Tiga hari berlalu ....
Usahaku mempengaruhi Raka agar memecat Reza terus saja gagal. Hari ini fokusku sedikit kacau, bahkan saat Rosa menjelaskan laporan pun aku tak bisa memahami."Rosa, tolong laporanmu ditunda dulu. Aku masih ada pekerjaan lain," perintahku pada sahabat yang menjawab sebagai sekretarisku."Baik, Bu Riana."Rosa segera keluar. Dia memang profesional, saat di kantor dia tetap menjaga sikap layaknya bawahan ke atasan.Dengan cepat kusambar ponsel yang ada di tumpukan berkas, kemudian menelepon Dion. Sengaja aku gunakan nomor lain, khusus untuk masa sayembara saja."Dion, apa kamu sudah ada hasil?" tanyaku tanpa basa-basi."Maaf, Nyonya Merry. Saya belum berhasil membujuk istrinya Reza, tapi saya janji akan terus berusaha."Mendengar itu, aku pun mendengkus kesal."Kita ketemu siang ini! Temui aku di Cafe Tulip, tiga puluh menit dari sekarang!" perintahku, lalu menutup panggilan.Aku tidak bisa membiarkan rencana sayembara itu gagal. Targetku hanya Reza, dia harus memakan ucapannya yang sudah mengatakan aku sebagai wanita expired!Enak saja, sudah mencuri ciuman pertamaku, masih menghancurkan psikisku dengan perundungan secara verbal. Seorang Mariana Leurissa pantang dihina.***Sebuah cafe dengan nuansa estetik, dihias dengan rumpun bunga tulip berbagai warna. Kesan menenangkan dan memanjakan mata begitu terasa.Aku sengaja datang lebih awal dari Dion, agar punya waktu untuk mengubah penampilan. Dengan skill dewa, aku mampu menyulap penampilan dari Mariana Leurisaa menjadi Merry Usbad.Sebelum turun dari mobil, aku sudah memastikan penampilan Merry Usbad sudah sempurna, sehingga saat ini aku bisa duduk dengan begitu percaya diri. Pasalnya, ketika menjadi Merry Usbad, aku tak perlu khawatir akan diketahui oleh orang lain.Kulirik penunjuk waktu di ponsel, lima menit menuju waktu yang telah aku tentukan. Dion belum juga muncul.Tiba-tiba sebuah pesan masuk. Segera aku membuka, dan tersenyum saat membacanya.[Nyonya Merry, baru saja saya deal dengan istrinya Reza.]Kemudian sebuah foto Dion yang sedang bersama dengan seorang wanita muda. Dia adalah istrinya Reza, dan mereka saling bersalaman.Ada kelegaan tersendiri. Entah usaha apa yang telah dilakukan Dion, tapi dia pantas mendapatkan reward dariku.Aku hanya membalas pesannya dengan emoticon ibu jari. Lalu, mengambil tempat duduk di sudut ruang dekat dengan jendela. Datang seorang waitres menawarkan daftar menu, dan aku memesan secangkir cofee latte ditemani sepiring kentang goreng.Aku rasa tak masalah menunggu Dion yang pasti akan datang terlambat, sembari menikmati secangkir kopi diiringi alunan musik romantis. Berasa tidak nyambung sih, siang hari mereka memutar musik romantis, berasa ngantuk.Aku pun abaikan musik yang bagiku liriknya cukup lebay itu. Memilih asyik dengan macbook, memantau data peserta sayembara yang telah masuk.Senyumku semakin mengembang, bukan karena melihat antusiasme peserta yang membludak. Melainkan ada nama Reza Mahardika di barisan paling bawah. Terdapat foto lelaki itu, kemudian semua data tentang Reza pun dapat kubaca.Dari data tersebut, dapat aku ketahui dia berusia 28 tahun. Tinggi 179 cm, berat badan 73 kg. Berat badan yang proporsional, apalagi saat aku teringat lengan itu begitu kekar dan perut yang sixpack. Sungguh dia pria sempurna bagiku.Entahlah, setiap mengingat Reza, duniaku seketika teralihkan. Senyum akan mengembang tanpa aku sadari. Apakah ini yang dinamakan kasmaran?Huff ... sayangnya dia milik wanita lain, dan sekarang aku harus berjuang