"Aku nggak meneleponmu untuk mendengarkan omong kosongmu. Aku akan bertanya untuk terakhir kali, kamu akan memberiku penawarnya nggak?""Heh ...." Tawa pelan terdengar dari tenggorokan Falcon, "Di dunia ini, mungkin cuma kamu satu-satunya yang nggak bisa kuhipnotis!""Kalau mau menghipnotisku, kamu masih harus melatih kemampuanmu!"Mana mungkin Violet tidak tahu Falcon baru saja menghipnotisnya dari jarak jauh?Hanya Violet. Kalau itu orang lain, mereka pasti sudah lama terhipnotis."Heh!" Falcon terkekeh lagi, "Dulu aku khawatir senjata mematikan yang baru kukembangkan nggak akan bertahan lama di tanganmu. Sekarang sepertinya nggak sia-sia bagiku untuk begadang selama berhari-hari dan membuatnya khusus untuk Leon.""..." Senjata mematikan?Mendengar namanya saja sudah bisa diketahui betapa mengerikannya Falcon.Sia-sia saja wajahnya persis seperti Adis.Dia dan Adis memang dua orang yang sangat bertolak belakang.Adis seperti siang hari yang cerah, sementara dia ....Bagaikan malam ya
Melihat Falcon yang berdiri di depan pintu, Violet mengepalkan tinjunya, "Benar-benar tahu waktunya, ya!"Falcon mengangkat alisnya, "Itu wajar. Ini adalah prioritas utama yang menyangkut kehidupan Pak Leon, jadi tentu saja aku harus tepat waktu."Saat berbicara, dia melirik ke arah Leon dan berkata, "Sepertinya Pak Leon telah makan sesuatu. Jangan-jangan adik telah mengembangkan penawarnya sendiri?"Dia mendecakkan lidahnya dan berkata, "Meskipun adik punya keterampilan medis yang hebat, obat penawar yang dikembangkan harus diuji sebelum bisa diminum.""Ini adalah keterampilan dasar paling sederhana dalam kedokteran. Kamu nggak boleh melakukan kesalahan bodoh seperti itu!""Selain itu, sudah kubilang penawarnya ada padaku. Kalau kamu mengambilnya, aku pasti akan memberikannya kepadamu, tapi kamu malah ingin mengembangkannya sendiri.""Apa kamu anggap Pak Leon sebagai kelinci percobaan?"Saat berbicara, dia menghela napas, "Meski sudah bercerai, kamu nggak boleh begini. Lihatlah pender
Falcon menatap Leon dengan raut wajah dingin, "Sebaliknya, kamu nggak segan-segan menggunakan tubuhmu sebagai umpan untuk mengungkapkanku. Aku benar-benar telah meremehkanmu."Kalau sampai sekarang Falcon masih tidak tahu Leon sengaja keracunan, dia benar-benar bodoh.Seharusnya Leon sudah lama tahu pelaku di balik penjebakan dirinya adalah Falcon, jadi dia sengaja menyerangnya.Setelah masalah sudah sampai di titik ini, Leon tidak menyembunyikan apa pun, "Kalau nggak begini, bagaimana aku bisa membuat Violet semakin membencimu?""Aku nggak peduli apakah kamu Adis atau Aldi. Kalau mau bersaing dengan aku untuk mendapatkan Violet, kamu nggak layak!"Senyuman liar perlahan muncul di wajah Falcon, "Kamu menyatakan perang terhadapku?"Leon hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Falcon mengangguk, "Bagus, bagus sekali. Kebetulan aku sudah lama nggak bertemu lawan, jadi aku akan bersenang-senang denganmu. Kuharap nanti kamu akan mengakui kekalahan!""Sebaiknya katakan ini pada d
Apa yang Violet berikan kepada Leon bukanlah racun, melainkan obat pencahar.Bagaimanapun, Leon baru saja didetoksifikasi dan harus buang air besar yang akan membantu pemulihan tubuhnya.Sudah terbukti dengan sendirinya apakah keracunan itu disengaja atau tidak dan apakah hilang ingatan itu asli atau palsu.Harus dikatakan kemampuan akting Leon sangat bagus. Ternyata dia berpura-pura membuat Violet menggunakan beberapa metode, bahkan menghipnotisnya tanpa memastikan apakah itu asli atau palsu.Bukan hanya pemeran utamanya yang jago berakting, tetapi peran pendukungnya juga hebat, terutama yang bernama Selena.Sudah jelas Violet bisa menebak Selena juga merupakan bagian dari drama tersebut sekaligus bagian yang sangat penting.Berpura-pura polos dengan sangat mulus.Semakin dipikirkan, Violet menjadi semakin muak dengan Leon. Sebelum pergi, dia menendangnya dengan kuat, "Seharusnya kamu beruntung punya nenek dan adik yang baik, kalau nggak, aku akan membunuhmu!"Setelah meninggalkan rum
