***"Habis ini kamu minum obat lagi ya."Sambil berjalan menaikki tangga, Aludra terus merangkul Arka yang berjalan di sampingnya. Menyelesaikan makan malam sepuluh menit lalu, keduanya memutuskan untuk kembali ke kamar tanpa peduli di mana Rania sekarang."Iya," jawab Arka."Ya udah kita ke kamar," kata Aludra lagi."Iya, Sayang. Kan ini juga lagi ke kamar," ucap Arka, setelah itu keduanya tertawa sambil melanjutkan langkah mereka menuju kamar.Di sana—seperti biasa Aludra mengumpulkan beberapa obat untuk diminum Arka yang sudah menunggu di pinggir kasur.Mengerutkan kening, Aludra memandangi beberapa obat di telapak tangannya. "Mas," ucapnya."Kenapa?""Aku kok ngerasa ada yang aneh ya sama obatnya?" tanya Aludra."Maksud kamu?""Tadi tuh sore pas aku buka obat, kayanya enggak ada pil ini deh. Kok sekarang jadi ada ya?" tanya Aludra sambil menunjukkan kapsul yang memiliki dua warna; putih dan coklat. "Eh, apa ada ya? Duh aku lupa, tapi tadi kayanya enggak ada, apa ada?"Arka terkeke
***"Gimana udah enakkan?"Arka mengangguk pelan ketika pertanyaan itu dilontarkan Amanda yang duduk persis di sampinya—tepat di bagian pinggir kasur setelah memberikan obat diare untuk Arka yang dibeli Dirga beberapa menit lalu.Mendapatkan kabar dari Rania, Amanda memang langsung mengajak Dirga ke rumah sang putra karena takut terjadi sesuatu pada Arka, dan tepat ketika dia sampai, ucapan Rania benar.Arka masih muntah-muntah dan sakit perut."Udah. Makasih, Ma," kata Arka."Malam ini Mama nginep di sini," ujar Amanda. "Biar kalau ada apa-apa, kamu bisa langsung panggil mama.""Ada Alula," ucap Arka.Amanda tidak menjawab ucapan Arka. Dia memilih untuk memandang putranya sebagai kode agar Arka tak membantah kehendaknya dan setelah itu Arka yang memang sudah benar-benar lemas memilih untuk patuh."Ya udah gimana mama aja," ucap Arka.Amanda tersenyum lalu menoleh pada Aludra yang duduk di ujung kasur. "Lu," panggilnya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Arka bisa sampai diare? Engg
***"Tidur yang nyenyak, Mas. Kalau ada apa-apa, jangan lupa bangunin aku."Aludra yang duduk di sebelah kanan Arka lekas menarik selimut lalu menutupi tubuh suaminya yang saat ini tidur dengan posisi miring, sampai ke dada.Setelah semua yang terjadi, mereka baru bisa pergi tidur pukul sebelas malam, dan tentunya Amanda juga Dirga menginap di rumah—dengan alasan; berjaga-jaga, takut terjadi sesuatu lagi pada Arka.Penyebab sakit perut juga mual muntahnya Arka sudah terbongkar berkat Aksa yang langsung curiga dengan obat. Meminta beberapa obat—tak peduli malam, Aksa langsung bergegas menuju apotek untuk menanyakan semuanya dan saat kembali dia membawa sebuah fakta; ada obat pencuci perut di antara obat yang diminum Arka.Mungkin bagi orang yang sedang sembelit, obat pencuci perut sangat bermanfaat, tapi bagi orang normal yang tak mengalami kendala pada pencernaan, obat tersebut cukup berbahaya karena menurut petugas apotek, obat tersebut memiliki dosis yang tinggi.Saling menyalahkan?
