***"Akhirnya bisa istirahat juga."Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putih yang dia pakai, Raina berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk pergi ke depan. Seperti biasa, jam istirahat akhirnya tiba. Masih berstatus baru, belum banyak tugas yang harus dilakukan Raina dan ketika jam makan tiba, dia bisa beristirahat tanpa hambatan."Siang ini enaknya makan ap ... Damar?"Dari jarak beberapa meter, kedua mata Raina menyipit ketika dia tak sengaja melihat Damar duduk di sebuah bangku taman rumah sakit.Terdiam untuk sejenak, pada akhirnya Raina memutuskan untuk menghampiri pria itu."Hai," sapa Raina yang langsung membuat Damar menoleh."Rai," sapa Damar."Lagi ngapain?" tanya Raina. "Dokter Arsyanya mana?"Meskipun sudah sepakat untuk saling memanggil nama. Di rumah sakit, Raina tetap bersikap profesional dengan memanggil Arsya memakai embel-embel sebagai bentuk hormat dia sebagai dokter junior alias baru."Lagi operasi," kata Damar. "Katanya ada yang mau cessar dan dia d
***"Jangan lama ya, Mas. Aku tunggu.""Iya, Ra. Ini aku langsung beli kok, tunggu ya.""Aku tunggu di taman komplek.""Aman enggak?""Aman, rame kok tempatnya.""Oke, tunggu di sana ya.""Iyaps."Aludra memutuskan sambungan telepon bersama Arka lalu mengukir senyum sambil mengecup layar ponsel beberapa kali.Malam ini Aludra tiba-tiba saja menginginkan martabak. Tak meminta pegawai rumah untuk membeli, dia memilih untuk menelepon Arka untuk membawakannya martabak sebagai bentuk modus karena ingin bertemu.Seminggu sebelum hari pernikahan, Arka tak lagi tinggal di rumah Aludra. Atas kesepakatan kedua keluarga, calon pasangan pengantin itu mulai menjalani pingitan dan tidak boleh bertemu sampai hari pernikahan berlangsung besok pagi.Namun, tentu saja Aludra yang nakal ngeyel ingin bertemu karena rindu. Meskipun, selama seminggu mereka rutin melakukan video call tetap saja rasanya berbeda.Aludra ingin melihat Arka secara langsung. Ya, dia akan bersembunyi lalu keluar dari rumah dan me
***"Ra, Regan pengen mimi."Aludra yang sudah hampir setengah jam duduk di kursi seketika langsung menoleh setelah mendengar ucapan Aurora yang datang ke kamarnya sambil menggendong Regan.Tak diam, bayi tiga bulan tersebut menangis di pangkuan sang Oma karena kehausan setelah kareka sejak bangun hingga sekarang—sudah tampan dengan tuxedo hitam, bayi itu belum sempat menyusu."Kan ada asip Rara di freezer, Ma," kata Aludra."Takut enggak cukup, nanti kan kamu sibuk," ucap Aurora. "Udah kasih mimi dulu aja sambil dirias. Enggak akan ganggu deh kayanya.""Ya udah siniin," kata Aludra sambil mengulurkan kedua tangannya untuk mengambil Regan dari tangan Aurora."Mbak, enggak apa-apa kan itu anak saya nyusuin sambil gendong bayi?" tanya Aurora pada Aneu—sang MUA yang disewa khusus untuk merias Aludra."Enggak apa-apa, Bu. Selagi tenang, enggak ganggu kok.""Cup, cup, cup, anak Mama sayang jangan nangis ya, Nak. Ini mimi dulu," kata Aludra sambil membuka kancing piyama agar Regan bisa meny
***"Kita ulang lagi ya, akad nikahnya."Usai kejadian tak terduga, instruksi itu diberikan penghulu pada Aludra juga Arka setelah akad nikah beberapa menit lalu sempat terhenti karena kedatangan tamu yang tak diduga-duga.Tak ada yang menyangka tamu tersebut akan datang ke pesta pernikahan Aludra dan Arka karena semua orang tahu, tamu tersebut tak baik-baik saja.Alula Shaqueena. Tentu saja tamu yang sempat menghentikan akad nikah itu Alula.Ikut pulang dari Swiss bersama Oma dan Opanya, Alula memang tak langsung pulang ke rumah. Dia memutuskan untuk tidur di hotel karena ingin memberi kejutan untuk semua orang.Dan tentu saja semuanya berhasil. Tak ada yang tak terkejut melihat kehadirannya di tengah-tengah pesta terlebih lagi Aurora yang langsung memberikan Raiden pada Amanda untuk bisa memeluk putri sulungnya yang sudah terlihat baik-baik saja setelah menjalani perawatan selama satu bulan pasca bangun dari koma.Untuk beberapa menit, suasana berubah haru ketika Dewa dan Aludra iku
***"Anak-anak Mama pasti capek ya, Sayang. Tidurnya lelap banget."Resepsi digelar siang hari setelah akad, semua acara selesai pukul empat sore dan kini—pukul delapan malam, Aludra juga keluarganya sudah kembali berada di rumah.Bahkan Aludra sudah selesai menidurkan kedua bayinya di kamar."Tidur yang lelap ya, De. Mama malam ini tidur sama Papa, enggak di sini," kata Aludra.Malam pertama, Aludra cukup peka untuk kembali tidur di kamarnya dan untuk si kembar, malam ini akan tidur dijaga Aurora juga Dewa dengan beberapa stok asip di freezer yang masih tersedia.Untuk malam ini saja, baik Dewa maupun Aurora ingin Arka dan Aludra menghabiskan waktu berdua tanpa harus repot dengan si kembar."Ra, udah tidur?"Aludra menoleh ketika Aurora datang sendiri ke kamarnya. Tak lagi memakai dress, Aurora sudah santai dengan blouse satin khusus untuk tidur."Udah, Ma," kata Aludra. "Papa mana?""Di pinggir kolam belakang, lagi ngobrol sama Alula," kata Aurora."Ma.""Ya?""Kak Lula udah cerita?
