Beranda / Semua / Secret Affair / William: Give It Try

Share

William: Give It Try

Penulis: QueerasJay
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 17:25:17

Rasanya masih tidak percaya bahwa aku dan Sean sudah saling mengutarakan rasa cinta satu sama lain. Dugaanku memang tidak salah jika Sean menyukaiku, sikap yang ditunjukan belakangan ini memang sudah cukup meyakinkan, hanya itu belum cukup kurasa hingga kemarin malam. Sean dengan berani mengungkapkan perasaannya kepadaku, hal itu membuatku bahagia sekali dan aku pun jadi tidak perlu memberanikan diri lagi.

Sebuah ciuman yang tidak kupersiapkan sama sekali tiba-tiba saja terjadi, entah kenapa aku jadi ingin merasakan bibir Sean yang mungil itu. Bahasa tubuh yang ia berikan memang seakan menginginkan hal yang sama dengan apa yang kuinginkan. Awalnya kupikir aku telah berbuat lancang padanya tapi ternyata dugaanku salah, ia tidak keberatan atau pun marah dengan sikapku.

Sean memang bukanlah cinta pertamaku, cinta pertamaku adalah teman  kuliahku dulu  yang terpaksa kuputuskan. Lalu tidak lama setelah kami lulus, kudengar, ia sudah menikah dengan wanita yang adalah pilihan orang tuanya. Jujur hingga saat ini aku masih belum tahu apakah aku akan bernasib sama dengannya atau tidak.

Beruntung aku memiliki alasan yang cukup kuat agar bisa tetap dengan status single-ku, yakni aku ingin merintis karirku terlebih dulu dan papa sangat mendukungku mesti terkadang mama terlihat cemas denganku yang merupakan putra satu-satunya.

Dan memang semenjak aku putus dengan cinta pertamaku, aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun juga. Aku terlalu takut untuk menjalin cinta kembali, karena aku tahu hubungan kami akan kembali kandas seperti cinta pertamaku.  Tapi anehnya aku tidak mampu menahan lagi perasaanku saat melihat Sean, hanya aku tidak tahu bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Sean nantinya.

Papa sudah pasti akan menentang hubungan kami dan mengatakan apa yang kami lakukan adalah sebuah dosa besar dan selain itu aku akan membuat malu keluarga Wang. Seperti yang telah dilakukan adik kandung papa ,paman Richard  yang tidak diakui oleh papa saat aku masih duduk di bangku SMP.

Masih sangat berbekas di ingatanku bagaimana papa memperlakukan paman Richard dengan begitu kasar. Papa bahkan tidak segan-segan menghajar paman  karena dianggap telah menyimpang dari ajaran agama ditambah membuat malu keluarga besar.

Lalu bagaimana dengan aku? Kalau hubunganku dengan Sean diketahuinya, mungkinkah aku akan bernasib sama dengan paman Richard? Rasa takut itu yang menjadi penyebab aku menutup diri. Tapi semua itu seakan musnah begitu saja, pertemuanku dengan Sean seakan membangkitkan rasa yang selama ini selalu coba kukubur.

Kulirik jam sudah menunjukan pukul 1 pagi, aku terus mencoba untuk tidur. Begitu banyak pikiran berkecamuk di kepalaku, tapi aku harus tidur. Bukankah aku besok akan menemui Sean? Ya, aku sudah mengajaknya makan siang. Kucoba pejamkan kembali kedua mataku dan melepaskan semua penat di kepalaku. 

********

Bunyi alarm ponsel membangunkanku, tanganku berusaha mengambil ponsel yang kuletakkan di atas nakas. Sial ternyata sudah jam tujuh lewat, maka aku dengan segera bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi singkat, aku harus kembali dibingungkan memilih baju apa yang akan aku kenakan, biasanya aku tidak pernah seperti ini tapi hari ini berbeda. Aku akan makan siang dengan Sean.

Akhirnya pilihanku jatuh pada kemeja lengan panjang ungu dan celana bahan hitam, semoga aku tidak terlihat aneh dengan pilihanku. Sekali lagi aku mematuti diri di depan cermin seraya merapikan rambutku dan ya aku sudah siap pergi ke kantor.