Setiap kali Lukas masih menipu dirinya sendiri dan bilang karena dia tidak ingin kehilangan pekerjaan gratisnya.Leon tidak mengerti sebelumnya, tetapi setelah jatuh cinta pada Violet, dia baru sadar pada dasarnya dia dan Lukas sama saja.Lupakan, tidak ada gunanya bicara lebih banyak kalau dia tidak mengerti. Leon pun mengubah topik, "Belakangan ini ada sesuatu yang terjadi dengan Keluarga Wijaya?""Nggak!" Lewis yang sedang duduk di sofa menyilangkan kaki, "Harus kukatakan kalau Lewis benar-benar pria tua yang licik. Setelah mengawasinya begitu lama, aku nggak menemukan apa pun pada dirinya.""Mungkinkah dia nggak ada hubungannya dengan pembantaian Keluarga Ananta?""Kalau nggak, Violet nggak akan terus mengincarnya!""Mungkinkah dia salah arah?" Lukas berkata, "Kamu belum pernah begitu nggak rasional karena ucapan seseorang sebelumnya. Memang benar cinta itu membutakan orang!"Leon melirik ke arah Lukas. Meskipun tidak mengatakan apa-apa, tatapan kesalnya sudah menjelaskan semua hal
Kemunculan orang yang tidak diharapkan hampir membuat mereka berdua menggila.Terutama Leon!Leon segera mendatangi Vila Magnolia, lalu bertanya pada Violet, "Kamu mau bertunangan dengan Sheva?""Memangnya kenapa?" tanya Violet sambil mengunyah leher ayam dengan santai. "Apakah kamu datang untuk menyelamatiku?""Violet, kamu nggak perlu bertindak seperti ini kalau cuma mau buat aku menyerah!" Leon sama sekali tidak menyangka kalau Violet akan tiba-tiba bertindak seperti ini, "Jangankan bertunangan, aku juga nggak akan melepaskanmu meskipun kamu menikah dengan Sheva!""Jangan kira aku nggak tahu apa hubunganmu yang sebenarnya dengan Sheva!"Leon sudah menyelidiki jika Sheva sama sekali bukanlah pria yang dihidupi oleh Violet, melainkan anak buahnya."Puh ...." Violet mengeluarkan tulang di mulutnya dan berkata, "Benar, dia adalah anak buahku. Tapi apakah hal ini menghalangiku untuk mencintainya?""Apakah cuma boleh bos pria mencintai asisten wanitanya? Tapi nggak membolehkan bos wanita
"Nggak peduli bagaimanapun juga mereka nggak boleh bertunangan!"Falcon mendatangi Leon dan menyatakan maksud kedatangannya.Tatapan Leon sedikit menggelap, "Apa yang mau kamu lakukan?""Bagaimana menurutmu?" Falcon mencibir, "Sheva sama sekali nggak berhak untuk bergabung dalam pertarungan antaramu denganku!"..."Hatchi!"Sheva yang sedang memilih gaun bersama dengan Violet tiba-tiba merasa punggungnya mendingin, "Kenapa aku merasa ada orang yang membicarakanku di belakang?"Violet memutar bola matanya, "Nggak cuma membicarakanmu, mungkin saja mereka sudah berencana untuk membunuhmu!"Bagi Leon dan Falcon, kemunculan Sheva sama sekali tidak diharapkan. Mereka berdua tidak akan membiarkan Violet dan Sheva bertunangan dengan mudah.Sheva segera berlindung di belakang Violet, "Bos, tolong lindungi aku!"Sebenarnya Sheva sama sekali tidak merasa takut.Dia sama sekali tidak menganggap serius Leon atau Falcon.Jika ada yang berani mengganggu pertunangannya dengan bosnya, maka Sheva pasti
