Luka berdarah telah ditutupi perban. Gale menatap lengannya yang dililit perban putih, mendesah tak berdaya. Tatapannya beralih pada wanita yang sedang meminum teh lavendernya seperti biasa dan pria tampan yang berdiri membelakangi di sudut ruangan. Gumaman-gumaman kecil terdengar dari pria itu, sepertinya sedang menghubungi seseorang.
Beberapa saat kemudian, Caesar berbalik, mengangkat salah satu alisnya saat mendapati tatapan Gale yang terarah padanya. Cepat-cepat Gale mengalihkan pandangannya begitu tertangkap, tepat ketika Caesar juga membuka mulutnya, ''Aku sudah menelpon Lui. Tapi dia tidak menjawab, sepertinya sedang ada pertemuan. Jadi aku meninggalkan pesan untuknya.''
''Yah, Yang Mulia memang selalu sibuk,'' sahut Charlie santai. Dia kemudian beralih menghadap Gale. ''Omong-omong, apakah Kau sudah mendapatkan elemenmu? Jika tidak salah, hari ini kelasmu akan dikelompokkan sesuai masing-masing elemennya. Ini juga ujian terakhir, bukan?''
Sejenak Gale me
''Tidak masalah, bukan, Kepala Sekolah? Lagipula tidak ada aturan Scootharts yang melarang hal ini.'' Setelah kata-kata itu terlontar, Sydney menyeringai penuh kemenangan. Dia sangat yakin kepala sekolah akan menyetujui permintaannya.Dengan tenang, Charlie meniup rambut yang jatuh mengenai matanya, berpikir. Sudut matanya melirik dua makhluk yang berdiri di samping kanan dan kiri, berjauhan. Yang berwajah tampan saat ini sedang menggertakan giginya kesal dan sesekali mengeluarkan umpatan pelan. Sedangkan di sisi lain, Gale menatap pria tampan itu dengan tatapan mencibir. Namun, begitu tertangkap, dia segera menundukkan kepalanya. Menemukan tindakan ini, Charlie merasa sedikit lucu dan merenung, sikap Ervent sangat berubah-ubah.Fokusnya kembali pada salah seorang di antara kerumunan. Wajah itu masih menunjukkan kecongkakan. Sepertinya tanpa Charlie memberikan tanggapan, bocah itu sudah tahu keputusan Charlie. Senyuman tersungging. Charlie berdehem sebelum mem
Malam semakin gelap. Hampir seluruh makhluk yang bernapas sudah terlelap dalam tidur nyenyaknya. Tidak ada yang berniat melewatkan istirahat paling tenang setelah menjalani berbagai kegiatan berat. Namun, terkadang sepadat apapun aktivitas hingga lelah menguasai tubuh maupun pikiran, masih tetap ada yang tidak bisa memejamkan mata. Dan Gale salah satunya.Sedari tadi, Gale sudah berusaha terlelap, bahkan mencoba menghitung domba di pikirannya. Sayangnya, berapa banyak usaha yang ia lakukan selalu gagal untuk membuatnya terpejam. Saat matanya terpejam dan hanya kegelapan yang dilihatnya, kepanikan yang entah berasal darimana menyerbunya.Matanya kembali terbuka. Berpikir tentang apa yang membuatnya panik. Namun, setelah menemukan tidak ada yang bisa membuatnya begitu panik, Gale kembali memejamkan matanya. Hanya bertahan sebentar sebelum kepanikan itu kembali menyerangnya. Hal ini berlanjut hingga fajar menyingsing. Pada saat itu jugalah, Gale terlelap dalam kegelisahan
"Lama tidak bertemu, Sydney." Begitu tatapan mereka bertemu, Charlie melambaikan tangannya dengan senyum di matanya. Seolah melihat sesuatu yang menjijikan, Sydney mengalihkan pandangannya dan berdecih. Ketidaksukaannya ditunjukkan dengan sengaja.Menangkap tindakannya, Charlie hanya tertawa ringan. Menoleh ketika menemukan pandangan Gale terarah padanya. Tanpa sadar, saat mata mereka bertabrakan, Gale bertanya, "Kau mengenalnya?" Menyadari maksud pertanyaan Gale, kedua manik indah itu berkedip pelan, menyipitkan matanya dan baru akan menjawab saat sebuah penghalang muncul di tengah-tengah kedua kerumunan yang terbagi."Pertarungan akan dimulai dalam dua puluh menit. Mohon persiapkan diri masing-masing!" peringatan dari seorang wanita berkacamata datang secara mengejutkan.Gale menoleh untuk melihat anggota timnya yang tidak mencapai puluhan. Yang tidak ia sangka adalah, hampir seluruh pasang mata tertuju padanya, seolah bertanya, apa langkah selanjutnya? Ini jelas adalah tatapan penu