Dengan berjalan santai aku menuju kantorku yang berada di Office 8 Sudirman, untungnya belum terlalu siang meski tadi aku sempat kebingungan mencari pakaian yang cocok untuk aku pertemuanku dengan Sean. Seperti setiap paginya aku disapa ramah oleh petugas sekuriti dan kubalas dengan senyuman sambil berlalu menuju lift yang akan membawaku naik ke lantai 23.

Pintu lift tidak lama kemudian terbuka dan beberapa orang turun terlebih dulu sebelum aku menaiki lift. Kutekan tombol 23, lift pun perlahan naik meninggalkan lantai dasar. Tidak memerlukan waktu lama untuk aku bisa sampai dilantai tujuanku, pintu lift membuka tepat lantai 23.

Kulangkahkan kaki ke arah kanan di mana ruang kantorku berada, sudah terlihat beberapa karyawan yang sudah berada di kubikel mereka. Mereka yang melihatku pun langsung mengucapkan selamat pagi, “Pagi…” kubalas mereka dengan senyuman juga.

Entah kenapa aku ingin membagikan kebahagiaanku kepada orang lain dan baru saja aku ingin membuka pintu ruanganku, pintu tersebut nampak terbuka lebih dulu dan ternyata itu adalah Monica.

“Pagi…Pak…” sapanya

.

“Pagi juga Mon…” jawabku

.

“Saya baru saja merapikan meja kerja bapak…”

“Oh yah Mon, hari ini saya tidak ada jadwal meeting kan untuk siang nanti?”

“Tidak ada pak”

“Baik kalau begitu, misalkan nanti ada yang tiba-tiba ingin bertemu dengan saya nanti siang, tolong diatur jam tiga sore saja. Soalnya nanti saya akan makan siang di luar kantor, jadi tolong kosongkan dulu yah.”

“Baik pak dan saya permisi dulu,”  Monica berlalu meninggalkanku dan kembali ke mejanya yang berada di samping pintu masuk ruanganku.

Begitu aku duduk di meja kerjaku, langsung kunyalakan laptopku dan mengecek email seperti biasa yang kulakukan setiap hari. Melihat setiap laporan yang dikirimkan untuk memastikan semua pekerjaan berjalan dengan baik.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.45, maka aku bergegas merapikan dokumen yang sempatku cek tadi baru setelahnya melangkah keluar dari ruanganku. Kuambil mobilku yang kuparkirkan di parkiran kantor, baru setelahnya melaju ke apartemen Sean.

Seperti biasanya jalanan nampak memadat, maka kuputuskan untuk mengabari Sean bahwa aku masih sedang dalam perjalanan  dan terjebak dalam kemacetan. Mobilku hanya bisa berjalan perlahan, perjalanan yang seharusnya hanya perlu memakan waktu setengah jam menjadi satu jam perjalanan.

Ternyata Sean sudah menungguku di lobby apartemennya, sehingga aku bisa langsung membawa mobilku keluar menuju mall yang berada tidak jauh dari apartemen tersebut. Sean pun hanya mengikuti langkahku setelah aku selesai memarkirkan mobil, aku mengajak Sean ke salah satu coffee shop yang menyajikan menu main course juga.

Aku pun memilih duduk di sofa yang dekat dengan tembok, sedangkan Sean duduk berhadapan  denganku. Seorang pelayan pun menghampiri kami seraya menyerahkan buku menu kepada kami. Aku pun membiarkan Sean memilih lebih dulu, ia kemudian memesan ‘Naked Burrito Bowl’ dan ‘Macchiato’.

Baru pelayan tersebut beralih kepadaku dan aku memesan ‘Grilled Chicken Caesar’ dan ‘Black Coffee’ setelah mencatat semua pesanan kami pelayan tersebut berlalu dari hadapan kami.

“Will… thanks udah jemput tadi,” Sean memulai percakapan diantara kami

.

“Iya, sama-sama Sean…” jawabku  seraya tersenyum padanya.

“Oh yah… Will, weekend ini ada rencana apa?” 

Nothing, memangnya kenapa Sean?”

“Hmm, aku ingin mengajakmu liburan ke pantai, ya kalau kamu mau Will. Aku tahu kamu sibuk, so aku pilih tempat yang dekat-dekat aja, gimana kamu mau?”

Aku mengangguk, memang sudah cukup lama aku tidak pergi liburan. Ini pasti akan menjadi liburan yang menyenangkan kurasa terlebih-lebih bersama Sean orang yang kusukai.

