Home / Romansa / Secret Identity / 23 || Tinggal Serumah

Share

23 || Tinggal Serumah

Author: Ayzahran
last update Last Updated: 2021-07-13 09:41:23

Aldebaran yang baru saja turun dari kamar mendadak menegang di tempat. Pijakannya hampir saja membuatnya terjatuh jika saja dia tidak berpegang dengan cepat.

Rara melempar senyum manis saat melihat Aldebaran tak bergeming di tempat. Angga yang baru saja masuk dari belakang membawa beberapa paper bag milik Rara. Mereka baru saja habis belanja.

“Apa yang kaulakukan di sini?” tanya Aldebaran bergegas turun menghampiri Rara.

Angga menengahi dan berdiri menghalangi Aldebaran untuk mendekati Rara.

“Aku yang membawanya pulang!” sahut Angga.

Aldebaran menoleh tidak suka. Apa yang ada di pikiran Angga?!

“Bagaimana bisa kau membawanya ke rumah ini? Dia punya rumah dan dia juga masih punya ibu!”

“Aku juga akan membawa ibunya kemari. Bukankah kau yang menabraknya hingga dia terluka? Setidaknya kau harus bertanggung jawab atas perbuatanm

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Secret Identity   24 || Popcorn Manis

    Rara saat ini berada di depan rumah Nirmala. Dia menimbang sejenak untuk menyampaikan alasan pada ibunya seperti yang diminta Aldebaran. Dia tidak pernah sama sekali menyangka harus berbohong pada ibunya lagi. Namun, dia tidak ada pilihan. Apa yang akan Nirmala pikirkan ketika tahu Rara sudah sadar dan sama sekali tidak datang menemuinya. Rara benar-benar bingung, dia menghela napas panjang dan bersiap untuk masuk. Langkahnya mendadak terhenti saat Range Rover silver milik Angga memasuki pekarangan rumah. Tidak hanya sendiri, ada Aldebaran juga di dalam sana. Rara dengan pakaian casual yang tidak pernah dia pakai sebelumnya sangat terlihat feminim. Itu bukan gaya Rara. Rara hanya melihat Aldebaran yang masih mematung bersikap acuh masuk ke dalam lebih dulu dan diikuti Angga. “Apa itu tadi?! Sejak kapan aku memakai baju seperti itu? Pak Al kau ....” Aldebaran mengambil l

    Last Updated : 2021-07-15
  • Secret Identity   25 || Perilaku yang Berubah

    Rara refleks berdiri menyentuh bibir Aldebaran. Pijakannya hampir lemas menatap wajah dirinya tersenyum dengan raut tidak berdosa. Aldebaran merasa santai, sementara Rara mencengkeram naskah hingga tampak kusut. “Apa yang Pak Al lakukan? Kau baru saja menciumku?” Mata Aldebaran melotot tidak terima. “Bukan aku, tapi kau!” sanggah Aldebaran melempar punggung pada sandaran sofa. Rara mengepalkan tangan, ingin rasanya dia menampar wajah pria arogan itu yang sangat tidak tahu diri. Berani sekali dia merenggut ciuman pertama bahkan dalam tubuhnya sendiri. Rara melempar naskah begitu saja. Air matanya mengambang menahan kesal merasa tidak terima. Pandangannya menusuk, merasa geram tidak bisa berbuat apa pun dalam tubuh Aldebaran. Rara lantas pergi dan meraih kunci mobil yang tergantung di dinding lalu mengambil langkah seribu menuju parkiran. Aldebaran yang menyadari itu lant

    Last Updated : 2021-07-15
  • Secret Identity   26 || Insiden Kopi

    Aldebaran sedang memerhatikan Rara beradu akting. Cukup baik penampilan Rara yang berusaha keras menjadi sosok Aldebaran. Setelah break, Rara menghampirinya. Aldebaran menawarkan segelas jus jambu yang biasa dia minum di lokasi syuting. “Minum ini! Itu sudah jadi kebiasaanku jika sedang istirahat,” ujar Aldebaran. Rara hanya berdeham sambil menyesap beberapa kali. “Enak juga jadi Pak Al. Aku dilayani dengan sangat baik,” sahut Rara seraya bersandar santai pada punggung kursi. “Benarkah? Apa kau juga menikmati kehidupan malamku?” Rara berdecak. “Aku bahkan jijik jika harus mengingat kejadian-kejadian itu. Apa Pak Al selalu berbuat seperti itu untuk kesenangan?” “Tentu saja! Itu hobiku. Menikmati kehidupan yang begitu menggairahkan. Kau harus belajar untuk melakukannya,” katanya bangga. “Tidak akan perna

