Happy reading.... Rey meremas sendiri tangannya sendiri. Waktu terasa berhenti di sana. Tidak ada suara. Saking sunyinya ruangan itu Rey sampai bisa mendengar deru napasnya dan juga sosok di depannya. Dosen yang dua minggu lalu menghukumnya, kini berdiri membelakanginya seraya menatap lukisan yang Rey buat. Kenapa dia lama sekali? Apakah lukisanku tidak bagus? Pertanyaan itu bergulir dalam kepala Rey. Karena sejak lima belas menit lalu sang dosen tak kunjung membuka suara. Rey menghela napas berat namun seketika tertahan saat pria itu berbalik menatapnya. Rey membeku. Wajah pria itu datar tidak menampilkan ekspresi yang berarti. Sepertinya aku gagal. "Kerja bagus, Rey." "Eh?" "Lukisan ini sangat bagus. Bahkan lebih dari yang saya bayangkan," kata pria itu kini menampilkan senyum tipis. Rey mengerjapkan matanya. Dia tidak salah dengarkan? Dosen yang biasanya selalu mengkritik karyanya selama ini, kini memujinya. "Benarkah, Pak?" Mata Rey berbinar senang. "Tentu saja. Kau tid
"Aku akan bertemu dengannya malam ini?" tanya Anita mengelus pipi Julian yang terasa sedikit kasar karena dia lupa bercukur. Tangan kecil itu turun ke arah bibir penuh sang suami yang sempat dikecup mesra."Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi, bukan?" tanya Julian yang tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah sang istri.Entah kenapa dia begitu merindukan wanita itu. Padahal mereka selalu bertemu hanya saja durasinya sangat sedikit karena Julian harus bersama Rey. Sial! Mengingatnya saja sudah membuat Julian sedikit kesal. Karena sibuk mendekati Rey dia jadi kehilangan banyak waktu yang sebenarnya bisa ia habiskan bersama Anita. Ya. Setidaknya itu yang Julian pikirkan untuk menepis fakta jika sebenarnya dia tidak kesal sama sekali menghabiskan waktu bersama Rey. Sungguh Julian begitu naif pada perasaannya sendiri."Kau benar, Sayang." Suara Anita begitu menggoda. Sedikit parau. "Memang apa bedanya aku bertemu dia sekarang atau nanti. Iya kan?"Julian malah mendesah pel
"Perkenalkan dia Anita Artemio ... istriku."Telinga Rey terasa berdengung seakan apa yang dia dengar memiliki frekuensi suara yang sangat tinggi. Wanita itu membeku di tempat menatap Julian dan wanita bernama Anita itu. Tatapannya kosong.Cukup lama hingga akhirnya Rey tersadar. Tenggorokannya terasa kering membuat Rey menyambar air putih di sampingnya. Meminumnya hingga habis."Di---dia istrimu?" tanya Rey setelah meletakkan gelasnya sedikit kasar di atas meja. Tatapan kosongnya berubah berkaca-kaca menyiratkan keterkejutan dan kekecewaan."Iya, Rey. Anita istriku." Dan sialnya Julian malah menampilkan wajah biasa bahkan tersenyum bahagia. Terlihat begitu bangga memperkenalkan istrinya pada Rey. Seakan apa yang dia lakukan tidak berefek sama sekali untuk Rey. Sungguh brengsek!Tanpa mengatakan apapun lagi, Rey menarik tasnya. Melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan itu.Sungguh dia terlihat seperti orang yang sangat bodoh di sini."Rey, tunggu!" Bahkan teriakan Julian sama se