Tepat sebelum pisau perak itu merobek kerongkongan, Gale menekuk lengannya dan menyikut perut wanita yang menyanderanya kuat. Tubuh itu perlahan limbung, merenggangkan cengkramannya yang segera dimanfaatkan Gale. Dia melepaskan diri dan memasang postur waspada. Tangannya meraih tongkat sihir yang terselip di saku jubahnya, berjaga-jaga jika wanita gila itu kembali menyerang.''Apa-apaan, brengsek!'' Sydney kembali menstabilkan tubuhnya. Napas dihembuskan pelan, berusaha tidak termakan emosi. Dia menyeringai pelan dan berbicara, ''jadilah baik, Gale. Jika Kau tidak memberontak, ini akan cepat selesai.''''Dasar gila! Memangnya jika seseorang menodongmu dengan pisau, Kau tidak akan memberontak?!'' balas Gale berteriak.''Kalau begitu tidak ada cara lain. Aku akan menggunakan cara kasar. Ah, padahal aku tidak menyukainya, tapi apa boleh buat.''Tubuh Sydney mulai bergerak. Kakinya melesat cepat ke arah Gale dengan pisau perak yang terlihat sangat mengancam. Gale melangkah mundur satu lan
''Jean, apa Kau bisa membuat penghalang dari elemenmu, aku akan mencoba membuat mereka berkumpul?'' Sebuah ide melintas di benak Gale sesudah mendengar saran Caesar. ''Eh, aku tidak tahu. Aku belum pernah menggunakan elemenku sebelumnya. Sihir penyembuhan yang aku gunakan padamu sebelumnya adalah sihir turun temurun dari keluargaku, bukan elemen,'' jawab Jean dengan ragu. Gale terdiam, memikirkan rencana lain saat Fallona menyela, ''Elemenmu kehidupan, bukan? Aku akan membantumu. Kurang lebih aku tau bagaimana cara menggunakannya.'' Jean terkejut dan menatap takjub pada Fallona. Cepat-cepat dia mengangguk, menampilkan senyum cerah di wajah bayinya. Siapa yang tidak mau dibantu oleh Puteri Elf terkenal di Scootharts? ''Kalau begitu aku akan mencoba membuat mereka berkumpul,'' sahut Gale. Dia baru akan melangkah saat bahunya ditahan Caesar. ''Kau cukup berdiri di depan sana. Selanjutnya, aku yang akan menangani.'' Caesar tidak memberi Gale kesempatan untuk menolak dan segera melesat
''Kau tahu, kan, jika elemenku dengan seorang Caesar Hardenlez sangat berbeda. Elemen miliknya adalah sihir penyerang sedangkan milikku hanya sebagai pertahanan, yang artinya elemenku tidak digunakan untuk menyerang. Dan lagi, Kau ingat, peraturan tidak memperbolehkan kita untuk membunuh di arena pertarungan ini. Karena itu, jika sihir elemen penyerang digunakan untuk membuat jebakan seperti itu, sudah bisa dipastikan mereka akan mati. Elemen sihirku adalah yang paling tepat jika ingin membuat jebakan.''Gale mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Jean. Sebelumnya, saat Caesar bergerak mendahuluinya dan membuat lingkaran api yang memerangkap lawan mereka, Gale cukup terkejut. Dia pikir, Caesar mengubah rencana dan bergerak langsung untuk menyerang sendirian.Namun, tidak lama, lingkaran api itu menghilang dan digantikan dengan elemen sihir milik Jean. Hal ini membuat Gale bertanya-tanya, mengapa Caesar tidak langsung membereskannya. Dan penjelasan lengkap dari Jean menjawa
