam eksklusif yang semua peralatan yang berada di dalamnya adalah peralatan-peralatan premium. Bahkan furniture yang ada di dalamnya juga furniture yang sangat mahal dan desain-desain designer ternama. Belum lagi makanan dan minuman yang tersedia di sana. Setidaknya setiap member bisa menghabiskan belasan juta untuk segelas minuman saja. Para bartender juga bukan orang-orang biasa, mereka adalah bartender dengan keahlian dan skill yang luar biasa. "Anda sudah mabuk nyonya, sebaiknya jangan pesan minuman lagi? kata Anda tidak akan bisa menyetir saat pulang nanti" kata seorang bertanya tampan yang sejak tadi melayani minuman yang

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 16

    "Suamiku bilang dia ke luar kota? kemana dia? kota mana?" Marko mendongak ketika dia mendengar sebuah suara yang familiar di samping meja kerjanya. Marko dengan cepat berdiri ketika Regina melihat ke arahnya dengan kesal. "Aku tidak perlu bertanya hal yang sama dua kali kan, Marko?"Regina mempertajam tatapannya pada Marko. "Bos pergi ke Bali, Nyonya" jawab Marko jujur. Marko memang tidak berbohong, tapi Bali itu luas. Hotel di sana sangat banyak, resort di sana juga tidak terhitung. Jadi, meskipun Marko memang mengatakan kalau bosnya pergi ke Bali dan itu memang benar, belum tentu juga Regina bisa menemukan bosnya itu dimana. Marko saja tidak tahu, karena memang dia hanya ditugaskan untuk memberikan tiket dari Jakarta ke Bali saja. Setelah sampai di bandara, bosnya mengatakan akan mengirim pesan pada Amanda dia harus kemana. "Jangan membuatku kesal Marko. Bali itu besar, aku harus mencarinya dimana?" wajah Regina sudah menunjukkan tanda-tanda akan mengamuk sepertinya. "Aku tida

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 15

    Amanda sudah tiba di hotel, yang alamatnya sudah di kirimkan oleh Samuel padanya. Amanda masuk ke dalam hotel itu dan langsung menuju ke kamar hotel dimana Samuel saat ini berada. Amanda mengetuk pintu kamar hotel itu, tak lama kemudian Samuel membuka pintu kamar itu dan menyuruh Amanda masuk ke dalam. "Bagaimana perjalanan mu?" tanya samuel. Amanda tertegun sejenak, sejak kapan bosnya itu menjadi orang yang perduli padanya seperti itu. Biasanya mau itu perjalanan yang lebih jauh daripada perjalanan ke luar kota seperti ini. Bosnya itu tidak akan pernah bertanya bagaimana perjalanan yang telah di lalui Amanda. Biasanya bosnya itu malah cenderung akan marah kalau Amanda terlambat datang. Padahal, keterlambatannya bukan disengaja melainkan terkadang pesawat yang digunakan mengalami delay, atau taksi yang dia pakai di jalan mengalami kemacetan. Tapi, biasanya Samuel akan tetap marah dan menegur Amanda. Samuel memang di kenal sangat tegas, meskipun sekertarisnya wanita yang tentu saj

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 14

    "Kakak...""Maafkan aku Amanda, aku hanya bisa menambah masalah saja. Kamu pasti tidak mengeluarkan uang sedikit untuk menjamin ku keluar. Sedangkan uang itu harusnya kamu gunakan untuk membayar pengacara ayah. Aku anak tertua, tapi sangat tidak berguna!" Dimas menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa menjadi anak tertua yang tidak berguna. Dia bahkan memperburuk situasi yang ada. Membuat Amanda harus mengeluarkan uang lebih untuk membebaskannya. Amanda mengusap lengan kakaknya dengan lembut. Siapa yang bisa menyalahkan seorang ayah yang sangat merindukan anaknya. "Aku mengerti perasaan mu kak. Kamu sangat rindu pada Revan, aku juga. Tapi kakak tahu ibunya kak Diana itu seperti apa kan? kakak harus bangkit, kakak harus tunjukkan pada ibu mertua kakak, kalau kakak bisa kembali sukses dan kembali membuat kehidupan kak Diana dan Revan berkecukupan seperti dulu. Kakak pasti bisa." kata Amanda menyemangati kakaknya. Meski dalam hatinya sendiri, Amanda bahkan tidak yakin kalau mereka aka