Alright, tapi di mana Sean?”

Sean terlihat tersenyum kepadaku, “Pulau Sepa, masih kawasan Pulau seribu sih dan aku yakin kamu pasti suka, karena pantainya masih cantik banget.”

Okay, it sound nice…”

Pembicaraan kami terhenti sesaat begitu pesanan kami di antarkan, begitu pelayan sudah berlalu aku kembali membuka pembicaraan.

“Sean… kamu tidak ajak teman-temanmu juga?” tanyaku.

No, Will, it’s only us…”

Aku tertawa mendengar jawaban Sean, “Alright Sean, as your wish…”

Sean mengangguk baru kemudian menikmati makanannya.

Seraya menyantap menu makananku, sekali-kali aku menikmati wajah Sean yang terlihat begitu bahagia. Akankah kebahagiaan ini bertahan lama? Akankah hubunganku dengan Sean bisa bertahan?

“Will… setelah ini kamu ke kantor lagi?” tanya Sean begitu kami berdua sudah selesai dengan makan siang kami.

“Iya, kenapa Sean?” balasku.

“Gak, aku cuma tanya aja kok. Oh ya, untuk liburan nanti kamu gak usah pusing. Semua nanti aku yang atur jadi kamu tinggal ikut aja.”

Aku tertawa mendengar ucapan Sean barusan, “Oh, jadi kamu sudah atur semuanya yah? Oke, gak masalah.”

Sean tersenyum, “Aku jadi gak sabar nunggu weekend nanti. Oh yah, kamu kira-kira mau pulang hari apa? Senin gak masalah kan?”

“Iya Sean, gak masalah. Oh yah, aku sepertinya sudah harus ke kantor lagi,” ucapku seraya melirik jam di tanganku.

“Hmmm… oke Will, aku gak apa-apa pulang sendiri, kamu langsung aja ke kantor.”

Are you sure?

Yeah Will, that’s fine.”

Alright,” 

Aku memanggil pelayan untuk membayar pesan kami tadi. Kemudian kami pun berpisah, aku berjalan menuju parkiran mobil, ini sudah terlalu lama dan  semoga memang tidak ada urusan penting yang harus kuurus.

Bab terkait

  • Secret Affair   Adeeva : Chance

    Aku melangkah dengan lesu keluar dari ruangan pimpinan redaksi, ya bagaimana tidak? Dipanggil hanya untuk dimarahi karena belakangan ini dinilai tidak bisa mencari isu yang menarik. Padahal aku juga sudah berusaha sekuat tenaga, tapi memang belakangan ini belum ada isu menarik lain selain film fenomenal 'Squid Game’ yang sedang viral dan ‘Kasus pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora ’.Aku harus mencari ke mana lagi, tetapi sebagai atasan ia tetap saja tidak mau tahu, yang ia mau cuma isu yang menarik bisa menaikkan rating website dan tentu juga untuk pendapatan. Tapi yang tidak aku suka, dia bilang aku sudah tidak kompeten lagi dalam pekerjaan, makanya aku harus mampu bisa menemukan isu yang bisa menarik perhatian Prayoga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Secret Affair   Sean : Our Vacation

    Note : Ada adegan 18+Sesuai dengan janjinya, William datang ke apartemenku dengan beberapa barang bawaannya, mobil miliknya pun ditinggalkan di parkiran , karena kami akan berangkat dengan mobilku. Kali ini aku yang duduk di kursi kemudi, sedangkan William hanya duduk manis di sampingku. Perlahan Jazz-ku berlalu meninggalkan kawasan apartemenku langsung menuju Ancol.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, kulajukan mobilku santai sebab jalanan terlihat cukup sepi. “Kamu sudah menyiapkan semuanya, Sean?” suara William mengalihkan pikiranku yang hanya terfokus pada jalanan.“Yes, everything Will, so kamu tidak perlu takut,” jawabku seraya tersenyum padanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Secret Affair   Adeeva: Black Mail