Di sisi lain bangunan, di sebuah ruangan luas dengan sinar matahari mengintip dari celah tirai, dua sosok terlihat saling berhadapan, terlibat dalam percakapan serius. Salah satu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya, sedangkan yang lain berdiri tegak. Udara tegang mengisi ruang kosong di antara mereka, meskipun keberadaannya lebih didominasi oleh sosok yang berdiri diam. Charlie menyanggah dagunya saat ia tersenyum menenangkan. Tidak ada keseriusan di wajahnya seperti yang dimiliki oleh sosok di seberangnya, seolah ia hanya akan membicarakan tentang ramalan cuaca sembari menikmati teh lavendernya. ''Jangan terlalu tegang seperti itu. Bagaimana kalau duduk dulu dan makan beberapa camilan?'' Kemudian tawanya mengalun pelan, merasa geli dengan tawarannya. Menghadapi candaannya, Sydney tidak terpengaruh sedikitpun. Dia tetap berdiri tegak seperti patung dengan ekspresi sedingin lapisan es. Bahkan punggungnya lurus seperti anak panah. ''Baiklah, aku tidak akan bercanda lagi,'' set
Pagi hari berikutnya datang setelah hari melelahkan berakhir. Aktivitas pagi hari tetap berjalan seperti biasa, tidak terpengaruh oleh suasana pertandingan hari kemarin. Begitu juga dengan kelas pembelajaran serta kewajiban yang harus dilaksanakan.Mengingat tentang kelas, ini adalah hari pertama Gale di kelas barunya. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup, apalagi mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Sambil menghembuskan napas, ia berpikir untuk menenangkan dirinya, setidaknya masih ada Jean.Namun, harapannya seketika harus dipatahkan oleh kenyataan di hadapannya. Gale memasuki ruang kelas barunya, memilih bangku di paling ujung belakang dan mengamati sekeliling, berusaha menemukan sosok kecil yang dikenalnya. Setelah beberapa saat kepalanya menoleh ke kanan kiri, dia tetap tidak bisa menemukan Jean.Beberapa sosok yang familiar memang tertangkap matanya, entah dari kelas sebelumnya ataupun yang menjadi anggota timnya saat pertarungan kemarin. Berbeda dengan saat ia pertama kali t
''Tangkap pria berjubah biru dan rubah itu!'' Gale tidak tahu bagaimana ia bisa terjebak di situasi ini. Awalnya, saat mendengar seruan dari pria berjubah hitam, ia berniat melarikan diri. Namun, mendengar rengekan kecil dari rubah berekor delapan itu, membuat Gale tak tega meninggalkannya. Dan sepertinya, makhluk itu mengerti jika Gale berniat menolongnya. Terbukti saat Gale mengangkat tubuhnya. Ia diam saja dan tidak menyerang seperti sebelumnya. Setelah bermenit-menit berlari menaiki tangga serta orang-orang berjubah hitam yang mengejar di belakangnya, Gale mulai menyesali keputusannya. ''Sial, kenapa juga aku ikut campur dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya denganku. Dan juga, kenapa tangga ini rasanya semakin panjang?'' Gale menghentikan langkahnya, terengah-engah dan merasa kelelahan. Ternyata rubah yang kelihatannya kecil, bisa menjadi beban yang sangat berat. Derap kaki terdengar semakin dekat dari mereka. ''Hei!'' Gale menggoyangkan rubah yang bersembunyi di balik j
''Butterfly's Eye terjual kepada ruangan VVIP nomor 7.''Ruangan VVIP nomor 7 adalah tempat dimana Gale dan lainnya berada. Tak perlu dijelaskan siapa yang menawarkan harga tinggi untuk mendapatkan benda itu. ''Dasar gila! Untuk apa Kau membeli barang tak jelas semahal itu,'' umpat Caesar saat mendengarkan harga yang ditawarkan Fallona untuk mendapatkan Butterfly's Eye.Fallona mengibaskan rambutnya, tak sedikit pun tersinggung karena umpatan Caesar. ''Diamlah! Kau saja yang tidak tahu kegunaannya. Lagipula uangku sangat cukup untuk membeli lima benda itu.''Tak lama, pelelangan berakhir setelah MC memberikan kata penutup. Gale menyandarkan tubuhnya pada bantalan sofa dan menghela napas puas. Dia menatap Fallona yang kembali setelah mengurus pengiriman barang beliannya.''Omong-omong benda apa yang Kau beli itu?''''Kau penasaran?'' Fallona menjawab dengan nada main-main. Setiap kali Gale bertanya, wanita itu tidak bisa untuk tidak menggoda Gale terlebih dahulu.''Namanya Butterfly's