    Last Updated : 2021-07-18
  • Secret Identity   27 || Liburan

    Rara terus saja mondar-mandir menunggu Aldebaran. Tak lama kemudian Rara muncul dengan wajah semringah. Bukan karakter Aldebaran!“Dari mana saja kau?” Nada Aldebaran terdengar dingin.“Sikap seperti itu tidak cocok untukku, Pak! Aku tadi dari kamar Firman. Dia memberikan aku ini,” jawab Rara menunjukkan dua tiket pesawat kelas bisnis.Aldebaran lantas mengambil dengan cepat dan melihat arah tujuannya.“Bali?”“Iya, bukannya setelah selesai syuting kita liburan?!” Rara terlihat bersemangat.Tidak ada tanggapan. Tiba-tiba, sudut bibir Rara sedikit terangkat. Sepertinya Aldebaran sedang memikirkan sesuatu.“Ini pasti liburan yang menyenangkan,” tukasnya sembari menduduki sofa.Rara mengerutkan dahi. Dia ikut duduk di hadapan Aldebaran.&ldq

    Last Updated : 2021-08-01
  • Secret Identity   28 || Pemandangan Tak Biasa

    Rara terus saja mengerjapkan mata beberapa kali. Dia sesekali menyapu pandangan melihat para wisatawan asing yang berjemur di pantai Kuta. Bukan tidak biasa, hanya Rara tidak terbiasa melihat pakaian renang yang mereka pakai. Aldebaran sejak tadi hanya diam saja dengan kaca mata hitam yang tertancap di hidung mancung milik Rara. Dia bersandar santai menikmati pemandangan sekitar yang baginya sudah biasa. Bahkan bisa dikatakan bosan. Firman dan asistennya entah melenggang ke mana, mereka malah asyik sendiri dengan wanita-wanita bule. “Darling!” Seseorang berseru dari arah belakang seraya memeluk leher Aldebaran. Rara tersentak dan refleks menjauhkan tangan seorang wanita yang hampir seluruh anggota tubuhnya terekspos sempurna. Hanya bra berbentuk tali dan celana dalam tipis yang menutupi mahkota indahnya. Bahkan belahan bagian bokong pun terpampang jelas. Entah karena kurang bahan atau memang

    Last Updated : 2021-08-02
  • Secret Identity   29 || Si Pengganggu

    Aldebaran dan Rara bersama tim baru saja pulang liburan. Rara membuka koper, tepatnya koper kecil—mengeluarkan beberapa potong pakaian yang dibawanya. Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar. Rara menoleh ke arah pintu, ternyata Angga yang muncul. Angga segera mendekat dengan seuntai senyum yang seakan menyiratkan sesuatu. Rara hanya membalas dengan senyuman singkat yang membuat Angga agak terkejut melihat sifat Aldebaran yang tidak lagi dingin padanya. “Ada perlu apa?” Angga tidak menjawab. Dia lantas duduk di atas sofa tunggal dengan bersandar santai. “Apa kau bisa mengelola perusahaan?” Aldebaran menoleh. “Bukankah itu tugasmu!” “Aku besok harus ke kantor cabang di Paris. Jadi aku mau kau yang handle perusahaan untuk sementara sampai aku kembali!” “Buka