"Dan kau adalah wanita yang paling cocok untuk melahirkan pewaris untuk keluarga Artemio."Rey menarik satu ujung bibirnya. Menyingkirkan tangan Anita di pundaknya lalu berdiri.Perlakuan Rey sempat membuat Anita kaget. Namun dia bisa menutupinya dengan wajah angkuh andalannya. Sekarang mereka sudah saling berhadapan. Saling menatap satu sama lain. Cukup lama, hingga akhirnya Rey tersenyum simpul."Tapi sayangnya aku tidak tertarik," kata Rey. "Menikah, hamil lalu melahirkan ... bahkan terlintas dalam pikiranku saja tidak pernah."Rey menggeser kursi yang ia duduki masuk ke dalam meja agar dia bisa lebih dekat ke arah Anita. Rey cukup kagum, di usianya yang sekarang Anita masih memiliki kulit yang kencang serta wajah yang cantik. Tapi, hei! Rey masih lebih cantik dan sebagai nilai plus, dia masih muda.Mungkin karena perasaan itu, Rey berani melipat tangannya di dada setelah mengibaskan rambut panjangnya. Rey memperlihatkan soso
Seharusnya Julian sudah pergi dari sana. Namun entah kenapa setelah membawa Rey ke dalam kamarnya, Julian malah duduk terdiam di ruang tamu dengan tangan yang saling bertautan."Apakah Rey sungguh mencintaiku?" Ya. Sejak tadi Julian terus memikirkan apa yang baru saja didengarnya dari Rey. Padahal pria itu ingin melupakannya tapi kenapa begitu sulit."Ingatlah, Julian. Kau sudah punya istri ... Anita. Dan kau sangat mencintainya. Rey hanya wanita yang baru saja masuk dalam hidupmu. Tidak seharusnya kau punya perasaan seperti ini," ujar Julian. Kata-kata bak mantra yang pria itu ulang beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.Namun belum sempat keluar dari pintu, Julian mendengar bunyi seperti kaca pecah yang cukup kuat dari arah kamar Rey. Julian segera bergegas ke sana. Melupakan jika dirinya sudah ingin pulang."Ya Tuhan, Rey!" panik Julian saat melihat Rey yang tengah memegangi pelipisnya dengan kaki yang berdar
Anita memejamkan matanya sejenak, menarik lalu membuang napas berulang kali. Mencoba menetralkan perasaan yang sejak tadi bergejolak."Berani sekali wanita itu menyatakan perasaannya pada suamiku," gumam Anita mengepalkan kedua tangannya.Saat di restoran tadi, Anita hanya menahan perasaannya untuk tidak menyerang Rey. Dia memang berencana membuat Rey menyukai Julian, agar dia bisa lebih mudah mengendalikan wanita jtu tapi tak pernah Anita sangka sebelumnya jika Rey akan dengan gamblang menyatakan perasaannya pada Julian.Anita berpikir jika Rey akan seperti wanita lain di luar sana yang jika sudah tahu pria yang dia sukai telah memiliki istri, maka mereka akan memilih diam dan memendam perasaan mereka sendiri. Tapi tidak dengan Rey. Wanita itu seakan tidak ingin menyembunyikan apapun.Anita mengangkat satu ujung bibirnya menampilkan seringai menyeramkan. "Sepertinya aku mendapat lawan yang seimbang. Kau memang wanita yang paling tepat Reyna Anind
Seumur hidup Rey tidak pernah menyangka jika dia akan mendapatkan perlakuan seperti ini. Bahkan terbesik dalam pikirannya saja tidak karena Rey merasa jika hidupnya akan selalu sempurna. Tapi hari ini semuanya berbeda. Tatapan yang biasanya sangat memuja dirinya kini terganti dengan tatapan jijik. Memangnya apa yang sudah Rey perbuat hingga mereka merasa pantas memperlakukannya seperti ini?"Dari reaksimu, bisa kutebak itu memang dirimu," kata Sinta mengundang tawa mengejek dari para mahasiswa yang ada di sana."Sepertinya selama ini dia hanya pura-pura kaya saja. Padahal sebenarnya dia tidak punya apa-apa.""Wah! Aku merasa sudah tertipu olehnya.""Dasar wanita tidak tahu diri!"Segala cacian dari para mahasiswa itu Rey telan mentah-mentah. Tidak ada gunanya dia tetap di sana. Melawan? Tentu saja Rey ingin melawan, kedua tangannya bahkan sudah mengepal kuat siap menghajar mereka. Namun keadaan Rey sedang tidak memungkinkan. Bisa saja dia