***"Mas, ih! Kalau aku hamil gimana?"Usai bercinta, biasanya pasangan lain akan bermesraan atau melakukan hal romantis lainnya, tapi tidak dengan Aludra dan Arka yang justru cekcok setelah keluar dari kamar mandi—lebih tepatnya Aludra yang marah-marah karena Arka justru terlihat santai."Kalau hamil ya enggak apa-apa, ada suaminya ini, kan?" tanya Arka santai—membuat Aludra yang sudah duduk di pinggir kasur sambil memakai bathrobes langsung melemparkan bantal ke arah suaminya yang masih bertelanjang dada."Mas, aku serius!""Terus kamu pikir, aku becanda?" tanya Arka. "Aku juga serius kali."Aludra mendengkus sambil menatap tajam Arka yang kini sudah berbalik untuk mengambil pakaian tidur di lemari."Regan sama Raiden baru tiga bulan," ucap Aludra. "Kalau aku hamil, mereka akan punya adik di usia satu tahun. Enggak lucu.""Lucu-lucu aja tuh, banyak anak banyak rezeki.""Mas ih, nyebelin!" ujar Aludra.Aludra pikir setelah dia sempat berseru agar Arka menghentikan kegiatan panas mere
***"Dapur apa kamar? Dapur dulu deh, lapar."Berdiri di depan pintu kamar Aludra, Arka sempat dilema memutuskan untuk pergi ke mana lebih dulu setelah meninggalkan istrinya yang asyik video call bersama Arsya.Tak memerlukan waktu lama, pilihan Arka jatuh ke dapur karena perutnya tiba-tiba saja keroncongan.Berjalan menuruni tangga, dia bergegas untuk mengambil makanan yang bisa dia ambil di sana—terutama yang praktis, roti misalnya.Hampir dua bulan tinggal di rumah Dewa untuk menjaga si kembar, Arka memang sudah tak merasa asing lagi dengan suasana rumah mertuanya itu, bahkan sekarang dia mulai terbiasa seperti tuan rumah.Tak malu-malu, Arka leluasa mengambil makanan apapun di dapur—sangat berbeda dengan ketika dia baru menikah dengan Alula dulu."Ngambil roti aja deh biar prak-"Arka berhenti di ambang pintu ketika melihat seorang perempuan berdiri di depan meja makan. Entah sedang apa, yang jelas perempuan itu terlihat berdiri sambil memandangi sebuah baskom berukuran sedang.Se
***"Tidur aja, Lu. Udah malam.""Enggak, Ma. Lula mau nemenin Mama."Tak mengganggu Aludra dan Arka sama sekali, malam ini Aurora mengambil penuh kendali untuk menjaga Regan maupun Raiden. Awalnya, dia akan menjaga kedua cucunya bersama sang suami. Namun, Alula dengan senang hati menawarkan diri untuk menemani sang mama tidur di kamar si kembar.Dan kini ketika Raiden terbangun karena ingin menyusu, Alula ikut bangun menemani Aurora yang duduk di sofa sambil menggendang cucunya dan memberikan susu di botol."Kamu baru sembuh, harus banyak istirahat," ucap Aurora."Lula udah lama sembuh, enggak perlu lagi istirahat.""Lagian tega banget kamu, sadar hampir dua bulan enggak ngabarin Mama sama Papa," ucap Aurora dengan suara sepelan mungkin agar tak mengganggu Raiden yang mulai terlelap kembali sambil menyusu."Lula cuman mau kasih kejutan buat semuanya," kata Alula. "Eh ternyata Lula juga dikasih kejutan sama kalian, dengan kabar pernikahan Rara sama Arka.""Enggak pake Mas lagi manggi