untuk mendapatkannya. Parahnya, aku menggelontorkan banyak dana hanya untuk membuat skenario penyerahan suami."Selamat siang, Nyonya Merry." Dion menyapa dan membuatku kaget, sehingga kembali ke alam sadar, meninggalkan lamunan gila."Duduk dan pesanlah makanan!" perintahku."Maaf, Nyonya ... sudah membuat Anda menunggu. Jadi, saya tidak ingin Anda menunggu lagi."Aku pun paham, dia tidak ingin pesan makanan ataupun minuman. Dia lebih suka to the point dengan setiap urusan. Kinerja yang aku suka."Begini, Nyonya. Istri Reza sudah menyetujui, tapi dia mendaftarkan tanpa persetujuan suaminya." Dion mulai menjelaskan.Aku pun tercengang. Apakah semua yang mendaftar juga sama seperti istrinya Reza? Ah, ternyata ... uang memang bisa mengalahkan kesetiaan.Dari hasil pengecekan tadi, sudah masuk 213 peserta yang tersaring untuk mengikuti seleksi tahap awal setelah seleksi administrasi dan cek foto. Meta benar-benar paham dengan kriteria yang aku inginkan, sehingga dari seribu lebih pendaftar, tinggal 213 peserta saja.Bisa dibayangkan, berapa banyak suami tergadai akibat tawaran 10 milyar itu? Mengerikan, kesetiaan yang rapuh sehingga mudah ditukar dengan harta."Jadi, akan ada kemungkinan Reza tetap menolak atau menuruti kemauan istrinya, Nyonya. Hanya saja, tadi saya sudah mengikat dengan perjanjian bahwa jika dia ingkar, maka akan dikenakan denda dua milyar."Mendengar penjelasan Dion, kedua bola mata ini membeliak. Tak kusangka lelaki di hadapanku ini punya akal selicik itu. Namun, aku suka cara kerjanya.Aku pun tersenyum. "Kerja bagus, Dion. Dengan begitu, Reza tidak akan bisa menolak."Dion mengangguk dan turut tersenyum.Jika seperti ini, aku tak perlu lagi membujuk Raka untuk memecat Reza. Karena empat hari lagi, Reza akan keluar dari pekerjaannya untuk mengikuti sayembara tersebut.Segera aku menelepon Meta untuk menutup link pendaftaran."Hallo, selamat siang, Nyonya Merry." Terdengar suara sapaan gadis muda itu."Meta, tutup pendaftaran Sayembara Miss Merry Usbad Mencari Jodoh sekarang juga! Kemudian lakukan penyeleksian tahap berikutnya, dan sisakan hanya 100 peserta saja!""Baik, Nyonya. Itu artinya tahap seleksi berikutnya diajukan. Apakah Nyonya Merry akan datang kemari?""Tidak usah. Semua aku percayakan padamu. Cek semua kesehatan peserta, kondisi badannya, dan pastikan tidak ada cacat!""Baik, Nyonya.""Satu lagi, khusus peserta bernama Reza Mahardika tetap lakukan test. Hanya saja, apapun hasilnya, tetap loloskan dia.""Baik, akan saya catat dan ingat, Nyonya. Ada yang lain lagi, Nyonya Merry?""Tidak ada. Kerjakan sebaik mungkin!""Baik, Nyonya. Siap melaksanakan tugas!"Setelah itu aku akhiri panggilan. Senyum puas pun kembali menyembul, hingga lupa saat ini tengah jadi Nyonya Merry Usbad yang begitu anggun."Kerja bagus, Dion. Dan aku akan berikan reward untukmu, karena kamu berhasil membujuk istri Reza sekaligus menjebak Reza." Kembali aku memuji Dion, dia pun membalas dengan senyum penuh kebanggaan."Saya turut senang jika Nyonya puas dengan kinerja saya. Dan ... jika diijinkan, setelah selesai sayembara ini, saya ingin tetap bekerja dengan Nyonya Merry."Aku tertegun mendengar permintaan Dion. Pasalnya, jika selesai sayembara maka mereka akan aku bubarkan. Jelas tak ada lagi pekerjaan untuk mereka."Ma ... maaf, Nyonya. Maaf jika saya lancang. Hanya saja, mencari pekerjaan sangatlah sulit bagi saya saat ini. Sedangkan saya butuh uang untuk pengobatan ibu saya. Beliau terkena kanker servik dan harus menjalani pengobatan," tutur