"Dia setuju?"Julian baru saja menginjakkan kaki di rumahnya dan Anita sudah memberinya berita yang sangat mengejutkan."Bukankah sudah kukatakan jika dia akan kembali dan menyetujui keinginan kita?" Anita menaikkan satu alisnya, tersenyum menatap sang suami yang masih terlihat bingung."Syukurlah kalau begitu." Julian tidak ingin bertanya lebih lanjut. Toh, Rey sudah setuju, itu yang paling penting. Dengan begitu rencananya dan Anita bisa segera dilaksanakan."Aku akan segera mempersiapkan pernikahan untuk kalian," kata Anita seakan tanpa beban.Julian menghela napas pelan lalu menggenggam tangan Anita erat. Wanita itu menatapnya seakan bertanya 'ada apa'."Kau baik-baik saja?" tanya Julian dengan pandangan sendu.Awalnya Anita tidak mengerti ke mana arah pertanyaan Julian namun pada detik ketiga, Anita tersenyum lalu ikut menggenggam tangan Julian."Kurasa tidak akan ada wanita yang baik-baik saja melihat suaminya menikahi wanita lain.""Kalau begitu kita batalkan saja. Kita bisa men
Sampai Rey meninggalkannya sendirian di sana Anita terus berpikir. Apakah sungguh sikapnya kekanak-kanakan karena cemburu pada Julian? Bagi Anita itu bukan cemburu, dia hanya sedikit posesif terhadap apa yang dimilikinya.Anita hanya punya Julian. Tidak ada yang lain lagi. Bukankah wajar Anita bersikap demikian? Namun dia juga tidak menampik apa yang dikatakan Rey benar.Anita menginginkan anak itu dan tidak seharusnya dia egois seperti ini. Sekarang sudah tidak ada penghalang lagi. Janin--calon anak Anggun--yang sempat menjadi rasa takut terbesar Anita kini telah tiada. Kini Anita bisa memimpin permainan jika Rey benar-benar bisa hamil secepatnya.Wanita itu tersenyum manis sebelum memutuskan untuk bangkit dari sana menuju kamarnya. Kali ini dia tidak akan membiarkan kesempatannya terbuang sia-sia.***Pukul delapan malam Julian tiba di rumah. Anita yang sejak tadi sudah menunggunya menyambut pria itu dengan senyuman hangat. Di sana juga ada Rey yang sedang menikmati cemilan seraya m
Selalu berada di pihak Anita. Hal itu sudah Julian janjikan sejak dulu. Lalu sekarang hanya karena seorang Reyna Anindira, Julian akan mengingkari janjinya?Tidak. Julian tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anita benar. Rey hanya seorang wanita yang dia jadikan istri untuk melahirkan anak mereka. Tidak lebih dari itu. Julian tidak perlu memperlakukan wanita itu istimewa.Setelah itu Julian benar-benar berubah pada Rey. Jika setiap pagi sebelum berangkat ke kantor Julian akan menawari tumpangan maka mulai hari ini dia membiarkan Rey berangkat sendirian dengan berbagai alasan yang dia pikirkan dari semalam."Aku ada rapat pagi ini. Maaf tidak bisa mengantarmu."Atau...."Anita ingin berkunjung ke kantor jadi aku harus menunggunya dan mungkin itu bisa membuatmu terlambat."Dan masih banyak lagi alasan yang lain yang membuat Rey tak tahu harus berbuat apa. Dan hal itu terjadi berulang kali membuat Rey semakin kesal. Wanita itu tahu jika Julian sedang berusaha menghindarinya. Siapa lag
