Alan pikir Rizal akan menyerah setelah ancaman yang dirinya berikan malam itu, tapi ternyata mantan kekasih istrinya itu masih terus berusaha untuk mengusik kehidupannya bersama dengan Aisa.Sepertinya kali ini Alan tidak bisa tinggal diam begitu saja, karena apa yang Rizal lakukan membuat keluarga Aisa merasa tidak nyaman.“Ren, apa kamu sudah mendapatkan apa yang aku minta?” tanya Alan yang saat ini sedang berada di dalam kamar bersama dengan Rendy.“Sudah, Tuan. Keluarga Rizal memiliki usaha dalam bidang bahan pangan. Mereka memiliki beberapa toko beras yang sedang maju pesat sekarang. Toko-toko mereka tersebar luas di beberapa kota,” ucap Rendy sambil menunjukkan tablet yang dipegangnya kepada Alan.Tablet itu memperlihatkan tentang beberapa usaha yang keluarga Rizal miliki.“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan kan, Ren?” tanya Alan dengan menyunggingkan senyumannya.“Apa kita harus melakukannya sejauh ini, Lan?” Rendy berbicara sebagai sahabat sekarang, bukan lagi sebagai bawah
Setelah berbicara dengan ayahnya semalam, Aisa mulai membicarakannya dengan Alan. Aisa ingin menunjukkan kepada kedua orang tuanya kalau mereka benar-benar serius dengan pernikahan mereka.“Aku sudah melakukan segala cara, Sayang. Tapi sepertinya sangat sulit untuk meluluhkan hati kedua orang tuamu,” ucap Alan sambil menggenggam tangan Aisa.“Apa kamu akan menyerah sekarang?” tanya Aisa dengan dahi mengernyit.Alan menggelengkan kepalanya, tentu saja dirinya tidak akan menyerah begitu saja. Meskipun dirinya harus membuang jauh-jauh harga dirinya, dirinya akan terus berjuang untuk mendapatkan restu kedua orang tua Aisa.“Kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?”“Aku akan lamar kamu secara langsung kepada kedua orang tuamu. Mungkin kedua orang tuamu merasa terluka, karena aku menikahimu tanpa melamarmu kepada mereka,” ucap Alan yakin dengan idenya.’“Apa kamu akan kembali ke Jakarta?” Aisa sepertinya berat untuk melepas Alan kembali pulang ke Jakarta, apalagi setelah apa yang
Sebelum kembali ke Jakarta, Alan berniat untuk mengajak Aisa jalan-jalan. Dia ingin menghabiskan waktunya bersama dengan Aisa, karena mungkin mereka tidak akan bertemu untuk beberapa hari, karena Alan harus mengurus semua persiapan untuk melamar Aisa kepada kedua orang tuanya.“Ren, aku akan pergi berdua dengan Aisa. Kamu tetap disini bersama dengan yang lainnya.” Alan tidak ingin kencannya diganggu oleh Rendy dan para pengawalnya. Dirinya juga butuh privasi.“Tidak, Tuan. Saya tidak akan membiarkan anda dan Nona Aisa pergi sendirian.” Rendy tidak ingin terjadi apa-apa dengan Alan, karena Alan masih membutuhkan pengawasan. Apalagi saat ini para warga ingin mengusir Aisa dari desa ini.“Apa kamu mulai melawan perintahku sekarang? aku bisa menjaga diri aku sendiri, Ren! Kamu tenang saja. Kalau sampai aku tahu kamu mengikuti diam-diam, maka aku tidak akan segan-segan untuk memecatmu!” seru Alan, membuat Rendy dan Aisa terkejut. Baru kali ini mereka melihat Alan semarah ini setelah sekian
Alan menatap Aisa, dia lalu menggelengkan kepalanya. Dirinya rela mati di tangan Rizal, tapi dirinya tidak akan rela melihat Aisa menikah dengan Rizal.“Sa, lebih baik aku mati daripada aku harus melihatmu menjadi milik orang lain!” teriak Alan keras dengan kedua tangan dicekal oleh kedua anak buah Rizal.Alan bahkan tak peduli dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Dia terus memberontak, mencoba lepas dari keempat anak buah Rizal.Aisa menyeka kedua sudut matanya, dia tak tega melihat Alan yang terlihat sedang menahan rasa sakitnya.“Ok, sekarang kamu akan melihat kematiannya, Sa.” Rizal meminta anak buahnya untuk menghabisi Alan sekarang juga.Sasa dan ketiga temannya berteriak histeris saat melihat keempat anak buah Alan menghajar Alan secara bergantian.“Sa, bagaimana ini? kita tidak bisa diam saja. Kasihan mereka,” ucap salah satu teman Sasa sambil memegang tangan kiri Sasa.“Sa, kamu juga tahu kalau Rizal yang mengejar Aisa. Aisa tidak salah. Kita harus selamatkan mereka,” ucap