Dion dengan wajah tertunduk.Ada kesedihan di raut wajah itu. Hatiku tersentuh. Miris sekali, di saat dia berjuang malah harus tersingkir oleh Reza. Aku sendiri tidak menyangka jika seorang Reza mampu berbuat zalim pada rekan kerjanya sendiri.Di sisi lain ingin menolong Dion, tetapi jika dia terus bekerja denganku, itu artinya dia akan tahu siapa sejatinya diriku. Sedangkan sosok Nyonya Merry Usbad akan berakhir setelah selesainya sayembara."Baiklah, Dion. Nanti akan aku pertimbangkan.""Terima kasih, Nyonya. Besar harapan saya, dan saya berjanji akan jadi pegawai yang paling loyal dan berdedikasi pada Nyonya Merry."Lelaki itu tersenyum, ada secercah harapan yang dia tampilkan. Aku pun membalas dengan senyum tipis.Kembali aku menyeruput coffe latte yang hampir dingin, berniat menghabiskan kemudian kembali ke kantor. Namun, baru saja satu seruputan, ada sosok yang membuatku hampir saja tersedak. Siapa lagi kalau bukan si pengambil alih duniaku.Reza tampak masuk berbarengan dengan Raka. Pandangan mereka mengedar untuk mencari tempat duduk, sontak tatapan Reza bertemu dengan bola manik yang masih mendelik ini.Reza pun terhenyak dan langsung berjalan ke arahku. Aku yang menyadari itu, langsung menutupi wajah dengan daftar menu."Nyonya Merry, Anda kenapa?" tanya Dion, dan aku respon dengan kode menyuruh dia diam.Tak aku pedulikan wajah Dion yang bingung. Saat ini, aku hanya ingin menghindari dari Reza karena tampilanku saat ini sebagai Merry Usbad."Kamu! Kenapa kamu ada di mana-mana? Jangan-jangan, kamu juga akan bikin malu lagi di sini! Mempermalukan aku terus!" umpat Reza seraya menarik kasar daftar menu yang aku gunakan untuk menutup wajah.Aku pun semakin merasa malu, karena sikap Reza yang akhirnya menarik perhatian banyak orang.Dion yang melihat adegan tersebut, dia pun terhenyak. Menyadari siapa orang yang sedang menghardik bos-nya, Dion pun berdiri dan mendorong Reza hingga mundur beberapa langkah."Gila ya kamu! Tidak ada sopan santun dengan orang tua!" bentak Dion.Wajah Reza seketika kaget saat melihat siapa yang mendorongnya."Dion! Kamu ... hahaha ... ternyata sekarang kamu jadi peliharaan tante girang ya?" ejek Reza tanpa perasaan.Hal itu membuat Dion naik pitam dan segera melayangkan bogem mentah ke arah wajah Reza. Lelaki itu tak sempat menghindar, tepat bagian pelipis dan bibir Reza terkena pukulan yang dilayangkan Dion beberapa kali.Reza meringis kesakitan, apalagi ketika menyadari bibirnya yang keluar darah."Cukup! Ini tempat usaha orang! Jangan merusak di tempat ini!" teriak Raka, kemudian menarik Reza.Akibat kericuhan itu, sekuriti pun datang dengan beberapa pelayan cafe."Ada apa ini? Tolong jika ingin ribut, silahkan keluar saja!" perintah sekuriti itu dengan tegas.Aku yang tidak ingin berlama-lama di tengah keributan, akhirnya menarik lengan Dion untuk meninggalkan tempat kejadian.Dion menurut saat aku mengajaknya keluar. Namun, langkahku terhenti saat mendengar teriakan Reza yang pastinya membuat malu diriku."Dasar, wanita expired! Sudah tua, bukannya bertaubat malah demen mempermainkan berondong! Tante girang yang nggak ada akhlak!"Sontak telingaku panas, hati mendidih. Langkah ini berhenti, kemudian berbalik dan berjalan mendekati lelaki berwajah songong itu.Tanpa basa-basi, sebuah tendangan siku aku layangkan. Tepat di tengah pangkal paha, membuat sang pemilik mendelik seraya meringis kesakitan."Kamu akan menelan semua ucapanmu! Sebentar lagi!" ancamku penuh dendam yang telah memenuhi ruang batin.Aku pun