Pandanganku tertuju pada wajah Raka yang berubah panik. Begitu pun saat aku menoleh ke arah Papa, tatapan Papa penuh arti ke arah Raka. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan dariku selama ini. Huff ... persekongkolan macam apa ini?"Apa maksud kamu, Dion? Jangan coba-coba fitnah saya ya!" bentak Raka dengan emosi."Saya sudah lelah dengan permainan Anda, Pak Raka. Lagipula, kasian Nona Riana. Dia harus menikah dengan lelaki yang tidak dia cintai," tutur Dion seraya merengkuh bahuku.Tangan Dion meremas bahuku, ada getaran dalam suaranya. Aku yakin, saat ini dia sedang mengumpulkan keberanian untuk menghadapi Raka. Mantan bos-nya itu sudah pasti memiliki power untuk menghancurkan dia, tetapi saat ini dia memilih untuk melawan.Sesuatu hal yang sungguh mengejutkan, karena selama ini banyak orang yang tak berani pada Raka. Pebisnis sukses itu merupakan pemasok bahan baku berkualitas terbesar di negeri ini, jelas akan berpengaruh pada pasokan bahan baku ke perusahaan mereka.Orang berpe
Sorot mata Raka penuh kemarahan. Mungkin saja, sebelumnya dia juga tidak menyangka kalau Dion mampu bersikap membangkang padanya. Apalagi saat ini, Dion seolah ingin menghancurkan posisinya di hadapan seorang Mariana Leurissa."Dion, kamu tahu akibat setiap ucapanmu? Sekali saja kamu menjatuhkan harga diri seorang Raka Putra Prawira, maka masa depanmu akan hancur!""Lihatlah, Nona Riana. Dia kembali mengancam," Dion sangat pandai memanfaatkan situasi.Melihat perseteruan itu, membuatku semakin yakin bahwa ada keterlibatan Dion dalam membocorkan informasi. Di saat serius berpikir, tiba-tiba Papa menengahi."Sudahlah, Anak muda. Aku sudah tahu maksud kamu," ucap Papa dengan nada tenang, tidak seperti tadi."Ayo kita duduk dulu! Biar Riana tidak bingung, biar aku yang jelaskan semuanya." Pandanganku terfokus pada wajah Papa yang bersikap seolah tak ada masalah. Aneh, apa jangan-jangan Papa yang telah mengatur ini semua? Jika benar Papa dalang dari semua kericuhan hidupku, maka tak dirag
Sudah satu minggu aku pergi dari rumah. Hubungan antara aku dengan semua keluarga semakin meregang. Tak ada komunikasi lagi, bahkan Mama ataupun kedua adikku juga tak ada usaha untuk menghubungiku.Kurasa mereka memang benar-benar sudah kecewa dengan sikapku. Aku sendiri memutuskan pergi dari rumah demi kewarasan mental. Jika aku tetap di sana, maka bisa dipastikan akan semakin panjang urusan.Kepergianku bukan karena membenci sosok ayah yang selalu mengatur, melainkan aku ingin menjalani kehidupanku tanpa harus diatur. Di sini, di kantor ini ... fokusku hanya tertuju pada urusan bisnis perusahaan. Tak ada lagi pikiran tentang cinta, bahkan aku sudah mulai lupa dengan rencana menikahi Dion.Bicara tentang Dion, dia tetap kuberi pekerjaan sesuai keahliannya. Dia mengelola perencanaan advertising untuk setiap produk yang diluncurkan. Beberapa kali terlibat dalam project dan membuatku sering melihatnya.Sebenarnya Dion adalah orang yang berbakat. Dia juga pekerja keras dan memiliki kreat
Bella menghentakkan kaki dengan sangat kesal. Sorot mata kebencian jelas tersirat, apalagi saat ini situasinya berbalik. "Ka ... kau ....""Kenapa, Nona?" tanyaku seraya mengulas senyum dan mendekatinya.Sengaja aku singkirkan anak rambut yang menutupi pipinya, tetapi dengan cepat tangannya menepis. Secepat mungkin aku hindari kibasan tangan Bella, kemudian terkekeh untuk mengejeknya."Anda menyebutku sebagai Nyonya Merry Usbad tanpa memberikan bukti. Bagaimana orang akan percaya? Pastinya, mereka ini bukanlah orang bodoh, Nona Bella. Mereka bisa menilai, mana mungkin seorang Mariana Leurissa berubah menjadi Merry Usbad untuk membeli suami orang?"Sengaja aku memainkan kata agar mereka yang berkerumun mengubah asumsi. Yupz! Sesuai dengan keinginanku, semua mata menatap ke arah Bella. Mereka mencibir habis-habisan kepada wanita itu."Apa menurut kalian, pemilik Leurissa Skincare tidak menarik untuk pria? Coba perhatikan tubuhku, wajahku ... apa aku perlu merebut suami orang untuk mend
