“Anda keluarga Nona Mielda?” tanya salah satu perawat setelah Liam sampai di ruang gawat darurat.“Ya, apa yang terjadi dengannya, Ners?” Liam balik bertanya setelah melihat Mielda masih tidak sadarkan diri dengan selang infus terpasang di punggung tangannya. Juga beberapa perban di kening, tangan dan juga kakinya.“Nona Mielda mengalami kecelakaan, kami sudah melakukan pemeriksaan dan hasilnya tidak ada yang perlu di khawatirkan. Nona Mielda hanya perlu istirahat hari ini karena masih terlihat syok. Jika sore nanti keadaannya sudah membaik, Nona Mielda sudah diperbolehkan pulang.”“Baik Ners, terima kasih.”Sepeninggal perawat tadi, Liam duduk di samping Mielda, wanita cantik itu terlihat seperti tengah tertidur pulas saja, dan sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit, apalagi yang baru saja mengalami kecelakaan.“Kalau ini salah satu caramu untuk menarik simpatiku lagi, kamu hanya akan mendapatkan kesia-sian saja, Mielda!” desis Liam, ia teringat pada beberapa peri
“Mulutmu saja yang selalu menyatakan penolakan padaku, tapi tidak dengan hatimu, Liam. Aku tahu jauh di lubuk hatimu kamu masih menyimpan cintamu itu hanya untuk aku, ya kan? Kalau tidak, kamu tidak akan sampai ke rumah sakit ini secepat itu jika kamu tidak sedang mengkhawatirkanku.”“Percaya diri sekali kamu!”“Itu kenyataan, Liam. Kenyataan yang sedang berusaha kamu abaikan. Kamu bahkan belum uninstal aplikasi mencari GPS pasangan kan? Itu makanya kamu dapat langsung menemukan lokasiku. Kamu tidak bisa mengelak lagi, Liam. Sudah akui saja kalau kamu masih mencintaiku.”“Aku hanya lupa uninstal saja, Aku akan buang aplikasi itu sekarang!”Liam baru akan mencari aplikasi untuk pasangan itu ketika tangan Mielda menahannya,“Maafkan aku, Liam. Maafkan aku … Aku masih sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganmu! Aku akui Aku memang egois yang hanya mementingkan keinginan aku saja tanpa mempedulikan keinginan Daddymu sebelum meninggal, aku juga terlalu takut pada keluargaku,” aku Miel
“Liam belum pulang?” tanya mommy Yvette saat Elena tengah mencuci piring bekas mereka makan siang.“Belum Mom,” jawab Elena.“Cih, baru saja hitungan Minggu kalian menikah, tapi Liam sudah meninggalkanmu tanpa kabar. Entah tidur di mana putraku itu selama dua malam ini.”“Malam pertama Liam tidur di Kafe, Ma. Liam sendiri yang memberitahuku karena akan bertemu dengan temannya di sana.”“Oh ya? Lalu Liam semalam tidur di mana? Liam tidak menghubungimu sama sekali kan?”“Mungkin saja karena baterai ponselnya habis, Mom.” “Elena … Elena, kau terlalu polos jadi wanita. Kalau seorang pria tidak mengabari istrinya di rumah saat tidak pulang ke rumah, itu bukan karena dia lupa, atau karena baterai ponselnya habis. Tapi karena pria itu menikmati bersama teman-temannya sampai lupa waktu! Pastinya mereka sedang berpesta …”Mommy Yvette memberikan tatapan mencemoohnya pada Elena saat menambahkan, “Tanpa istri buruk rupa seperti dirimu!”Elena Hanya bisa menghela napas berat, Meski tidak merest