pergi, meninggalkan Reza yang kesakitan dan Raka yang hanya menganga saat melihat peristiwa yang pastinya tak dia sangka.Para pengunjung pun menatap kepergianku dengan tatapan penuh keheranan.Reza ... hari ini dia telah mengikis rasa kagumku padanya. Dia telah mengganti perasaan suka dengan sebongkah bara dendam, keinginan untuk memiliki perlahan mulai berubah menjadi rasa ingin menghancurkan.Aku, Mariana Leurissa ... tidak akan membiarkan lelaki songong macam dia hidup dengan tenang. Lihat saja nanti, akan aku ciptakan neraka baginya!Dion membuntuti langkah cepatku, pasalnya hati ini begitu dongkol dengan kejadian tadi. Reza, lelaki yang begitu aku kagumi justru membuat hati ini mendidih penuh amarah."Nyonya Merry, Anda harus berjalan hati-hati. Jangan terlalu cepat seperti itu," ujar Dion memberi saran.Mungkin karena di matanya aku ini hanyalah wanita tua, sehingga tak bisa berjalan cepat. Aku pun berhenti dan berbalik ke arahnya. "Dion, secepatnya laksanakan rencana selanjutnya! Aku ingin, laki-laki sombong itu memakan ucapannya!" perintahku dengan tegas."Baik, Nyonya. Akan aku pastikan Reza ada di hadapan Nyonya," ujar Dion dengan keyakinan tinggi.Senyum penuh dendam pun terulas, akan aku pastikan Reza menyesali ucapannya. Neraka itu telah aku persiapkan untuk lelaki sombong tak punya akhlak itu.***Dua hari berlalu ....Hari ini adalah hari pertama untuk para kontestan mengikuti sayembara. Setelah seleksi ketat, hanya ada 100 orang yang diterima dan berhak mengikuti tahap selanjutnya.Dari ruang pribadi,
Riuh peserta terhenti saat mendengar pengumuman dari Meta."Selamat pagi, seluruh peserta Sayembara Mencari Jodoh. Sepuluh menit lagi acara akan segera dimulai. Bagi yang masih menikmati jamuan, harap segera menyelesaikan santap sarapannya. Setelah itu, kalian berkumpul ke aula pertemuan. Letak aula ada di lorong sebelah kiri ruang jamuan. Kalian jalan lurus, kemudian belok ke kanan sedikit.""Hari ini adalah seleksi pertama yang akan dinilai langsung oleh Nyonya Merry Usbad. Jadi, pastikan kesiapan kalian. Demikian pemberitahuan kami."Selesai Meta memberi pengumuman, suasana kembali riuh. Mereka segera menghabiskan makanan. Dari sekian banyak wajah, terlihat lebih dari 50 persen terlihat gembira dan antusias. Namun, terlihat juga beberapa wajah yang menampakkan ekspresi tertekan. Kemunculan Reza ke ruang perjamuan membuat hampir semua mata tertuju padanya. Beberapa mata memandang dengan sinis, mungkin menganggap Reza sebagai rival terberat. Ketampanan Reza sulit ditampik. Secara k
Meta masih terdiam. Mungkin saja dia bingung untuk memutuskan. Kembali aku mengaktifkan tombol on pada mikrofon."Sebutkan nama kamu siapa anak muda, kamu belum memperkenalkan diri." Suaraku kembali menggema di ruangan yang sangat luas itu."Oh maaf, Nyonya Merry. Perkenalkan, nama saya Davin." Lelaki muda itu menjawab dengan sikap penuh kesopanan."Berapa usiamu?""Saya 28 tahun, Nyonya Merry.""Masih sangat muda. Apa istrimu di rumah sangat cantik?"Lelaki bernama Davin itu mulai gugup. "Ma ... maaf, Nyonya Merry. Apa maksud Anda?"Aku tersenyum sebelum melanjutkan pertanyaan. Melihat lelaki muda dan tampan, tapi tetap ikut sayembara mencari jodoh yang jelas-jelas akan membeli pernikahan mereka."Davin ... jika istrimu cantik, sudah pasti kamu akan membuat visi misi yang terbaik untuk menakhlukkan hatinya. Namun, jika seandainya istri kamu hanyalah wanita biasa, kukira kamu tak akan melakukan pengorbanan lebih untuknya."Suasana menjadi hening, semua fokus pada apa yang aku sampaik