Sasa menemani Aisa ke toilet untuk membersihkan kedua telapak tangannya yang terkena noda darah Alan. Dia juga mencuci telapak tangannya.“Sa, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti kalian tadi. Maaf, karena aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Rizal dan anak buahnya menyakiti Alan,” ucap Sasa sambil menatap Aisa dari cermin besar yang ada di depannya.Aisa hanya diam sambil menggosok telapak tangannya dengan sabun.“Aku janji, aku akan bersaksi di depan polisi dan mengatakan yang sebenarnya terjadi tadi,” lanjut Sasa lagi.“Kenapa? kenapa kamu jadi baik sama aku? bukankah kamu sangat membenciku karena Rizal memutuskan hubungan pertunangan kalian?” Aisa bahkan tidak menatap ke arah Sasa.“Aku salah, tolong maafkan aku. Aku terlalu dibutakan oleh cinta, sampai aku tidak bisa melihat kalau Rizal tidak pernah mencintaiku selama ini. Tapi sekarang aku sadar, kalau Rizal bukan pria yang pantas untuk aku pertahankan.”Aisa menoleh kesamping, menatap Sasa yang juga sedang menatap
Setelah mendapat telepon dari Rendy, Merlin langsung meminta Dedi untuk mengantarnya ke kampung halaman Aisa. Mereka sampai di Semarang malam hari dan langsung menuju rumah sakit tempat Alan dirawat.Rendy menjemput Merlin dan Dedi di depan rumah sakit, lalu mengajaknya ke ruang ICU tempat Alan dirawat.“Bagaimana keadaan Alan, Ren? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kamu tidak menjaga Alan?” Merlin terus bertanya sambil berjalan menuju ruang ICU.“Maafkan kelalaian saya, Nyonya. Saya siap untuk menerima hukuman,” ucap Rendy yang berjalan di sebelah Merlin.Merlin menghela nafas panjang, dia sudah tidak sabar ingin melihat kondisi putranya.Sesampainya di ruang ICU, Merlin melihat dua orang paruh baya dan seorang pria muda yang diyakini adalah keluarga Aisa, karena dirinya memang belum pernah bertemu dengan keluarga Aisa sampai detik ini.“Mereka keluarga Nona Aisa, Nyonya,” ucap Rendy saat melihat Merlin yang sedang menatap ke arah Niko dan kedua orang tuanya.Merlin berjalan menghampi
Sudah seminggu Alan tak sadarkan diri. Setiap hari baik Aisa dan Merlin terus menangis, berharap Alan akan segera bangun dan kembali bersama dengan mereka lagi.Semenjak perbincangannya dengan Aisa waktu itu, Merlin mengizinkan Aisa untuk menunggu Alan, bergantian dengan dirinya, suaminya dan juga Rendy. Kini dirinya sudah merasa lega, akhirnya Alan dan Aisa bisa kembali bersatu seperti dulu lagi.Tapi kali ini mereka bersatu bukan karena surat perjanjian, melainkan karena cinta. Merlin akhirnya bisa melihat Alan kembali bahagia seperti dulu lagi.“Masuklah.” Merlin membiarkan Aisa masuk ke dalam ruang ICU untuk menggantikan dirinya, karena sejak tadi dirinya yang menunggu Alan disaat Aisa pulang untuk mandi dan berganti pakaian.Aisa memang kalau pagi hari pulang ke rumah untuk mandi dan menyiapkan bekal makanan untuk kedua mertuanya, Rendy, dan Dedi. Dia tahu kalau keluarga suaminya sangat kaya, tapi dia tetap ingin membawakan makanan hasil masakannya sendiri untuk Merlin dan yang l
Sudah satu minggu lebih Alan dirawat di rumah sakit setelah dia sadarkan diri. Selama itu pula, keluarga Aisa datang untuk menjenguk Alan.Alan memang belum bisa berjabat tangan dengan ibunya Aisa. Ibunya Aisa pun mengerti akan hal itu. Mayang juga berharap semoga Alan bisa segera lepas dari trauma masa lalunya.Terlihat semua keluarga berkumpul di ruang rawat inap Alan. Mereka saling bercengkrama satu sama lain.Aisa dan Alan sangat bahagia, akhirnya kedua orang tua mereka bisa seakrab ini meskipun belum lama bertemu.Alan juga sudah mendengar dari Rendy, kalau Rizal sudah mendekam di penjara. Kasusnya akan diperkarakan, pihaknya juga menuntut agar Rizal dan anak buahnya dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya.Saat mereka semua sedang mengobrol, terdengar suara ketukan pintu, membuat semua orang menoleh ke arah pintu.“Nik, coba kamu cek, siapa yang datang,” pinta Mayang.Niko beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju pintu, membukanya dengan perlahan. “Om Brata!” serunya te