Julian tersenyum tipis mengingat kenangan pertama kali dia datang di keluarga Artemio. Ajakan Anita untuk bermain dengannya malam itu berakhir dia menjadi teman baik wanita itu. Tak hanya menjadi teman baik, bahkan Julian diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan bersama Anita. Tuan Artemio itu sangat baik. Sungguh. Karena sudi menolong anak seperti Julian. Sebenarnya Tuan Artemio pun punya alasan sendiri kenapa dia menolong Julian. Pertama, karena Julian memiliki bakat yang besar yang sayang jika tidak dikembangkan. Kedua, karena Tuan Artemio punya permintaan khusus yang hanya Julian yang bisa melakukannya.Saat itu Julian merasa sangat beruntung seperti dewa Portuna sedang bersamanya. Namun hal itu tak ingin Julian dapatkan dengan cuma-cuma. Pria kecil itu bersih beras ingin diberi pekerjaan oleh Tuan Artemio."Aku ingin kau menjaga Anita," kata Tuan Artemio membuat kedua alis Julian saling bertaut. Dan itulah alasan kedua Tuan Artemio menolong Julian."Menjaga Anita?" Julian
"Dia anak yang baik dan cerdas," ujar pria itu sambil menatap seorang anak laki-laki berusia sekitar tiga belas tahun yang berjarak lumayan jauh darinya. Anak itu sedang bekerja seperti orang dewasa kebanyakan di pabrik itu. Pria itu kembali menatap lawan bicaranya. "Hanya saja kurang beruntung. Dia lahir dari sepasang pria dan wanita yang tak menginginkannya membuat ia tumbuh besar di panti asuhan.""Lalu kenapa dia bisa berakhir di sini?" tanya lawan bicara pria tadi merasa penasaran."Dia ingin mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya. Itulah yang anak itu katakan padaku saat pertama kali datang kemari."Pria dengan potongan rambut yang hampir gundul itu menghela napas berat sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Sebenarnya aku tidak ingin mempekerjakan dia di sini. Jika sampai ada orang yang tahu aku mempekerjakan anak di bawah umur, aku pasti akan dihukum namun aku juga kasihan pada anak itu."Masih teringat jelas olehnya saat anak laki-la
Rey terbangun saat hari sudah mulai sore. Efek obat yang dia minum sungguh luar biasa. Mampu membuatnya tertidur seharian. Rasa sakit pada kepala wanita itu juga sudah mulai mendingan. Wanita itu memperhatikan keadaan sekitar dengan mata yang masih sayu. Dia sendirian di sana, lalu kemana Julian? Bukankah pria itu mengatakan ingin menjaga Rey? Ada sedikit perasaan kecewa karena Rey tak melihat Julian saat pertama kali membuka matanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama."Rey, kau mau ke mana?" tanya Julian yang baru saja datang dengan nampan di tangannya. Perasaan Rey membuncah gembira. Wanita itu menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Menunggu Julian duduk di depannya."Aku baru saja ingin mencarimu." Jawaban untuk pertanyaan Julian tadi.Pria itu tersenyum kecil lalu menyodorkan nampan yang dia bawa tadi pada Rey. "Makanlah! Kau pasti lapar."Rey menganggukkan kepala. Kemudian mulai menyantap bubur ayam yang dibawa Julian untu