Suasana ruang aula kembali riuh, mereka saling berbisik. Meta sebagai moderator pun kebingungan untuk bersikap, karena dia tahu bahwa Reza adalah target dari acara sayembara ini. Sehingga tidak mungkin dia men-diskualifikasi Reza.Akhirnya aku berinisiatif untuk mencegah kericuhan selanjutnya. Reza memang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Segera aku menekan tombol on pada mikrofon."Tuan Reza Mahardika ... bisakah Anda bertanya pada diri Anda sendiri? Istri macam apa yang terpancing menyerahkan suami demi uang 10 milyar? Apakah Anda menganggap wanita yang selama ini Anda nikahi adalah wanita yang lebih mulia dari saya?" Seketika suasana hening. Tampak wajah-wajah pias terpampang di layar monitor. Begitu pun Reza, tertampar oleh rasa malu. Tak hanya itu, dia pasti merasa telah dijual oleh istrinya."Saya mengadakan sayembara ini, bukan semata-mata untuk merebut suami orang. Saya juga tidak hanya sekedar membeli satu di antara kalian. Tidak penting apa tujuan saya, tetapi kalian perlu
Kesegaran air mengucur dari ujung kepala, membasahi seluruh tubuh. Sabun mandi dengan aroma romantic menguar ke seluruh kamar mandi. Tidak lupa Egyptian A-romance shampoo turut memberikan aroma wangi pada rambutku.Selesai mandi, aku keringkan badan dan juga rambut, kemudian duduk di depan meja rias. Kutatap wajah tanpa make up, wajah seorang Mariana Leurissa. Lalu, mulai kupoles wajah dengan berbagai jenis urutan make up.Kali ini, make up aku ubah menjadi seorang gadis cantik. Dengan beberapa trik, wajah seorang Mariana Leurissa telah berubah. Malam ini sengaja aku menjelma menjadi wanita cantik nan elegan. Sebuah wig menyempurnakan penyamaranku.Tidak ada lagi Nyonya Merry Usbad yang tua, sekarang yang ada adalah Nyonya Merry yang cantik dan menawan. Keseksian tubuh sengaja aku eksplore dengan memilih gaun yang memperlihatkan lekuk tubuh. Selain itu, leher jenjang dan kulit yang putih bersih sengaja aku pamerkan.Setelah mematut diri di depan cermin, memastikan tidak ada yang kuran
Selesai makan malam, aku mengajak Reza ke teras kamar. Sengaja aku mengajaknya menikmati malam, sekalian ingin mencuci otaknya. Aku tidak akan membiarkan lelaki itu berubah pikiran, dia harus benar-benar memakan ucapannya sendiri waktu itu. Sebuah kejutan telah aku persiapkan."Nona Merry, Anda ini sangatlah cantik. Tak bosan mata saya memandangi Anda sejak tadi," ujar Reza yang mulai melancarkan rayuan.Aku yang duduk menyilangkan kaki, langsung meletakkan gelas, kemudian berdiri. Aku mendekati Reza yang sejak tadi berdiri dengan menyandarkan panggul ke pagar balkon.Aku tersenyum, kemudian melempar pandangan ke arah langit yang bertaburan bintang. Malam tak sepenuhnya sunyi, suara bising kendaraan masih bisa terdengar. Kota yang menurutku tak pernah istirahat dari kebisingan."Reza, apa di dunia ini sudah tak ada lelaki yang tulus mencintai?" tanyaku dengan nada datar, tanpa mengalihkan pandangan dari langit."Tentu saja masih ada," jawabnya dengan begitu yakin.Mendengar jawaban Re