Raka sengaja membuatku malu dan terpojok. Dapat aku baca dari pikirannya, dia sepertinya menaruh dendam besar terhadap apa yang sudah aku lakukan. Penolakan terbesar dan paling mengecewakan, bahkan berujung terusirnya aku dari rumah."Sudah cukup, Raka! Aku tahu kamu sakit hati, dan aku ingin melupakan apa yang telah terjadi. Mulai sekarang, anggap kita tak pernah saling kenal!" ucapku dengan tegas.Rosa menarik lenganku. "Riana, bagaimana dengan pasokan bahan baku nantinya?" ucapnya setengah berbisik.Sejenak aku membeku. Mencoba berpikir, bagaimana ke depannya aku akan mendapatkan pasokan bahan baku berkualitas? Aku menatap Raka, membuat dia memgernyitkan dahi. "Kenapa? Mencoba berpikir ulang?" tanya Raka dengan senyum meledek."Nona Leurissa, sebaiknya Anda berpikir dengan baik. Tidak akan ada hal baik yang datang, jika Anda hanya menurutkan emosi semata. Bagaimana kalau kita masuk ke restaurant Bella, kita bicara sambil menikmati menu sajian di sana."Sejenak aku berpikir. Ada ba
Membiarkan Raka menang sama artinya membiarkan diriku hidup dalam belenggu. Namun, untuk saat ini aku masih belum punya ide sebagai jalan keluar.Entah sudah beberapa kali aku menarik napas dalam-dalam, terus mencoba untuk tetap bersabar menghadapi lelaki licik ini. Sepertinya dia tak akan peduli dengan apa yang tadi aku sampaikan. Sudah terlihat jelas, dia tidak akan membiarkan bisnisku baik-baik saja."Baiklah, Raka ... sepertinya aku sudah tahu akan jawabannya. Percuma aku berusaha negoisasi denganmu, yang ada justru kamu akan semakin memiliki peluang untuk menekanku." Ekspresi putus asa dan menyerah sudah pasti terbaca oleh Raka, dan aku sudah tak peduli lagi."Riana, sebenarnya ada cara termudah, tapi kenapa kamu sulit sekali menerima?"Aku berdiri, kemudian kembali memasang wajah dihiasi senyum smirk."Cara termudah bagimu untuk mendapatkan aku adalah dengan cara menekanku. Dan aku rasa ... kamu hampir berhasil. Hanya saja, untuk saat ini aku masih belum menyerah. Jadi, ijinkan
Saat ini aku telah dikalahkan oleh seorang Raka Putra Prawira. Dia tidak hanya memenangkan hati kedua orang tuaku, tetapi juga telah memenangkan segala atas keputusanku. Sosok dominan itu telah menjadikan seorang Mariana Leurissa tunduk dan patuh dalam perintahnya. Bukan masalah sekedar stok bahan baku, melainkan lebih dari itu. Lelaki itu mampu membuat apa yang aku rintis selama ini hancur berkeping-keping.Setelah kejadian di restoran Bella, aku tak ada pilihan selain menerima takdirku untuk menikah dengannya. Tidak ada yang mau tahu alasanku menerima Raka, bahkan kedua orang tuaku juga sama. Mereka hanya merasa gembira akhirnya aku akan menikah dengan Raka.Hanya Dion yang menatapku nanar saat dia berpapasan denganku. "Nona, apa yang telah terjadi? Apa Pak Raka mengancammu?" tanya Dion dengan suara seakan menahan hancurnya hati.Entah mengapa, aku melihat ada kekecewaan yang sangat besar di matanya. Namun, aku sendiri belum bisa memahami perasaan Dion. Dia sangat membingungkan. Ba
Sebuah rumah kecil dan sederhana, jauh dari kesan mewah. Hal ini sudah memperjelas bagaimana keluarga Raka mengambil alih semua harta keluarga Dion. Mereka tidak hanya membuat bangkrut, tetapi juga membuat orang tua Dion jatuh miskin.Dapat kurasakan, mereka pasti syok dan berjuang untuk memulihkan seluruh mental dan batin. Berat pastinya kehidupan yang harus mereka tempuh, kehilangan atas apa yang selama ini mereka dapat."Apa ini rumah kamu, Dion?" tanyaku heran saat mobil Ferarri berhenti di depan rumah itu."Iya. Setelah kehilangan semuanya, kedua orang tuaku memilih pindah ke sini. Mereka ingin hidup lebih tenang. Cukup anak-anaknya saja yang berusaha kembali, mereka tak ingin membuat kehidupan menjadi lebih rumit.""Apa mereka tak ingin perusahaannya kembali?" Dion tertawa kecil, kemudian menatapku lekat. "Aku kembali untuk balas dendam. Keluarga Raka tidak ada yang mengenaliku, karena satu-satunya orang yang tidak hadir pada pernikahan waktu itu adalah aku. Mereka juga belum p