***"Lu."Arka bergumam pelan ketika di tengah tidur dia tiba-tiba saja merasa tenggorokkannya kering. Tak langsung membuka mata, Arka mengulurkan tangan lalu meraba kasur. Dengan mata yang masih terpejam, Arka mengerutkan keningnya ketika dia tak menemukan Aludra di sana dan setelah itu tentu saja Arka membuka mata."Lu," panggil Arka ketika dia tak melihat Aludra di kasur. Beringsut, Arka mengubah posisinya menjadi duduk lalu mengedarkan pandangan. "Lulu, kamu di mana, Lu?"Tak ada sautan, dan Arka tentu panik.Turun dari kasur dengan segera, Arka berjalan menuju kamar mandi. Dejavu. Begitulah yang dia rasakan sekarang ketika berdiri di depan pintu karena ini bukan pertama kalinya Aludra menghilang saat tidur.Waktu itu, setelah mereka melakukan hubungan suami istri, Aludra juga hilang dan ternyata dia mengguyur badannya sendiri dengan air. Apakah malam ini juga sama?Ah, semoga saja tidak."Lu," panggil Arka sambil mendorong pintu kamar mandi yang tak dikunci. Melongokkan kepala, d
***"Danial sini sama aunty."Aludra yang duduk di atas karpet ruang tengah merentangkan kedua tangannya agar Danial yang sedang aktif merangkak menghampirinya dan benar saja, sambil tertawa, Danial merangkak cepat menghampiri Aludra yang tentu saja terlihat begitu senang.Pagi ini, di rumah Arka memang sudah cukup ramai dengan kehadiran Ananta yang datang membawa kedua putra dan putrinya untuk menjenguk Arka. Meskipun dekat, nyatanya Ananta yang memang selalu sibuk mengurus tiga anak tak sempat menjenguk sang adik ipar kemarin sore."Danial kayanya nempel banget sama Lulu," kata Amanda yang duduk di sofa sambil memperhatikan interaksi Aludra dan Danial, sementara Ananta mengasuh Azura dan Arka? Pria itu ikut bersantai di sofa.Sebenarnya dia ingin masuk kerja hari ini juga, tapi Aludra dan Amanda yang melarangnya dengan keras membuat dia mau tak mau pasrah untuk beristirahat di rumah sampai kondisinya baik."Iya. Padahal, Danial biasanya susah banget berbaur sama orang baru," kata An
***"Ya udah kalau gitu Mama titip Arka ya, sayang. Kalau ada apa-apa kamu telepon Mama.""Iya Ma.""Mama tutup teleponnya ya, mau masak dulu. Papa suka ngambek kalau pulang belum dimasakkin.""Iya Ma."Sambungan telepon terputus, wajah Aludra terlihat bahagia. Sore ini, ketika menghabiskan waktu bersama Arka di pinggir kolam renang, Aludra mendapatkan telepon dan telepon tersebut berasal dari Amanda yang ingin memastikan kondisi Arka, karena memang tadi siang mertuanya itu berpamitan untuk pulang.Aludra bahagia, sikap Amanda kembali seperti semula. Bahkan Amanda pun berkata jika dia sudah menghapus nomor Rania atas perintah Arka.Sedikit banyaknya Aludra mulai merasa tak suka pada Rania. Namun, tentunya dia masih bersikap baik karena perasaan tak enaknya pada perempuan itu."Siapa yang telepon, Sayang?"Arka datang dari dapur sambil membawa dua gelas jus jeruk, Aludra menoleh. "Mama," jawabnya.Duduk di depan Aludra lalu meletakkan kedua gelas jus jeruk tersebut di atas meja, Arka m
***"Gimana, enak?"Arka yang sejak tadi duduk berselonjor sambil bersandar pada kepala ranjang, langsung mengangguk ketika pertanyaan itu dilontarkan oleh Aludra yang sejak tadi setia duduk di sampingnya.Tak diam, Aludra dengan sangat setia memijat kaki Arka. Padahal, Arka tak memintanya sama sekali. Ketika ditanya kenapa Aludra ingin memijat, maka gadis itu menjawab; aku ingin belajar benar-benar jadi istri yang baik supaya enggak ada celah buat pelakor.Arka senang. Bukan senang karena Aludra rajin, dia senang karena sepertinya Aludra sudah mulai menyadari sifat asli Rania. Tinggal menunggu waktu, dia akan benar-benar mengeluarkan Rania dari rumahnya."Enak," jawab Arka. "Makasih, tapi udahan aja.""Kenapa?" tanya Aludra. "Katanya enak, tapi kok nyuruh udahan? Enaknya bohong ya? Aslinya enggak enak ya? Kurang apa? Kurang kenceng apa gimana? Bilang aja jangan ragu."Arka tersenyum. "Udah karena kasian," ucapnya. "Tangan kamu pasti pegel. Sini aja duduk sama aku.""Ngapain?""Ya dud
***"Waw, enak. Ambil ah satu!""Jangan!"Aludra meringis ketika Arka dengan sigap menepuk punggung tangannya yang hampir mengambil salah satu tumpukkan pancake di piring yang baru saja selesai dia buat."Mas ih!" Aludra merengut lalu menatap Arka tak suka. Sore ini keduanya menghabiskan sabtu mereka di dapur untuk membuat pancake yang akan disajikan untuk tamu mereka—Damar yang akan datang sekitar pukul empat sore.Sebenarnya yang semula ingin memasak itu Aludra. Namun, Arka yang tentunya tak ikhlas makanan yang dibuat istrinya dimakan pria lain, langsung menawarkan diri untuk membuat pancake."Buat tamu, Lu," kata Arka."Kan satu doang," ujar Aludra. Dia kemudian menghitung tumpukkan pancake. "Ada sepuluh tuh, diambil satu enggak apa-apa kali. Damar juga kayanya enggak bakalan sanggup habisin pancake sebanyak ini.""Pokoknya jangan diambil satupun, sampai ada yang hilang, aku hukum kamu," ucap Arka sambil melepaskan celemek yang sejak tadi dia pakai.Sementara Aludra duduk di dekat