Seketika ruangan senyap. Suaraku menggema di seluruh ruangan, membuat mereka terdiam. Wajah Reza juga tampak pias, sedangkan Faisal malah tersenyum seolah merasa menang karena mendapat pembelaan dariku."Saya harap, kejadian semacam ini tidak akan terulang lagi. Bersainglah dengan sehat, karena saya mencari suami yang bisa diandalkan, bukan yang hanya pandai menjatuhkan orang lain.""Meta, silahkan lanjut kembali."Aku pun mematikan mikropon kembali. Lalu, kembali mendorong kursi beroda ke depan Dion. "Dion, antar hasil penilaianku ini ke Meta!" perintahku pada lelaki muda itu. Dengan sikap hormat, Dion sedikit membungkuk. Dia menerima secarik kertas, dan berlalu dariku.Pandanganku kembali pada layar monitor. Di sana aku lihat, ada beberapa yang tampak cemas menunggu hasil final. Hanya Reza dan Faisal yang masih tampak tenang-tenang saja.Mata ini tiba-tiba tertarik untuk memperhatikan sosok Faisal. Lelaki itu duduk dengan santai, membaca buku tanpa peduli dengan apa yang akan terj
Aku tersenyum smirk, kemudian menegakkan badan. Untuk beberapa saat, aku masih mencoba memastikan penglihatanku. Menelisik wajah yang memang ada kemiripan dengan Raka.Hanya saja, Raka tidak memiliki jambang seperti Faisal. Rambut Raka juga lebih rapi dibanding gaya rambut Faisal. Namun, masalah lesung pipi dan postur tubuh ... hmm, kurasa sama persis."Tuan Faisal, boleh saya lihat kartu identitas Anda?" tanyaku dengan nada setengah memaksa."Untuk apa, Nyonya Merry? Bukankah semua data dan identitas diri para peserta sayembara sudah ada dalam laptop Anda?"Huff ... benar juga, semua data peserta dan foto identitas memang sudah masuk ke drive dan aku tinggal buka saja. Berasa aku bodoh di hadapan laki-laki satu ini."Jujur, saya tidak membawa dompet ke aula sayembara, Nyonya Merry. Dompet dan ponsel saya letakkan dalam tas di loker, karena saya ingin fokus memenangkan hati Nyonya Merry yang anggun dan berkelas ini." Kembali Faisal meluncurkan rayuan mautnya.Aku pun mulai jengah deng
Sarah muncul dengan sikap begitu santai, bahkan senyum smirk seolah mengejek kehadiranku. Dia melipat dada dan bersandar di bibir pintu.Aku bergegas menerobos masuk, mendorong asisten rumah tangga paruh baya itu, kemudian menghentakkan tangan Sarah. Selanjutnya aku dorong wanita itu ke sofa, dan memulai aksiku.Tanganku mencengkeram kuat leher jenjang milik Sarah. Namun, wanita itu masih saja berusaha bersikap santai, sungguh membuatku semakin muak pada wanita biang onar ini."Jauhi Riana! Jangan pernah kamu berusaha menggagalkan rencanaku!" bentakku seraya mengeratkan cengkeraman di leher, sehingga Sarah nyaris kelojotan akibat kehabisan oksigen.Segera aku kendorkan kembali cengkraman, takut saja jika dia mati. Bagaimana pun, aku tidak mau masuk penjara karena membunuh manusia tak penting ini."Tuan Raka, cukup! Lepaskan Nona Sarah!" teriak asisten rumah tangga itu seraya berusaha menarik tanganku dari leher Sarah.Setelah beberapa menit, wanita itu akhirnya bisa menarik tanganku d
POV RakaLangkahku terhenti saat hendak menaiki anak tangga. Sekilas kulihat sosok Rocky sedang duduk di ruang tengah sembari menaikkan satu kaki ke atas paha yang lain. Tatapan mencibir tampak jelas di bibir yang tersenyum miring.Entah apa maksudnya, tetapi bisa kurasakan persaingan di antara kami kian memanas. Persaudaraan antar darah yang mengalir di tubuh kami tak lagi menjadi pengingat. Rocky adalah lelaki yang sangat ambisius. Dia memiliki keinginan untuk menggantikan posisi ayah di perusahaan.Tentu saja aku tidak bisa tinggal diam. Perusahaan keluarga bisa berkembang dan terus bertahan saat pailit pun ada campur tangan diriku. Aku tidak akan rela jika dia menggantikan posisi ayah dengan begitu saja. Apalagi besar saham dan kontribusi dia tak jauh beda dengan apa yang sudah kuberikan pada perusahaan tersebut. Bahkan saat ini, perkembangan perusahaan mulai semakin besar juga atas jasaku.Perusahaan bahan baku merupakan ideku, dan uang hasil rampasan dari keluarga Sarah aku alok