    Last Updated : 2021-08-03
  • Secret Identity   30 ||  Orang Asing

    Aldebaran saat ini sedang bersama Dion di apartemen miliknya. Dia memutuskan untuk kembali. Rara masih sibuk menjalani aktivitas Aldebaran seperti biasa. Raut Aldebaran tampak memikirkan sesuatu. “Apa yang kaupikirkan, Al?” tanya Dion setelah kembali dari toilet. “Aku melewatkan sesuatu mengenai kecelakaan itu!” Dion sedikit mendekat. “Apa polisi sudah menemukan bukti?” “Aku meminta mereka untuk menutup kasus ini.” Dion berdecak. “Kenapa? Apa kau sudah tahu penyebab kecelakaanmu dan dalang dari semua itu?” “Semuanya masih samar, karena mungkin sedikit benturan yang membuatku melupakan sesuatu. Tapi aku yakin, ini bukanlah orang luar.” Kedua Alis Dion bertaut. Dia mengaitkan kedua jari tangan dan menumpu dagunya. “Apa ada orang yang kau curigai?” “Masih belum jelas. Dari hasil penyelidikan itu murni kecelakaan!” Aldebaran menyandarkan punggung. Dia menyeruput kopi hitam dengan perlahan

    Last Updated : 2021-08-04
  • Secret Identity   31 || Dokumen yang Tertukar

    Suara derik pintu terdengar, Rara menoleh seraya bernapas lega. Aldebaran akhirnya datang juga.“Syukurlah Pak Al sudah datang!” Rara berseru senang.Aldebaran hanya menampakkan raut datar. Dia segera duduk di kursi kebesaran Angga dan menaikkan kedua kakinya di atas meja.“Apa yang kaulakukan, Pak?” tanya Rara sedikit bingung. Dia yang hendak memperlihatkan dokumen penting malah diabaikannya begitu saja.“Kau tidak lihat kalau aku sedang duduk?!”“Iya aku tahu kau sedang duduk, Pak! Tapi jika kau bertingkah seperti itu, bagaimana jika ada pegawai yang masuk dan melihatmu? Mereka bukan akan membicarakanmu, melainkan aku!”Aldebaran masih tidak peduli. Rara hanya bisa menghela napas. Dia segera mendekat dan memperlihatkan dokumen yang sama sekali tidak dia pahami apa isinya.“Ini bagaim

    Last Updated : 2021-08-06

Latest chapter

  • Secret Identity   EPILOG

    Rara telah bersiap dengan balutan gaun pengantin. Dia benar-benar tampak cantik dan anggun. Aldebaran melamarnya dengan cara tak terduga. Lamaran yang dilakukan Aldebaran sampai viral di berbagai media sosial. Akun i*******m milik Rara dan Aldebaran dibanjiri komentar positif dan ucapan selamat. Momen itu juga ditayangkan di TV nasional selama hampir seminggu. Bahkan beberapa pihak berbondong-bondong menawarkan endorse untuk pernikahan mereka. Hari pernikahan mereka juga sengaja ditayangkan secara langsung dari salah satu stasiun TV dengan rating tertinggi. Rara merasa gugup. Berkali-kali Rara menghela napas. Jantungnya seakan mencelos menunggu akad nikah mereka dimulai. "Kau sangat cantik, Ra!" Monika mendekat seraya memuji. Dia tersenyum tulus melihat dari pantulan cermin. "Terima kasih, Kak! Aku sangat gugup." "Al tidak kalah lebih gugup darimu. Dia masih terus berlatih mengucapkan ijab kabul agar tidak salah." Rara tersenyum h

  • Secret Identity   EXTRA PART

    Rara menggeliat, meregangkan otot-otot. Matanya mengerjap lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di sinilah Rara, masih tidak percaya berada di kamar sendiri. Seperti mimpi yang panjang baginya.Rara menyibak selimut, merapikan tempat tidurnya. Rara bergegas keluar mendapati Nirmala dan Monika di ruang makan sedang mempersiapkan sarapan."Pagi adikku, Sayang!" Monika menyapa. Tidurmu nyenyak?"Rara mengangguk. "Sangat nyenyak. Bagaimana dengan Kak Monika?""Aku juga. Aku akan merasa nyaman jika tinggal lama di sini!""Tinggal lah selama mungkin. Aku sangat senang jika Kak Monika tinggal di sini!""Benarkah? Apa boleh, Bu?" Monika melirik ke arah Nirmala."Tentu saja. Kau tidak perlu meminta izin.""Kalau dengan ayah, juga boleh?" Monika melempar tatapan ke arah Rara.Nirmala diam sejenak. Rara dan Monika menunggu jawaban Nirmala. "Tergantung usahanya mendapatkan hati ibu kem