“Siapa Mielda?” tanya Elena pada Fynn sesampainya ia di dalam kamarnya sambil melangkah ke arah balkon.Meski Elena berusaha untuk tidak mengambil pusing perihal wanita itu, namun hatinya tidak juga merasa tenang. Jadi ia pun mencari jawabannya melalui Fynn. Karena pria itu lah yang terakhir Bersama dengan suaminya.“Mielda?” ulang Fynn yang mengencangkan volume suaranya karena suasana kafe yang bising.“Jangan berpura-pura tidak tahu kamu Fynn, kamu yang sedang Bersama Liam dua hari ini. Bagaimana Liam bisa kembali ke rumah bersama dengan wanita itu? Dan di mana Henry?”“Astaga El, aku sama sekali tidak mengerti maksudmu itu. Dan mengenai Lord Henry, kakakmu itu sudah lebih dulu meninggalkan kamarnya untuk kembali ke hotelnya.”“Apa Henry keembali ke hotelnya hari ini juga?”“Bukan, kemarin pagi. Astaga El, ada apa sebenarnya? Apa yang sudah membuatmu emosi seperti ini?”Meski Fynn tidak dapat melihat Elena, pria itu dapat merasakannya melalui nada suara Elena yang terdengar tidak se
Karena Liam sudah kembali, secara tiba-tiba semua pelayan sudah kembali ke rumah itu. Jadi, Elena tidak perlu lagi menguras tenaganya untuk menggantikan pekerjaan mereka, tanpa sepengetahuan Liam tentu saja.Pagi ini, sarapan lezat sudah tersaji di meja makan. Mommy Yvette menatap tidak suka pada Elena saat Liam menarik kursi untuknya duduk. “Sebaiknya kamu jemput Mielda, Liam. Dia tidak nafsu makan katanya,” saran mommy Yvette.“Kalau begitu, biarkan salah satu pelayan membawakan sarapan ke kamarnya, Mom.”“Sejak kapan sopan santunmu itu hilang, Liam? Mommy selalu mengajarkan untuk menjamu tamu dengan baik!”“Mom, aku meminta salah satu pelayanku mengantarkan makanan untuknya apa itu tidak menjamu tamu dengan baik namanya?”“Setidaknya kamu datangi kamarnya, dan tanyakan kondisinya sekarang ini. Demi Tuhan, Mielda baru saja kecelakaan, Liam. Pastinya Mielda membutuhkan dorongan semangat dari kita!”Mommy Yvette menyipitkan kedua matanya saat beralih menatap Elena,“Kamu yang melaran
Menyusuri tepian pantai dengan bertelanjang kaki sambil bergandengan tangan dengan Liam terasa jauh lebih indah, dibandingkan saat Elena menyusuri pantai itu seorang diri. Sesekali Liam berhenti untuk memungut kerang yang terdampar dan memberikannya pada Elena.Mereka baru kembali dari Ocean Drive yang selalu dipenuhi oleh para wisatawan mancanegara, catwalk yang seolah memeluk Samudera Atlantik, tempat terbaik untuk menikmati pemandangan yang disuguhkan Miami. Tempat yang sama sekali tidak pernah kekurangan bar, klub, dan restoran mewah di hamparan lima belas blok yang legend itu untuk menjamu tamu mereka, juga tidak kekurangan wanita cantik berpakaian seksi yang berlalu-lalang di sepanjang jalan itu, serta para pria dengan dada terbuka hingga memperlihatkan roti sobek mereka yang memukau.Klub milik Liam salah satunya. Klub itu bahkan buka sampai jam lima pagi dan selalu ramai seolah tidak pernah mengenal kata sepi. Pasangan muda-mudi yang mendominasi klub itu, tempat yang akan men
“Apa kamu mau jujur padaku sekarang?” tanya Liam yang berhasil memacu jantung Elena berdetak jauh lebih cepat.“A … Apa maksudmu?” Elena memasang wajah polosnya, ia harus memastikan lebih dulu apa yang Liam maksud itu.“Kamu menyembunyikan sesuatu kan? Katakan saja, Aku siap mendengarnya.”Inikah saat yang tepat untuk Elena berbicara jujur pada Liam mengenai jati dirinya? Atau memang Liam sudah mengetahuinya?Tapi, Elena tidak tahu harus memulainya darimana. Ia terlalu gugup hingga tidak dapat berpikir dengan jernih. Semua rangkaian kata yang telah ia siapkan untuk situasi seperti ini seolah menguap hilang semuanya. Ia seperti anak ingusan yang tidak mengetahui apa-apa.Wajah Elena tertunduk menatap tangan kanannya yang tengah disentuh Liam dengan lembut. Permata yang terikat di cincin kawinnya berkilauan tertempa sinar matahari. Haruskah pernikahannya berakhir sekarang?Ia menarik napasnya dalam-dalam untuk menguatkan dirinya dan bersiap menerima segala konsekuensi yang akan ia teri