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 13

    Amanda bisa melihat semua orang sedang memperhatikan mereka, dirinya dan juga Mason. Amanda akan sangat tidak sopan, kalau sampai menolak Mason dan pergi dari tempat ini. Bukan hanya akan membuat malu Mason. Tapi pasti akan membuat dirinya di musuhi dan di anggap sombong juga tidak sopan oleh seluruh keluarga Carter. Sementara kalau melihat ke arah Samuel. Tatapan pria itu mungkin bisa menusuknya karena memang begitu tajam. Rahang pria itu tampak mengeras, jelas sekali tidak memperbolehkan Amanda berdansa dengan Mason. "Amanda, would you like to dance with me?" Tanya Mason begitu sopan. Amanda masih sangat bingung, yang akan membantunya adalah Samuel, bukan Mason, apa yang harus dia lakukan?Amanda menyatukan kedua telapak tangannya dan meminta maaf di depan Mason. "Maaf, aku tidak bisa berdansa denganmu. Aku tidak pantas. Maafkan aku!" kata Amanda yang langsung berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan acara itu. Samuel tampak merenggangkan dasinya. Tadinya kalau Amanda meneri

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 12

    "Sepertinya kamu salah paham kakak ipar...""Aku tidak bicara padamu Mason!" sela Samuel dengan tatapan yang sangat tajam pada Mason. Amanda mundur menjauh dari Mason. "Mana hadiah untuk ibu mertuaku?" Yahya Samuel pada Amanda. "Ini pak" kata Amanda memberikan paper bag yang dia bawa pada Samuel. Samuel meraih paper bag itu."Ambil minuman untukku!" perintah Samuel pada Amanda. "Baik pak!" jawab Amanda dengan cepat. Mason yang melihat perlakukan Samuel pada Amanda sangat tidak tega. Samuel memang sangat galak, kasar dan dingin. Pantas saja tidak ada sekertaris yang sanggup bertahan lebih dari satu tahun kecuali Amanda. "Permisi Mason...""Amanda, kamu tidak perlu mengambilkan minuman itu. Aku akan minta pelayan yang melakukannya." ujarnya pada Amanda. "Tidak perlu Mason, terimakasih atas niat baikmu. Tapi, pak Sam akan lebih marah padaku kalau pelayan yang membawakan minuman untuknya" kata Amanda yang pergi dari sana dengan cepat lalu menuju ke mini bar yang ada di tempat itu.

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 11

    "Ini pakaian anda pak, dan ini hadiah untuk ibu mertua anda," kata Amanda yang meletakkan pakaian yang terbungkus rapi dengan hangernya itu di sandaran sofa. Dan sebuah paper bag yang berisi set perhiasan untuk ibu mertua Samuel di atas meja kerja Samuel. "Saya permisi." Setelah mengatakan itu Amanda berjalan mundur lalu berbalik hendak keluar. "Sidik jari ayahmu di temukan di stik golf yang di gunakan untuk menghabisi nyawa Yossy Dibyo, kamu yakin bukan ayahmu yang melakukan pelenyapan itu?" tanya Samuel. Amanda menghentikan langkahnya, dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan dari Samuel. Amanda berbalik dan menghampiri Samuel. "Ayah tidak melenyapkan om Yossy, pak. Mereka teman, mereka sering bermain golf bersama," jelas Amanda. "Tapi di malam tewasnya Yossy Dibyo, rekaman CCtv menunjukkan ayahmu yang terakhir pergi ke rumahnya. Di saat keluarganya sedang berada di luar kota. Untuk apa ayahmu datang kesana?" tanya Samuel lagi. Amanda terdiam, dia tidak tahu semua

  • Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir   Chapter 10

    Remuk redam rasanya tubuh Amanda, dia bahkan tak bisa merasakan apapun di bagian bawahnya. Dengan posisi terbaring, dia melihat ke arah Samuel yang sedang mengenakan pakaiannya kembali. Bahkan untuk menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos, Amanda begitu susah payah. Ketika dia berhasil melakukan itu, dan menutupi tubuhnya. Tangannya kembali terkulai lemas di atas tempat tidur. Amanda memiringkan tubuhnya membelakangi Samuel dan pintu keluar. Setelah berpakaian rapi, Samuel menoleh sekilas ke arah Amanda. "Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu. Jangan pernah menerima tawaran dari pria manapun untuk mengantarmu. Atau kamu akan menerima akibat yang lebih dari ini. Nanti malam adalah ulang tahun ibu mertuaku. Carikan hadiah untuknya, dan cari juga pakaian untukku" Setelah mengatakan itu, Samuel pergi dari ruangan istirahatnya dan menutup pintu. Amanda hanya memejamkan matanya, rasanya dia sudah seperti budakk saja. Di bayar, dan harus menurut pada apapun yang di kat

DMCA.com Protection Status