  • Secret Identity   77 || Akhir Dari Segalanya (END)

    Aldebaran dan Rara merencanakan janji untuk bertemu setelah Rara melakukan pekerjaan Aldebaran. Mereka akan bersama-sama mencari wanita tua itu. Sebelumnya, Rara dan Aldebaran sudah mencari tahu kue yang dibeli Firman. Dari ucapan Firman, dia tidak membeli di tempat yang Aldebaran maksud dan penjual kue itu bukan wanita tua melainkan wanita muda. Saat ini, Rara sibuk melakukan syuting iklan terakhir sebelum akhirnya dia mengambil libur panjang untuk beberapa bulan ke depan. Aldebaran meminta Rara untuk tidak menerima tawaran karena dia ingin mengajak Rara berlibur membawa Nirmala yang sejak dulu ingin sekali pergi ke Korea. Nirmala sangat gemar menonton drama dari Negeri Gingseng itu. Aldebaran ingin memberikan kejutan sebagai Rara dengan mengajaknya ke sana. "Bu, apa yang bisa Rara bantu?" tanya Aldebaran setelah membereskan kamar Rara. Dia sudah memutuskan tinggal bersama Nirmala. "Rara bantu ibu pergi ke pasar. Ada beberapa bahan masakan yang harus dibeli.

  • Secret Identity   76 || Menerima Keputusan

    Mahesa marah besar begitu mengetahui Ivanka adalah pelaku utama dari kecelakaan yang menimpa Aldebaran. Ivanka sudah dibekuk polisi seminggu yang lalu. Angga sendiri yang melaporkan ibunya setelah semua usaha Angga meminta ibunya menyerahkan diri diabaikan Ivanka. Angga tidak punya pilihan dan terpaksa membuat bukti untuk menjerat Ivanka.Pemberitaan mengenai kasus kecelakaan Aldebaran mengudara selama berhari-hari, para media terus saja membahas motif dan alasan Ivanka melakukan semua itu. Bahkan fans setia Aldebaran merutuki Ivanka dan meminta pihak kepolisian untuk menjatuhkan hukuman mati sebagai efek jera agar tidak ada lagi orang seperti Ivanka yang tega merencanakan pembunuhan pada anak dari suaminya sendiri.Saat ini Ivanka telah duduk di meja persidangan. Sementara Angga duduk di meja saksi memberikan pernyataan. Ivanka tidak bisa mengelak, semua barang bukti mengarah padanya. Kaki tangan Ivanka juga sudah mengakui perbuatan mereka.Ivanka akhirny

  • Secret Identity   75 || Akhirnya Terungkap (Part 2)

    "Akhirnya kau datang juga, Al!" Aldebaran menatap tajam. “Berani sekali kau datang ke rumah ini! Bukankah aku sudah melarangmu untuk tidak menginjakkan kaki di sini?!” “Aku kemari karena mengambil barangku yang tertinggal!” Ivanka berjalan ke arah sofa panjang yang ukiran gagangnya terbuat dari kayu jati. Ivanka menjuntaikan sebuah liontin seraya tersenyum. “Kenapa itu ada padamu?!" suara Aldebaran merendah, terdengar penuh penekanan. "Duduklah! Setidaknya berbincanglah denganku. Kau selalu saja bersikap dingin dari semenjak pertama kali kita bertemu!" Ivanka berujar. Dia memberi isyarat menunjuk dengan dagu ke arah secangkir kopi yang sudah dia siapkan. Ivanka mengangkat cangkir menyeruput kopinya dengan nikmat. "Aku tidak meracunimu. Aku hanya ingin kita berbaikan dan bisa duduk bersama, berbincang hangat layaknya ibu dan anak." Aldebaran meneguk setengah kopi miliknya. "Kau puas? Sekarang kembalikan! Sejak

  • Secret Identity   74 || Akhirnya Terungkap (Part 1)