    Hingga hari Senin, William dan Sean belum kembali, tapi kuputuskan untuk kembali lebih dulu. Sebab aku cukup banyak mendapat gambar kemesraan mereka berdua, mulai dari saat mereka menginap di tenda di pinggir pantai hingga kepindahan mereka ke cottage tempat aku menginap juga. Pada hari minggunya, aku berhasil mendapat gambar William yang menggendong Sean kembali ke kamar.Aku penasaran dengan apa yang mereka lakukan di dalam, tapi aku rasa mereka akan bercinta dan sayang aku tidak bisa mengabadikan momen tersebut. Senin pagi sebelum aku memutuskan untuk kembali, aku pun masih sempat membuntuti William dan Sean yang akan melakukan snorkeling.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • Secret Affair   William: Warning

    Entah apa yang bisa kugambarkan dari liburanku bersama Sean, ya lelah itu sudah pasti namun meski demikian rasa lelahku seakan terbayar dengan kehadiran Sean di sana. Dan rasanya aku masih tidak percaya sudah bercinta dengannya sore itu. Ya awalnya aku ragu ketika aku ingin mengajaknya, aku takut ia tidak mau. Ya yang kupikirkan saat itu memang hanya ingin mengembalikan momen kami yang sudah hilang, karena sepanjang siang aku hanya mendiamkannya dan bahkan meninggalkannya tidur.Sean memang bukan orang pertama yang kuajak bercinta, kekasihku yang dulu adalah yang pertama. Sedangkan Sean ada orang kedua yang kuajak bercinta, tapi tidak tahu dengan Sean apakah aku orang pertama yang merasakan tubuhnya. Sepanjang perjalanan dari Ancol menuju apartemen Sean, gantian aku yang mengemudi, aku kasihan jika ha

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Secret Affair   Sean : Worried

    Acara makan siangku dengan William menjadi batal, ya ini karena aku terpikirkan keadaannya. Aku sangat khawatir padanya, meski dia tidak menunjukkannya padaku. Aku bisa menduga bahwa saat ini ia sedang ketakutan. Maka kuputuskan untuk makan siang di kantornya saja, agar ia tidak perlu ke mana-mana dan tidak ada yang membuntuti kami.“Maaf Sean, kita harus makan siang di kantorku…” ucap William begitu Monica sudah membelikan makan siang untuk kami.Aku hanya tersenyum padanya, “Tidak masalah Will, begini saja aku sudah cukup senang kok…” kugenggam erat tangannya.Kemudian kami pun mulai menikmati menu makan siang kami yang berupa makanan fast food, masi

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Secret Affair   William: Business Trip

    Tadi pagi aku menerima pesan Line dari Sean bahwa hari ini ia akan sibuk untuk pemotretan, aku sempat takut saat ia mengirimkan pesan kepadaku. Jujur aku takut ia akan membawa kabar buruk lagi, sebab teror yang kuterima ini benar-benar menyiksaku.“Sore Pak Will, bapak sudah siap? Pesawat akan berangkat nanti jam delapan malam,” tanya Monica seraya masuk ke dalam ruang kerjaku.“Iya Mon, aku akan kembali ke apartemen sebentar nanti dan aku akan ke bandara dengan taxi saja” ucapku seraya kemudian bangkit berdiri meninggalkan ruanganku.Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, ya masih sempat untuk mandi dan bersiap-siap berangkat ke bandara. Entah kenapa sejak aku mene

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-07
  • Secret Affair   Adeeva : Following Him

    Sejak kejadian Prayoga yang meminta kembali padaku, pikiranku menjadi sedikit tidak tenang. Aku mulai merasa bingung dan belum bisa menentukan jawaban padanya dalam waktu dekat ini, aku harap Prayoga mau mengerti. Lagi pula fokusku kini masih pada William dan Sean, tapi sialnya kenapa aku sulit sekali melihat momen mereka berdua lagi.Aku hanya sempat melihat Sean datang ke kantor William sekali dan sayangnya Sean terlihat sendirian kembali tidak ada William di sampingnya. Ya gagal sudah aku ingin mendapatkan foto mereka kembali, tapi bukan Adeeva jika mudah menyerah begitu saja. Aku akan terus mengikuti mereka, toh kini Prayoga sudah tidak terlalu menekanku untuk bisa mendapatkan berita kembali.Prayoga malah terlihat santai saja setelah kejadian siang itu, ya setelah ia menyatakan perasaannya kepada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • Secret Affair   William: Distraction