Note : Untuk pembaca baru yang ingin tahu cerita tentang Victorino dan Belinda, kalian bisa baca di novel Me After You yaa …Melihat wajah serius Fynn yang pastinya ada sesuatu yang tidak beres, Elena pun mengumpat pelan saat sesosok wajah melintas di benaknya,“Jangan bilang itu Rino!”“Ya, Don Victorino beserta Dona Belinda!” Elena menangkup mulutnya, tubuhnya sendiri mundur beberapa langkah ke belakangnya,“Jadi benar itu Rino dan Belle?”“Kamu tidak percaya padaku, El?”“Tapi, kenapa mereka ada di sini? Setahu aku mereka menutup rangkaian bulan madu mereka di Milan, bukan di Miami.”Fynn mengangkat sebelah bahunya pertanda ia pun tidak mengetahui alasan dibalik kedatangan Victorino dan Belinda.“Fynn, bagaimana ini? Aku tidak mungkin bersembunyi begitu saja kan? Liam pasti akan curiga.”Fynn meraih telapak tangan Elena untuk menguatkannya,“Mungkin, kini sudah saatnya kamu membuka jati dirimu, El. Bagaimanapun juga, mau sebaik apapun kamu menutupi identitasmu itu, lambat laun pa
Pernikahan Liam dan Elena dilangsungkan di salah satu hotel mewah di London. Sesuai dengan keinginan Liam, acara sakral itu diadakan secara tertutup. Tidak ada satu pun awak media yang diundang, bahkan tamu undangan tidak diperkenankan mengeluarkan ponsel mereka untuk mengabadikan acara itu, atau mereka akan berurusan tidak hanya dengan para bodyguard Foxmoore tapi juga pengawal kerajaan, karena Sang Ratu hadir juga di acara itu.Liam tidak pernah melepaskan rangkulan tangannya di pinggang Elena saat mereka menyapa tamu penting yang hadir, ia tidak peduli jika terlihat terlalu posesif, semua demi wanita yang ia cintai juga calon anak mereka yang tengah berkembang di dalam rahim istrinya."Bagaimana rasanya menikah untuk yang kedua kalinya dengan pria yang sama, El?" tanya Belinda dengan tatapan menggodanya."Rasanya jauh lebih indah yang kedua ini, Belle. Karena kami sudah sama-sama saling mencintai, tidak seperti pernikahan pertama kami yang terjalin karena keputusan impulsif kami sa
Awalnya Liam mau mengadakan press conference seorang diri, tapi Elena memaksakan dirinya untuk ikut juga dalam press conference itu. Karena ia pun akan menjelaskan juga berita yang tengah panas di berbagai media mengenai dirinya dan Liam.Mereka duduk berdampingan, sementara cahaya kamera berkali-kali menerangi wajah mereka, hingga akhirnya press conference itu dimulai. Liam yang lebih dulu memberikan penjelasannya."Seperti yang sudah kalian ketahui mengenai kejadian tidak menyenangkan di acara After Party, keberadaan saya di sana adalah untuk melindung tunangan saya, Lady Elena, wanita yang sangat saya cintai. Seseorang berniat jahat padanya, yang untungnya saya datang tepat waktu untuk menyelamatkannya," mulai Liam.Elena sungguh terharu, karena Liam mau mengakui perasaannya pada Elena di hadapan banyak wartawan. Mereka pasti akan kembali menjadi trending topik, dan menjadi tajuk utama di berbagai media, baik lokal maupun internasional."Tunangan? Kapan tepatnya kalian bertunangan