Pusat kota adalah tempat terbuka yang penuh keajaiban. Begitu Gale turun dari kereta, dia disambut dengan sorakan-sorakan yang datang entah darimana. Merpati-merpati putih terbang di langit biru dengan memancarkan cahaya keemasan di ujung ekornya.''Sepertinya akan ada suatu pertunjukan,'' sahut Fallona saat melihat merpati terbang di atas kepalanya. Tangannya terangkat, menjangkau merpati putih itu. Hebatnya, merpati itu menurut dan bertengger tenang di bahunya.''Pertunjukan?''''Ya. Burung merpati ini sebagai pengingat jika sebuah pertunjukan akan berlangsung di sini.''Gale mengangguk, tanda mengerti. 'Mungkin aku bisa menontonnya nanti.'''Bagaimana kalau kita ke tempat pelelangan alat-alat sihir? Ada sesuatu yang ingin kudapatkan,'' kata Fallona sembari melepaskan merpati putih yang bertengger di bahunya. Gale memberikan suara persetujuan, sedangkan Caesar memutar matanya malas. Mereka bertiga melewati kerumunan, yang mana menyebabkan Gale hampir terseret. Untungnya, Caesar seg
Kereta tiba-tiba berhenti selama tiga menit sebelum kembali bergerak. Sepertinya itu adalah pengecekan yang disebutkan oleh Fallona. Gale melihat keluar jendela dan menemukan jika kereta memasuki lingkungan yang tampak familiar di ingatannya. Dia sudah pernah kesini sebelumnya. Tepatnya sehari setelah ia datang ke Federlin.Tidak ada yang berubah dari tempat ini. Masih sama indahnya seperti sebelumnya. Pohon-pohon biru yang akrab masih berdiri tegak di sepanjang jalan yang dilalui. Ini adalah kali kedua Gale datang kemari, namun tetap saja ia takjub melihat keunikan warna dari daun-daun pepohonan itu.Manusia-manusia kerdil yang berjalan sambil membawa kayu di punggung, menghentikan langkah saat kereta kuda melewati mereka. Kepala-kepala kecil itu, satu persatu menoleh ke belakang menatapi kepergian kereta itu.Sangat jarang untuk melihat kereta kerajaan masuk ke desa ini. Hal ini membuat mereka saling memandang satu sama lain dengan raut penasaran di wajah berkerut mereka. Ada rasa a
Gale ragu-ragu menatap Caesar, sebelum matanya beralih ke Fallona. Dia dengan hati-hati membuka mulut dan mengeluarkan suara kebingungan, ''emm, itu.....''Fallona berdecak sebal, mengerti pertanyaan tersirat Gale. Jari telunjuknya yang ramping dan lentik menunjuk ke arah Caesar. ''Jangan terus-terusan menatapnya! Aku tidak tahu darimana asalnya pria ini, yang tiba-tiba datang dan ingin menggangu rencana kencan kita berdua. Sialan!''''Ke- kencan?'' wajah Gale sontak memerah mendengar kata kencan yang meluncur halus dari mulut Fallona tanpa hambatan. Di sampingnya, Caesar memberikan senyum mengejek. ''Kau sebaiknya bangun dari mimpimu terlebih dahulu. Oh, tidak, tidak. Kau benar. Aku memang berniat merusak 'rencana kencan' yang Kau sebutkan itu. Bukankah sudah kewajibanku menjauhkan seorang anak yang tidak tahu apa-apa dari pengaruh buruk?''Suara gertakan gigi yang jelas terdengar. Hanya mendegar suaranya saja, membuat Gale membayangkan gigi-gigi itu akan rontok di detik selanjutnya