    Entah kenapa aku yang sudah merasa rindu dan khawatir dengan Sean langsung memeluk tubuhnya erat begitu ia membukakan pintu apartemennya untukku. “I miss you Bae…”bisikku di telinganya.“Miss you too Will…” Sean membalas erat pelukanku lalu ia segera menarikku masuk ke dalam apartemennya.Ah ya aku lupa, bagaimana kalau ada yang melihat apa yang baru saja kami lakukan? Aku berjalan masuk mengikuti Sean dan diajaknya aku untuk duduk sofanya.“Kamu mau minum apa Will?” tanya Sean yang berdiri di depan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13

Bab terbaru

  • Secret Affair   Sean : Our Happy Ending

    Aku Alan, Gillian, Cipta dan Monica kami pergi bersama-sama dan herannya kenapa mereka tidak mengajak William juga. Memang alasannya adalah karena William harus disibukan dengan pekerjaan sehingga aku tidak tetap memaksanya untuk tetap ikut bersama kami. Padahal aku juga ingin dia bisa ikut bersama kami. “Sean, kenapa kok diam aja?” tanya Monica begitu kami sudah bersantai di salah satu café mal tujuan kami. “Eum, gak apa-apa kok,” jawabku cepat. “Pasti pak William kan? Udah Sean dia gak apa-apa, dia kan memang lagi sibuk sama pekerjaan.” Aku menarik nafas, “Apa gue terlihat berlebihan Mon, tapi kan gue cuma takut kehilang

  • Secret Affair   William: Finally Find You

    Sebenarnya Monica sempat berkata ingin menemaniku untuk business trip ke Cina, tapi aku melarangnya mengingat statusnya kini sudah menjadi istri orang. Meski aku sendiri sudah cukup mengenal suami Monica, tapi tetap saja aku merasa tidak enak jika aku mengajaknya. Maka sebagai gantinya dia akan selalu mengingatkan aku untuk meminum obatku selama berada di Cina Setelah tiga hari aku sibuk dengan pekerjaanku yakni membahas tentang aplikasi terbaru buatan perusahaan kami yang kini bekerja sama dengan pembuat game asal Cina. Semua berjalan dengan baik, meski aku kembali teringat Sean dan aku mulai berpikir apakah aku tidak mencoba mencarinya di sini? Aku masih ingat bahwa ayahnya berasal dari sini, mungkinkah Sean kembali ke tanah kelahiran ayahnya?

  • Secret Affair   Sean : Want Him, But I Can't

    Tiga tahun berlalu dan selama itu pula juga aku berada di Chongqing, memulai kehidupan baruku di tempat kelahiran ayahku. Dengan uang yang diberikan oleh Mr Wang, aku mewujudkan impianku untuk membuka sebuah restoran bakmi di dekat kawasan wisata Xiuhu Park. Memang untuk itu aku mengeluarkan uang yang cukup banyak, sehingga aku menambahkan dengan uang tabunganku sendiri. Namun semua pengorbananku tidak sia-sia, karena aku berhasil wujudkan impianku. Selama tiga tahun ini mencoba untuk mengikuti semua permintaan Mr Wang untuk tidak sekalipun muncul dihadapan William, menghilang begitu saja bahkan aku menghilang dari semua teman-temanku dulu. Hal ini aku lakukan semata-mata untuk William, agar dia bisa kembali kepada kelu

  • Secret Affair   Cuap Cuap Penulis

    Akhirya sampai juga di part ini, ya ini adalah part terakhir yang postig di W*****d, jadi pembaca cerita saya di w*****d mungkin berpikir ini adalah endingnya. Tapi ini bukanlah ending yang sebenarnya. Ending yang sebenarnya ada chapter 28 dan memang tiga chapter selanjutnya hanya saya berikan kepada pembaca yang membeli versi novelnya. Dan untuk di sini tenang,para pembaca bisa membaca cerita ini sampai chapter 28 hanya cukup dengan membeli menggunakan koin. Jadi pembaca yang penasaran mohon ditunggu, chapter selanjutnya akan tetap di update setiap hari hingga tiga hari kedepan. Semoga suka dan jangan lupa boleh minta komentar serta vote ya. Terima kasih...