"Aku hamil?""Ya, Wifey. Gayle sedang membeli alat tes kehamilan untuk lebih memastikannya diagnosa Gemma. Karena tidak mungkin kamu membawamu ke rumah sakit sekarang tanpa menimbulkan skandal baru lagi.""Gemma di sini?""Kamu juga mengenalnya?""Sehari setelah aku kembali ke London, Henry langsung membawaku ke rumah Gemma untuk memastikan aku hamil atau tidak. Tapi saat itu semua alat tes kehamilan menunjukkan kalau aku negatif, pun dengan USG, tidak terdapat kantong kehamilan. Tapi, kenapa sekarang tiba-tiba aku hamil? Apa karena kita melakukannya lagi semalam? Tapi tidak mungkin juga kalau aku langsung hamil kan?" Elena mencecar Liam dengan pertanyaan.Liam merapikan selimut Elena saat menjawab, "Mungkin saja saat itu terjadi kesalahan. Nanti kita tanyakan lagi pada Gemma. Sekarang kamu mau apa? Ada sesuatu yang kamu idamkan?"Elena menggeleng pelan. Ia sedang tidak mengidamkan apapun, ia hanya merasa tersiksa dengan rasa mualnya saja. Lalu tiba-tiba saja Elena duduk saat tering
"Sejujurnya, saya lah pria yang El cium di pesta keluarga anda, My Lord. Skandal yang membuat anda mengusir El keluar dari Mansion anda, yang akhirnya El bertemu dengan saya dan menerima begitu saja tawaran pernikahan dari saya.""Kau! Jadi kau lah biang masalah dari semua ini! Kau yang membawa keburukan untuk El kami!" raung daddy Simon, pada akhirnya amarahnya terlepas juga setelah susah payah ia menahannya demi persahabatannya dengan ayah dari pria yang menghamili putrinya itu."Sebelumnya, saya sudah datang ke London untuk bertemu dengan El, juga memberikan penjelasan pada orang tua El mengenai hubungan kami di Miami. Tapi Henry langsung mendeportasi saya saat itu, jadi kesempatan saya untuk berterus-terang pada kalian hilang begitu saja, karena nama saya telah di blacklist di negara kalian.""Saya pun akan melakukan hal yang sama seandainya saya mengetahui masalahnya lebih dulu. Kau tidak tahu jadi semurung apa El saat kembali ke rumah kami. Tiap hari kami harus melihat raut kese
"Sebaiknya kita membawa El ke rumah sakit untuk memastikan diagnosa saya.""Kenapa? Apa ada masalah serius dengan El?" desak mommy Marie."Katakan saja, Gem. Apa diagnosamu itu?" Henry turut serta mendesaknya.Tatapan Gemma kini tertuju pada pria itu, “Henry aku sendiri pun tidak mempercayainya, tapi aku yakin sekali kalau saat ini El sedang hamil.”"Hamil?" tanya semua yang ada di sana, termasuk juga Lord dan Lady Foxmoore."Ya Tuhan, El!" pekik mommy Marie."Bagaimana bisa? El belum menikah dan terlebih lagi tidak memiliki kekasih! Pasti ada yang salah dengan diagnosamu," sangkal daddy Simon."Maka dari itu saya sarankan untuk mendapatkan hasil yang akurat, lebih baik kita membawa El ke rumah sakit. Atau adakah di antara kalian yang bisa pergi keluar untuk membeli alat tes kehamilan?""Tunggu dulu, kalau memang benar El hamil, lalu siapa ayah dari janin di dalam kandungannya itu? Selama ini El tidak dekat dengan pria manapun kecuali ... "Mommy Marie tidak berani melanjutkan, terl
"Aku pun demikian, Dad. Jadi tenang saja, aku sudah menyiapkan hukuman yang teramat pedih untuk pria itu di selnya nanti," jelas Henry. Ia telah membayar seseorang untuk memastikan pria itu hanya tinggal nama dalam beberapa hari ini."Bagus! Itu baru calon Duke of Foxmoore!" puji daddy Simon."Tapi bagaimana kita akan menjelaskan pada masyarakat yang sudah kadung melihat foto-foto El di pesta itu yang sudah disebar berbagai media? Juga foto saat seorang pria membawa El masuk ke dalam mobilnya?""Untuk pria yang membawa El masuk ke dalam mobilnya, anda tidak perlu mencemaskannya, My Lady. Karena pria itu adalah aku. Dan aku sudah menyiapkan konferensi pers untuk memberikan penjelasan atas kejadian itu. Aku akan memulihkan kembali nama baik Elena," jelas Liam, ia menahan dirinya untuk tidak meraih tangan Elena untuk meremasnya, atau menarik tubuh Elena agar bersandar padanya.Dari yang Liam lihat, orang tua Elena belum mengetahui hubungan mereka. Jadi Liam tidak bisa begitu saja memprok