POV RakaKehadiran Sarah telah mengacau pikiranku. Bukan karena kisah di masa lalu, persetan dengan perasaan saat itu. Satu-satunya alasan aku khawatir hanyalah kegagalan menikahi Mariana Leurissa semata.Tuntutan sekaligus tantangan dari keluargaku, harus memenangkan hati Mariana Leurissa. Perawan tua nan cantik dan menggairahkan, penampilannya tampak 10 tahun lebih muda dari usianya.Selain itu, dia juga wanita karier yang sukses. Ada triliunan harta yang dia miliki. Itu sebabnya Papa memintaku untuk menjerat Mariana Leurissa.Aku keluar dari resto dengan sedikit tergesa. Bahkan hati tidak berhenti menggerutu."Apa dia sengaja ingin mengorek masa laluku? Sebenarnya, apa saja yang sudah dikatakan oleh si Sarah pada Riana? Jangan sampai pernikahan ini batal karena ulah Sarah, aku tidak mau kehilangan tambang harta melimpah," gumamku di dalam hati, seraya aku berjalan ke arah luar. Namun, baru beberapa langkah hendak mencapai area parkir, langkahku terhenti oleh kehadiran wanita dari
Sejenak aku berpikir, apakah pertanyaanku akan membuat Riana curiga atau tidak. Hanya saja, aku juga perlu memastikan segalanya."Hmm ... kamu ingin tanya apa, Raka?" tanya Riana dengan santai, kemudian menyeruput kembali minumannya."Kamu kenal Sarah dari mana? Dan kenapa kenapa bisa kenal sedekat itu?""Oh itu, lewat sosial media, Raka. Jadi gini ceritanya, kata Sarah ... dia tiba-tiba tertarik dengan usaha produk kecantikan. Kata dia, dia juga ingin memulai bisnis baru dan pakai jasa maklon yang aku tawarkan di iklan. Ya sudah, dia menghubungi bagian marketing dan hari ini dia mengajak ketemuan gitu." Panjang lebar dia menjelaskan untuk meyakinkan aku."Memangnya kenapa?" tanya Riana dengan ekspresi menyelidik."Nggak ... nggak apa-apa. Aku hanya sekedar tanya." Aku mencoba menutupi kegugupanku."Kalau boleh tahu, kamu kenal Sarah dari mana? Sepertinya kalian sudah kenal lama juga ya?"Seketika pertanyaan Riana membuat dada ini semakin berdebar kencang, untung saja dia tidak tahu k
POV RakaSebuah kejutan dihadiahkan oleh seorang Mariana Leurissa. CEO cantik tapi perawan tua itu memang tak bisa dikasih hati. Sepertinya dia sedang menguji kesabaranku.Jujur, tidak pernah kusangka jika suatu hari dia akan datang bersama wanita dari masa laluku. Ya, Sarah memang mantan istriku. Perasaan cinta dulu memang pernah ada, tapi karena tuntutan dari Papa, maka aku harus mengesampingkan perasaan yang pernah ada.Hari itu, aku berniat mengajak makan siang Riana. Niatnya jelas untuk kembali membujuk agar pernikahan cepat diajukan. Namun, di luar dugaan ... Riana justru mengundang Sarah dan Dion. Alasan Riana, Sarah hanyalah calon klien. Namun, aku tak bisa percaya begitu saja.Kehadiran Sarah membuat aku harus mati-matian berusaha bersikap sewajar mungkin, agar tidak mengundang kecurigaan Riana."Kenapa harus ada Sarah segala sih? Bagaimana kalau Sarah menceritakan siapa aku ke Riana? Bisa-bisa rencanaku gagal untuk mendapatkan Riana, apa yang harus aku katakan?" gerutuku dal