    Sehari sebelum kecelakaan terjadi.... Ivanka mendatangi RAM Corp setelah berbelanja di butik langganannya. Jam makan siang sebentar lagi dan Ivanka ingin mengajak Mahesa makan di luar. Sudah lama dia tidak jalan berdua dengan Mahesa karena terlalu sibuk dengan bisnis. Ivanka mengumbar senyum pada beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Suara heels pigalle foliies 100 milik Ivanka mengetuk-ngetuk lantai marmer hingga terdengar menggema berirama. Ivanka menunjukkan keanggunan saat menaiki lift menuju lantai utama. Senyum Ivanka kembali terukir begitu sampai di depan meja sekretaris Mahesa. “Nindya, apa Pak Mahesa ada? Katakan aku ada di sini!” titah Ivanka membusungkan dada dengan elegan. “Ada, Bu! Pak Mahesa sedang berbincang dengan Pak Mudi.” “Aku ingin masuk!” “Maaf, Ibu! Pesan Pak Mahesa, dia tidak ingin di

  • Secret Identity   73 || Kebenaran yang Lain

    Rara baru saja tiba di depan sebuah restoran. Rara meminta bertemu dengan David secara pribadi. Dia sengaja reservasi rooftop hotel agar pertemuan mereka tidak diganggu. David sudah datang lebih dulu. Rara mengeluarkan ponsel, membuka kotak masuk. Aldebaran : Tidak perlu mampir! Aku akan keluar dengan Angga. Rara : Aku akan bertemu dengan Pak David hari ini. Aldebaran : Kau sudah yakin dengan keputusanmu? Rara : Keputusanku sudah bulat! Rara menarik napas panjang, menguatkan batinnya, mengumpulkan keberanian untuk menanyakan langsung. Langkah Aldebaran beranjak masuk. Rara melihat David duduk memunggunginya. “Maaf membuat Anda lama menunggu!” ucap Aldebaran begitu duduk berseberangan di hadapan David. “Saya juga baru sampai!” jawabnya singkat. Aldebaran memanggil waitress mendekat. “Mau

  • Secret Identity   72 || Pilihan Terbaik

    Suara bel terdengar saat Aldebaran baru saja selesai sarapan. Aldebaran mendekat ke arah pintu, dia tahu itu pasti Rara. Rara sudah menelepon dan mengatakan akan mampir ke sana. Raut wajah Rara seketika berubah kaku saat mendapati Angga yang berdiri di hadapannya seraya mengulurkan buket bunga berukuran sedang. Aldebaran menerima dengan diam, detik selanjutnya dia menarik bibir membentuk senyum manis. “Kak Angga! Kenapa tidak mengabariku jika mau ke datang kemari?” “Aku ingin memberimu kejutan!” “Ayo, masuk!” Aldebaran menaruh bunga dalam vas. Kebetulan sekali dia baru membuang bunga yang sudah mengering beberapa saat lalu. “Hari ini aku mau mengajakmu kencan. Boleh luangkan waktumu seharian? Katakan pada Al untuk izin tidak bekerja!” “Kencan? Aku pikir besok.” “Aku tidak sabar melakukannya, kebetulan hari ini aku sengaja mengajukan libur bekerja sehari untuk mengaj

  • Secret Identity   71 || Mengambil Keputusan

    Malam sebelumnya.... “Pak!” sergah Rara saat mobil Aldebaran baru saja sampai di depan mansion Mahesa. “Ada apa?” “Pak David, boleh aku sendiri yang menemuinya?” Rara menoleh, ada duka dalam tatapannya. “Sebagai diriku?” Rara mengangguk. “Ucapan ibu tadi membuatku kembali berpikir....” “Apa yang kau pikirkan?” “Mengenai ayahku datang di hadapanku!” Suara Aldebaran bergetar, Rara menahan diri untuk tidak menangis. “Apa kau pikir dia ayahmu?” “Entahlah! Tapi aku yakin satu hal, ibu berbohong soal ayahku. Waktu itu, aku tidak sengaja mendengar ucapan ibu dengan bibi yang membicarakan soal ayahku. Aku hanya ingin memastikan!” Aldebaran menghela napas pelan. “Jika itu membuatmu tenang, lakukan saja. Aku tidak masalah.” “Terima kasih.” “Oh, ya, satu hal lagi. Aku ingin kau melakukan sesuatu!” “Melakukan apa?” Rara menahan pegangan pintu hendak ke

DMCA.com Protection Status