update
Aku teringat tatkala Alvian yang memberi talak dan mengirimkan 1 miliar ke rekeningku waktu itu. Tapi dia tidak tahu jika Weni, mamanya telah merampas kembali uangnya dengan cara mengancam. Kini aku tidak akan percaya lagi dengan keluarga itu, meski dengan semua harta milik mereka. Amarah dan kekecewaan berkecamuk di dadaku waktu itu. Bayangan Alvian yang mengucapkan talak dan mentransfer 1 miliar ke rekeningnya masih segar dalam ingatannya. Uang yang dia kira sebagai tanda cinta dan komitmen, ternyata hanya sebuah alat untuk menyingkirkan. Rasa sakit hati itu semakin perih ketika dia mengetahui bahwa Weni telah merampas kembali uangnya dengan cara mengancam. Kompensi yang seharusnya kumiliki akhirnya tidak kudapatkan sama sekali di keluarganya, menyedihkan. Harta mereka tidak akan mampu membeli kembali kepercayaan yang telah mereka hancurkan. Menatap nanar ke luar jendela, melihat hiruk pikuk kota yang terasa hampa. Kepercayaan yang dibangun selama ini runtuh dalam sekejap. Kini, d
Nama pemes sebagai penulis mulai terlihat di akun medsos tidak berhenti di situ. Hobiku menulis yang selama ini dia tekuni diam-diam mulai menarik perhatian publik. Cerita-cerita pendeknya yang penuh makna dan inspiratif dibagikan secara luas di media sosial, membuatnya dikenal sebagai penulis baru yang menjanjikan.Ketenaranku di dunia maya tentu saja terdengar oleh Alvian. Meskipun dia bukan orang yang suka membaca, berita tentang hobi baruku membuatnya penasaran. Dia pun bertanya kepadaku tentang hobi ini, dengan nada yang tidak bersahabat."Jadi, sekarang kamu sibuk jadi penulis?" tanya Alvian dengan nada sinis. "Sejak kapan kamu suka menulis? Dan apa gunanya menulis cerita-cerita pendek di media sosial? Menurutku itu bukan hobi yang layak untuk seorang ibu," sindir Alvian lewat telpon.Kata-kata Alvian menusuk hatiku. Seharusnya dia mampu mengambil hati dengan bertanya baik-baik bukannya menyinggung tanpa alasan yang konkrit. Tidak menyangka bahwa Alvian akan merendahkan hobiku d
Alvian mendengar kabar entah dari mana tentang Dani dan hubunganku dengan temanku tersebut. Dia sangat marah dan mengancam akan mengambil Andini anakku yang masih balita untuk diasuhnya. Meski kami sudah bercerai Alvian tetap memantau perkambangan Andini sampai detik ini. Dalan telpon dia tidak segan ingin membawa hak asuh Andini ke pengadilan.Jantungku berdegup kencang, seperti genderang perang yang ditabuh bertubi-tubi. Ancaman Alvian bagaikan petir di siang bolong, menyambar ketenangan yang baru saja kuraih. Bayangan Andini, putri kecilku yang berusia dua tahun, direnggut dari pelukanku, membuat air mata mengalir tanpa henti."Mas, kau tidak bisa melakukan ini!" teriakku di telpon saat video call, berusaha menahan gemetar dalam suaraku. "Andini adalah anakku, dan aku tidak akan pernah membiarkanmu mengambilnya dariku!"Alvian menatapku dengan tatapan tajam, penuh amarah dan kekecewaan. "Kau telah menghancurkan harapanku kita, Riana," geramnya. "Dan sekarang aku berniat merebut And
Perasaan campur aduk antara keraguan dan harapan untuk masa depan Andini. Alvian terus merangsek untuk mendapatkan Andini yang berada di gendonganku. Mereka yang ada di ruang tamu hanya sebagai penonton tidak ada yang bertindak. Keluargaku dan keluarga Alvian kini diam mematung menyaksikan pertengkaran kami.“Berikan Andini, Riana. Kamu sudah lalai dalam menjaganya.”“Ckk, sejak kapan Mas perduli dengan anakku. Kamu terlalu sibuk dengan istri baru sehingga lupa dengan Andini, anak sendiri,” ucapku dengan lantang.“Cukup! Kamu tidak tahu yang kulakukan sejauh ini. Ibu yang hanya mementingkan diri sendiri saja kamu ini.”Hatiku sangat perih mendengar kalimat yang terlontar dari Alvian Pratama. Semenjak ia kutinggalkan banyak sekali perubahan sifatnya, kasar dan tidak sayang kepada kami. Ap pengaruh mamanya terlalu kuat? Andini terus menangis, aku tidak tega melihatnya menjadi rebutan keluarga sendiri.Terdengar suara langakh kaki mendekat sosok yang familiar di depan kami. Tiba-tiba dat