Untuk beberapa saat aku terdiam dan berpikir. Banyak hal yang harus aku pertimbangkan dengan matang. Namun, kesempatanku untuk bisa membuat Raka berhenti dengan niatannya juga penting. Aku harus bisa membuat Papa dan Mama percaya denganku, bukan calon menantu licik itu."Ide yang bagus kalau menurutku, Nona Riana." Dion mencoba meyakinkan aku."Baiklah," ujarku akhirnya seraya tersenyum dan menyetujui usulannya Sarah.Sudah kupikirkan dengan matang, mungkin dengan adanya bukti nyata pernikahan Sarah dengan Raka, maka tak akan ada lagi kesempatan mengelak bagi Raka. Bahkan yang ada malah Raka akan panas dingin tatkala aku menunjukkan rekaman video itu."Aku akan mengirimkan video rekaman pernikahan aku dengannya ke kamu, Riana," ujar Sarah kembali. "Sebentar, Nona Riana dan Bu Sarah. Bagaimana kalau rekaman video itu, kita putar di restoran tempat Raka mengajak Nona Riana candle dinner nanti malam?" Dion memberi usulan lain."Jadi gini maksudku ... uhm ... nanti setelah Raka mengeluar
Kemarahanku rasanya tak dapat kutahan lagi. Raka mengancam Sarah dengan target ancaman melibatkan rahasia terbesarku."Raka tidak pernah main-main dengan ancamannya, Nona Riana. Bahkan aku sendiri melihat si bajingan Raka yang sudah mengangkat tangannya, dan hampir menampar Bu Sarah. Setelah aku datang dan memanggil Ibu Sarah, barulah si bajingan Raka pergi begitu saja. Dia bahkan langsung mengelak setelah melihat kedatanganku!" "Dia mungkin takut akan ada saksi atas semua sikapnya, Dion," jawabku."Bukan karena itu, tapi karena dia sudah tahu siapa aku. Dia tahu kakaknya yang telah menghancurkan kehidupan Kak Wanda dan keluargaku. Kakaknya yang mengambil semua harta keluargaku. Itulah alasannya kenapa dia langsung pergi begitu saja." Aku sedikit terkejut dengan penuturan Dion. Selama ini yang kutahu Raka belum mengetahui siapa Dion. "Sejak kapan dia tahu tentangmu?" tanyaku penasaran."Dia ternyata diam-diam mengirim orang untuk menyelidiki kita semua," jawab Dion dengan suara yang
POV RianaRosa tercekat, bahkan tampak bingung ingin berkomentar apa. "Apa kamu yakin dengan kebenaran cerita itu, Ri?""Aku sudah bertemu dengan keluarga Dion. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana nasib keluarga Dion dan juga Wanda.""Wanda? Siapa dia?""Dia kakaknya Dion. Wanda menikah dengan kakak pertama Raka, dia menderita tekanan batin akibat perlakuan menyedihkan yang dia terima selama menjadi istri kakaknya Raka. Semua aset orang tuanya diambil alih, kemudian dia diselingkuhi dan akhirnya ditelantarkan di jalanan."Kembali ekspresi wajah Rosa tercengang mendengar penuturanku. "Sumpah, Ri. Sulit untuk dipercaya. Apa keluargamu sudah tahu? Bukankah dia sahabat dari papamu?"Aku menggeleng lemah dengan wajah penuh kesedihan. Jujur, aku merasa akan kesulitan untuk membuktikan semua. Papa dan Mama sudah meletakkan kepercayaan itu pada Raka dan keluarganya. Sedangkan aku ... aku telah kehilangan kepercayaan dari mereka."Riana, jika kamu bisa membuktikan semua kejahat
POV RianaKenapa dia tidak memberikan jawaban atas apa yang aku tanyakan? Apa dia merasa ragu untuk mengatakan tentang masa lalunya itu, ya … masa lalu yang kejam dan menyakitkan untuk korbannya. Baiklah, aku akan mencoba bertanya sekali lagi. "Bagaimana dengan statusmu, Raka? Apa kamu masih lajang, beristri, atau seorang duda? Kamu belum menjawabnya, Raka ... dan aku masih menunggu jawaban kamu.""Tidak usah buru-buru, Nona manis. Kamu akan mengetahui semua hal tentangku, setelah kita menikah. Apa kamu tidak sabar ingin menjadi bagian dari dalam hidupku?"Oh my God ... mengapa dia harus mengucapkan kata 'tidak sabar' seolah menganggap aku yang sedang mengejar dirinya? Seandainya saja aku boleh berkata jujur, aku akan berterus terang kepadanya dengan mengatakan bahwa tidak akan ada pernikahan yang dia impikan. Sama sekali tak ada, bahkan aku tidak sudi menjadi bagian hidup seorang Raka--pria licik tanpa perasaan.Beruntung aku masih bisa mengendalikan keinginan hati. Kalau itu aku k