Sesampainya di lobby hotel, mereka dikejutkan dengan kehadiran Lord dan Lady Foxmoore di sana. Kedua orang tua Elena itu langsung berderap mendekati mereka, tatapannya hanya tertuju pada sosok Elena saja, membuat jantung Elena berdegup dengan kencangnya,'Apa Mommy dan Daddy sudah mengetahui pernikahan rahasiaku dengan Liam? Apa sudah saatnya aku mengakui semuanya pada Mommy dan Daddy?' batinnya bertanya-tanya."El, putriku! Apa kamu baik-baik saja? Siapa pria kurang ajar yang berniat jahat padamu?" cecar mommy Marie sebelum memeluk Elena."Mom, aku baik-baik saja. Liam datang di saat yang tepat, dia sudah menolongku," jawab Elena sambil membalas pelukan mommy Marie."Liam? Siapa Liam, Sayang?"Elena melepaskan dirinya dari pelukan mommy Marie untuk menarik Liam mendekat ke arahnya,"Kenalkan Mom, Dad, ini Liam. Aku tidak dapat membayangkan akan sehancur apa hidupku jika Liam tidak datang tepat waktu dan membawaku keluar dari pesta itu."Liam mengulurkan tangannya bergantian untuk men
"Rumah tangga? Astaga El. apa kamu sudah kehilangan ingatan? Kalian sudah bukan lagi suami istri sekarang!" ralat Henry yang menyadarkan Elena pada kenyataan yang harus ia terima itu. Wajahnya seketika menunduk.Bagaimana bisa ia berkata seperti itu, sementara belum tentu juga Liam menganggap Elena sebagai istrinya. Elena telah mempermalukan dirinya sendiri, rasanya ia ingin membenamkan wajahnya dalam-dalam."El masih istriku, Henry! Sampai kapanpun hanya El yang akan menjadi istriku. Tidak akan ada wanita lain yang menggantikan posisinya sebagai Mrs. Payne!" sanggah Liam sambil mengarahkan wajah lembut Elena padanya,"Aku mencintaimu, El. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi," ucap Liam dengan tulus. Ia dapat melihat mata Elena yang mulai berkaca-kaca, mata yang seolah mengatakan banyak hal yang tidak dapat terucap oleh mulutnya, dan saat bibir yang bergetar itu terbuka, rentetan kata-katanya menyirami hati Liam dengan pengakuannya,"Aku juga mencintaimu, Liam. Entah sejak kapan aku mu
Meski mulutnya menolak mengantar Liam ke rumah sakit dan lebih memilih Liam mati kehabisan darah, tapi pada akhirnya Henry tetap membantu Liam meski amarahnya pada sahabat baiknya itu belum memudar sedikit pun. Henry hanya tidak ingin membuat Elena semakin marah padanya. Mendengar keluhan Elena tadi sedikit banyaknya mempengaruhi suasana hati Henry, ia jadi merasa besalah pada Elena karena telah bertindak diluar sepengetahuan Elena.Saat ini mereka berada di ruang tunggu saat petugas medis melakukan CT scan pada Liam. Dan sudah berkali-kali juga Henry meminta Elena untuk duduk, alih-alih berjalan hilir-mudik menunjukkan kekhawatirannya pada Liam,"El, duduklah. Liam akan baik-baik saja. Sekedar patah hidung tidak akan membuat seseorang kehilangan nyawanya.""Hanya sekedar patah hidung? Bagaimana kalau ternyata hidung Liam yang bengkak itu menutup jalur pernapasannya? Liam akan kesulitan bernapas, Henry!""Kita sedang berada du rumah sakit sekarang, dokter pasti akan langsung mengambil