Seulas senyum merekah di bibirku saat kulihat Alvian menceritakan tentang perceraiannya dengan Dewi. Banyak hal yang sudah kulewati selama berpisah dengannya. Pernikahan yang dulu kandas karena orang ketiga, kini kembali terjalin. Dewi, sang mantan istri, telah pergi, meninggalkan luka mendalam bagi Alvian karena pembohongan. Namun, takdir berkata lain, aku dan Andini, hadir kembali dalam hidupnya, menawarkan secercah harapan untuk membangun rumah tangga yang harmonis.Pernikahan kami tinggal sebulan lagi. Selama masa penantian itu, Alvian dengan penuh kasih sayang berusaha membantuku melewati masa-masa sulit. Aku masih dirundung rasa trauma dan ketakutan akan perpisahan. Bayang-bayang Dewi selalu menghantui pikiranku.Alvian memahami keadaanku. Dia selalu sabar menemaniku, mendengarkan keluh kesahku, dan meyakinkanku bahwa dia tidak akan pernah meninggalkanku lagi. Dia menunjukkan komitmennya dengan selalu mengawasiku, memastikan aku aman dan terlindungi.Alvian memahami rasa trauma
Di tengah hiruk pikuk persiapan pernikahanku dengan Alvian datang Aldi, bayangan hitam masa lalu menghantui. Aldi yang merupakan buronan kini berada di sini, saat detik-detik menjelang acara pernikahan kami.Hal ini tentu menjadikan Sari tidak enak hati. Ia dengan kasar menarik tangan Aldi agar menjauh dari aku dan Andini. Rasa trauma akan penculikan yang dilakukannya masih membekas di hati kami sampai saat ini.Aku mengabarkan hal itu kepada Alvian dan meminta Roy untuk segera mengurusnya. Roy dalam hitungan menit datang dan melapor kepada Alvian yang terjadi dengan Aldi.Berita mengejutkan datang dari Roy, sang asisten yang mengawal kasus penculikan Andini. Roy dengan raut wajah muram, bergegas menemuiku dan Alvian di rumah."Ada kabar penting yang harus saya sampaikan," kata Roy dengan nada pelan. "Mengenai penemuan mayat yang diidentifikasi sebagai Aldi..."Aku dan Alvian terpaku, rasa cemas dan penasaran menyelimuti hatiku. "Ada apa dengan mayat itu?" tanyaku dengan suara gemetar
Aku melangkah dengan anggun di atas pelaminan, gaun putihnya yang berkilauan bagaikan awan di malam hari. Alvian, sang mempelai pria, menanti dengan penuh cinta di altar. Senyum manis terpatri di bibirnya, memancarkan kebahagiaan yang tak terkira. Pernikahan mereka, yang telah dinanti-nantikan selama berbulan-bulan, akhirnya terwujud.Gaun pengantin yang berwarna putih tulang menjuntai indah hingga menyentuh lantai. Gaun itu terbuat dari bahan sutra yang halus dan berkilauan, dihiasi dengan sulaman bunga-bunga berwarna pastel yang membuatnya semakin anggun dan menawan.Para tamu undangan tak henti-hentinya memuji kecantikanku, membuatku tersipu malu. Gaunnya yang istimewa menjadi sorotan utama di pesta pernikahan mereka. Beberapa tamu bahkan mengabadikan momen indah tersebut dengan kamera.Aku merasa sangat bahagia dan bersyukur. Tidak menyangka bahwa gaun pengantin yang dipilih akan secantik ini. Gaun itu merupakan hasil karya desainer ternama yang terkenal dengan desainnya yang unik
Aku dan Alvian melangkah ke ranjang diiringi dengan alunan musik romantis yang sengaja diputar oleh Alvian. Kamar yang telah didekorasi dengan indah dengan bunga-bunga segar dan lilin-lilin yang memancarkan cahaya remang-remang. Merasa jantung berdebar kencang tidak pernah menyangka bahwa malam pertama dengan Alvian akan seseru ini. Alvian selalu tahu cara untuk membuatku merasa spesial. Alvian mengantarkanku ke tempat tidur dan mencium keningnya dengan lembut. "Selamat malam, istriku," bisiknya di telinga. Aku tersenyum dan membalas ciuman Alvian. "Selamat malam, suamiku," bisiknya. Alvian membuka gaun pengantin dengan perlahan, menikmati setiap momen indah bersamaku. Merasa gugup dan malu, tetapi juga bahagia dan bersemangat. Alvian membaringkan tubuhku di tempat tidur dan mencium dengan penuh gairah. Aku pun membalas ciuman Alvian dengan penuh cinta berdua tenggelam dalam dunia sendiri, melupakan semua yang ada di sekitar. Malam ini, Aku dan Alvian menghabiskan waktu bersama den