  • Secret Affair   Monica : His Sadness

    Semenjak kepergian Sean yang tiba-tiba itu sudah membuat Pak William seperti kehilangan separuh jiwanya. Meski kini dia memang kembali tetap bekerja seperti biasa dan kembali pada kedua orang tuanya, aku tidak melihat sosok pak William yang dulu begitu ceria ketika bersama Sean. Semuanya hilang bersama perginya sahabatku, Sean.Aku sendiri tidak tahu di mana keberadaan dia sekarang, apakah dia memang sudah meninggalkan negara ini atau memang masih berada di negara ini juga ? Dalam setahun belakangan ini Sean tidak pernah sekali pun mencoba menghubungiku atau pun Alan yang aku tahu adalah sahabat terbaiknya. Ia seakan memang ingin tidak ditemukan oleh siapa pun juga.Seperti hari-hari biasanya pak William datang ke kantor melakukan pekerjaannya seperti biasa, tapi kini terlihat sangat memprihatinkan. Tubuhnya kurus dan rambutnya

  • Secret Affair   William: Missing You

    “Sean…. aku pulang,” panggilku seraya mengunci kembali pintu apartemen . Tapi aneh sekali, apartemen ini begitu sepi, di mana Sean? Bukankah tadi dia bilang tidak pergi hari ini? Kemudian aku melihat kamar tidur kami namun Sean masih tak ada juga. Tidak biasanya Sean seperti ini, tapi sudahlah aku akan menunggunya dulu. Aku lantas kembali ke ruang tv untuk menunggunya di sana. Hingga jam enam sore Sean belum kembali, ponselnya pun sudah beberapa kali kucoba hubungi tapi tidak bisa. Ponselnya mati, aku sudah mulai tidak bisa tenang lagi. Sean, kamu ke mana ? Tunggu-tunggu aku tidak boleh panik, kali-kali saja teman-tem

  • Secret Affair   Sean : Leaving

    Perkataan ayah William benar-benar membuatku gamang, bagaimana bisa aku disuruh memilih antara meninggalkan orang yang aku cintai atau bertahan dengan orang itu tapi juga membuatnya terus menderitaku denganku? Egoku sendiri berkata masih ingin bersama William, orang yang aku cintai dan tidak mau jauh dengannya cuma melihat kenyataan bagaimana keadaan William belakangan ini, dia sepertinya benar-benar sudah berada di titik terendahnya dan belum lagi ancaman ayahnya. Itu semua benar-benar membuatku kebingungan harus mengambil jalan apa, apalagi aku pun bisa menilai ancaman ayah William sungguh-sungguh.“Sean… are you alright?” tanya William khawatir di atas tempat tidur usai kami makan malam.“

  • Secret Affair   Sean : Offer

    William akhirnya memutuskan untuk keluar dari kantor Gio juga, sesuai dengan apa yang dia katakan padaku pada waktu lalu. Aku benar-benar kasihan padanya, di saat dia mulai bangkit ada saja yang membuatnya kembali jatuh. Dia bilang ia memutuskan keluar dari tempat Gio karena ia tahu jika ia masih berada di sana, ia hanya menjadi masalah di perusahaan itu, sedangkan perusahaan itu masih harus tetap berjalan.Ia pun bilang padaku bahwa Gio sempat menahan agar dia jangan keluar dulu, hanya aku juga tahu bagaimana keras kepalanya William itu sehingga meski dengan berat hati Gio mengizinkan William keluar dari tempatnya. William pun bilang padaku bahwa ia mencoba lagi dan tidak mau meminta pertolongan dari temannya lagi, sebab ia merasa telah membuat temannya kesulitan karena masalahnya.Sementara aku hanya bisa memberikan dia seman

  • Secret Affair   William: Another Problem

    Hari pertama di kantorku lebih banyak kami habiskan dengan berkenalan dan saling berdiskusi mengenai proyek pertama yang aku ajukan kepada Gio. Yang sebenarnya semalaman ini aku kerjakan hingga membuatku kurang tidur. Tapi itu semua terbayar, mereka nampak suka dengan ide proyek yang kuajukan.Gio pun setuju bahwa kami akan memulai proyek ini secepatnya, tim kami pun sudah siap. Ya proyek ini adalah membuat game dating simulation, sebab kami tahu game seperti ini cukup diminati oleh para pengguna gadget saat ini. Tujuan kami sendiri adalah menarik para wanita muda hingga para remaja putri.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status