Saat kembali ke rumah Rey memilih mengurung diri di dalam kamarnya. Lagi pula di rumah besar itu tidak ada siapa-siapa saat dia datang. Bisa dia tebak suaminya sedang bersenang-senang bersama istri pertamanya meninggalkan Rey sendirian dalam kekacauan."Sial!" Mengingat itu Rey merasa kesal dan marah sendiri.Wanita itu beranjak dari tempat tidur. Ingin membersihkan diri dan pikirannya. Rey merendam tubuhnya yang telanjang ke dalam bathtub yang berisi air hangat. Rasanya nyaman sekali. Ditambah aroma terapi yang menyeruak dari lilin yang dia bakar tadi. Segalanya sempurna. Kenyamanan yang membuat Rey sedikit melupakan kegundahan hatinya.Di tengah Rey menikmati kegiatan itu, samar terdengar pintu kamarnya diketuk. Rey tidak memperdulikan hal itu dan kembali larut menikmati sensasi air hangat yang menyelimuti tubuhnya. Hingga pintu kamar mandi yang memang Rey sengaja tidak menguncinya terbuka. Wanita itu terlonjak kaget menatap sosok yang juga tengah menata
Rasanya Rey ingin menghilang saat ini juga. Bagaimana tidak, sejak dia datang ke meja makan untuk sarapan pemandangan yang membuat hatinya panas sudah terpampang."Beberapa karyawan kita memberikan desain baru. Bagaimana menurutmu?" tanya Julian seraya menunjukkan ponselnya pada Anita."Menurutku ini bagus," jawab Anita menunjuk salah satu desain yang mencuri perhatiannya. Mungkin benar mereka sedang membicarakan hal tentang pekerjaan. Namun cara mereka berbicara serta tubuh yang begitu lengket satu sama lain membuat hal itu menjadi lain.Sesekali Anita melirik Rey. Tatapan mata wanita itu seakan menegaskan kata-katanya kemarin. Di mana Rey harus tahu batasannya.Mungkin mereka memiliki status yang sama sebagai istri Julian. Namun hak dan kewajiban mereka berbeda. Anita jauh lebih memiliki hak terhadap Julian sedangkan Rey hanya pada harta yang diberikan oleh pasangan itu saja."Aku sudah selesai," ujar Rey sudah mulai muak deng
"Kau sudah membeli apa yang kau inginkan?" tanya Anita datang menghampiri Rey. Wanita itu menjawab seraya mengangkat paper bag belanjaannya yang mungkin berjumlah sekitar enam paper bag.Mungkin Rey sedikit terganggu dengan kata-kata Anita tadi, namun hal itu tidak akan mempengaruhi kesenangannya dalam berbelanja. Dia butuh sedikit hiburan setelah dari pemakaman tadi. Rey bukan merasa sangat kehilangan Sinta melainkan dia teringat kembali pada kedua orangtuanya.Setelah puas berbelanja Anita mengajak Rey untuk makan terlebih dahulu. Bukan makan biasa, Anita sampai menyewa ruang VIP restoran itu."Wah! Kau sampai menyewa ruang VIP untuk kita?" tanya Rey dengan matanya yang berbinar."Aku tidak suka jika terlalu banyak orang," jawab Anita yang sedang sibuk memilih menu untuk mereka nikmati."Ya. Aku setuju untuk itu," kata Rey. Pramusaji menawarkan minuman pada mereka. Anita dan Rey kompak mengangguk. Gelas tinggi itu terisi penuh oleh minu
Mobil Julian berhenti tepat di depan kampus Rey. Hari ini wanita itu kembali ke kampus setelah beberapa hari izin dengan alasan urusan keluarga."Aku banyak pekerjaan hari ini, tidak apa-apakan jika kau pulang sendiri?" tanya Julian sebelum Rey keluar dari mobil."Tidak apa-apa," jawab Rey menampilkan senyuman manis membuat Julian tak kuasa menahan diri untuk tidak mencuri satu kecupan singkat di bibir Rey. Mata wanita itu membulat sempurna. "Semangat belajarnya," ujar Julian dalam jarak yang begitu dekat. Bahkan Rey bisa merasakan terpaan napas hangat Julian di kulit wajahnya."Tentu ... suamiku." Rey seakan tidak mau kalah. Dia ikut mencuri satu ciuman singkat di bibir Julian sebelum keluar dari mobil. Aksi yang membuat Julian tidak bisa menyembunyikan senyuman tipisnya. Tersipu."Dasar Reyna," gumamnya lalu menginjak pedal gas, meninggalkan kampus Rey.Rey berjalan dengan santai masuk ke dalam pekarangan kampus. Ingatan terak