''Omong-omong, apa yang terjadi dengan Sydney? Aku belum melihatnya selama beberapa hari,'' tanya Gale penasaran dengan keberadaan Sydeny yang tidak muncul di hadapannya selama beberapa hari terakhir ini.Bukan berarti dia senang jika bertemu dengan wanita gila itu. Hanya saja ia heran, mengingat kelakuan wanita itu yang entah mengapa sangat terobsesi untuk melukai Gale tidak menampakkan batang hidungnya sedikit pun.Fallona yang mendengar pertanyaan Gale menyesap teh terlebih dahulu sebelum menanggapi pertanyaan Gale. Dia menopang dagunya dengan gumaman pelan, seolah berpikir. Namun, tentu saja Gale tahu jika wanita itu hanya berpura-pura.Mengetahui rencananya gagal, Fallona hanya tertawa singkat sebelum memutuskan untuk benar-benar menjawab pertanyaan Gale, ''sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu. Tapi kudengar dia dikeluarkan dari Scootharts, lagi.''Dengan penasaran Gale menatap Fallona saat mendengar penekanan pada kata terkahirnya. ''Lagi?''''Oh, Kau tidak tahu? Benar juga, K
Pagi hari berikutnya datang setelah hari melelahkan berakhir. Aktivitas pagi hari tetap berjalan seperti biasa, tidak terpengaruh oleh suasana pertandingan hari kemarin. Begitu juga dengan kelas pembelajaran serta kewajiban yang harus dilaksanakan.Mengingat tentang kelas, ini adalah hari pertama Gale di kelas barunya. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup, apalagi mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Sambil menghembuskan napas, ia berpikir untuk menenangkan dirinya, setidaknya masih ada Jean.Namun, harapannya seketika harus dipatahkan oleh kenyataan di hadapannya. Gale memasuki ruang kelas barunya, memilih bangku di paling ujung belakang dan mengamati sekeliling, berusaha menemukan sosok kecil yang dikenalnya. Setelah beberapa saat kepalanya menoleh ke kanan kiri, dia tetap tidak bisa menemukan Jean.Beberapa sosok yang familiar memang tertangkap matanya, entah dari kelas sebelumnya ataupun yang menjadi anggota timnya saat pertarungan kemarin. Berbeda dengan saat ia pertama kali t
Di sisi lain bangunan, di sebuah ruangan luas dengan sinar matahari mengintip dari celah tirai, dua sosok terlihat saling berhadapan, terlibat dalam percakapan serius. Salah satu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya, sedangkan yang lain berdiri tegak. Udara tegang mengisi ruang kosong di antara mereka, meskipun keberadaannya lebih didominasi oleh sosok yang berdiri diam. Charlie menyanggah dagunya saat ia tersenyum menenangkan. Tidak ada keseriusan di wajahnya seperti yang dimiliki oleh sosok di seberangnya, seolah ia hanya akan membicarakan tentang ramalan cuaca sembari menikmati teh lavendernya. ''Jangan terlalu tegang seperti itu. Bagaimana kalau duduk dulu dan makan beberapa camilan?'' Kemudian tawanya mengalun pelan, merasa geli dengan tawarannya. Menghadapi candaannya, Sydney tidak terpengaruh sedikitpun. Dia tetap berdiri tegak seperti patung dengan ekspresi sedingin lapisan es. Bahkan punggungnya lurus seperti anak panah. ''Baiklah, aku tidak akan bercanda lagi,'' set
''Kau tahu, kan, jika elemenku dengan seorang Caesar Hardenlez sangat berbeda. Elemen miliknya adalah sihir penyerang sedangkan milikku hanya sebagai pertahanan, yang artinya elemenku tidak digunakan untuk menyerang. Dan lagi, Kau ingat, peraturan tidak memperbolehkan kita untuk membunuh di arena pertarungan ini. Karena itu, jika sihir elemen penyerang digunakan untuk membuat jebakan seperti itu, sudah bisa dipastikan mereka akan mati. Elemen sihirku adalah yang paling tepat jika ingin membuat jebakan.''Gale mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Jean. Sebelumnya, saat Caesar bergerak mendahuluinya dan membuat lingkaran api yang memerangkap lawan mereka, Gale cukup terkejut. Dia pikir, Caesar mengubah rencana dan bergerak langsung untuk menyerang sendirian.Namun, tidak lama, lingkaran api itu menghilang dan digantikan dengan elemen sihir milik Jean. Hal ini membuat Gale bertanya-tanya, mengapa Caesar tidak langsung membereskannya. Dan penjelasan lengkap dari Jean menjawa