Bertha yang mabuk dihipnotis oleh Falcon. Bertha menyamar menjadi Violet dan mendatangi kediaman Sheva,Sheva masih belum tidur, dia segera turun ke lantai bawah saat mendengar suara ketukan pintu, "Siapa?""Aku!"Suara Bertha bahkan sudah diubah oleh Falcon, jadi suara Bertha saat ini sama sekali tidak ada bedanya dengan suara Violet.Sheva segera membuka pintu saat mendengar suara Violet.Setelah pintu terbuka, Bertha yang berada di luar segera memeluk Sheva.Sheva tidak pernah melakukan hal yang begitu intim dengan Violet, jadi wajahnya segera memerah, "Bos, kamu ...."Mulut Sheva sudah dicium oleh Bertha sebelum dia selesai bicara.Kedua mata Sheva langsung melebar.Ti ... tidak disangka dia di ... dicium oleh Bos ....Bukankah itu hanya pertunangan palsu? Apakah Bos benar-benar ingin bertunangan dengannya?Sheva seharusnya merasa senang, tapi bau alkohol di tubuhnya ....Sheva menjauhkan Bertha yang menyentuhnya, lalu bertanya dengan terengah-engah, "Bos, apakah kamu tahu siapa ak
"Bagaimana anak nakal itu?""Kak, kakakku nggak apa-apa, 'kan?"Melihat yang tua dan yang muda, keduanya penuh dengan kekhawatiran pada Leon, Violet segera tersenyum menenangkan, "Hanya masalah kecil, sudah terselesaikan. Aku di sini, apa yang kalian khawatirkan lagi?"Sambil berkata begitu, Violet memapah lengan nenek itu, "Sudah malam, tekanan darah Nenek mudah naik, cepatlah tidur.""Lalu, kamu?" Nenek itu melihat jam dinding yang menghadap ke tangga, "Sekarang sudah lewat jam dua, kalau kamu pulang pasti sudah hampir pagi, tidurlah di sini saja!"Loren ikut berbicara, "Benar, Kak, sudah lama aku nggak ketemu kamu. Aku punya banyak hal yang mau aku ceritakan. Nanti kita tidur bareng, ya?"Tatapan penuh harap Loren membuat Violet tidak bisa menolak. Lagi pula, memang sudah larut malam, jadi dirinya mengangguk setuju, "Oke!"Sebenarnya, tidak pulang juga bukan masalah. Meskipun racun dalam tubuh Leon sudah ditekan dengan akupunktur, itu hanya untuk sementara, kalau terjadi sesuatu lag
Kalau dibilang tidak peka, tetapi dirinya tidak pernah bisa membantah keinginan Violet.Seharusnya, dalam situasi seperti ini, Leon mestinya terdiam kehabisan kata-kata. Namun nyatanya, dia justru pandai memanfaatkan kesempatan. "Aku tahu, jadi di saat-saat terakhir hidupku, aku harus ungkapkan isi hatiku. Kalau nggak, aku nggak akan punya kesempatan lagi.""..." Violet meliriknya sekilas tanpa berkata apa-apa, lalu melanjutkan akupunktur dengan pikiran terpusat.Di saat Violet tidak tahu bagaimana harus menanggapinya, sikap terbaik adalah mengabaikannya.Setelah diterapkan akupunktur pada tubuhnya sekitar dua puluh menit, kondisi Leon akhirnya membaik, wajahnya tak lagi sepucat tadi.Violet berdiri tegak di sisi ranjang, memandangnya dari atas. "Sekarang, bagaimana perasaanmu?"Leon tampak lemah seperti boneka rapuh yang bisa pecah kapan saja. Dengan suara lirih, dia menatap Violet. "Jauh lebih baik. Sebenarnya, aku nggak mau repotkan kamu. Tapi, siapa sangka, akhirnya tetap membuatmu
"Selama bertahun-tahun ini, meski banyak hal tak kudapatkan, setidaknya aku jadi mahir memasak."Violet pun tak sungkan, "Baiklah!"Melihat Felicia berjalan menjauh, Violet baru berbalik dan melangkah pergi. Dua hari berikutnya, Violet sepenuhnya berfokus pada peracikan obat penawar.Selama dua hari itu, Leon sama sekali tak meneleponnya.Ini membuat dirinya sempat berpikiran buruk.Namun setidaknya, ini membuktikan kalau racunnya belum kambuh dan Pil Embun memang berfungsi.Karena itu, Violet merasa lebih tenang.Akan tetapi, yang tak disangkanya, justru bukan Leon yang menelepon, melainkan Loren. Pada malam hari ketiga, suara cemas Loren terdengar di telepon, "Kak, cepat datang! Sesuatu terjadi pada kakakku!"Mendengar nada panik itu Loren, Violet langsung tahu ini masalah besar. Tanpa berpikir panjang, Violet segera mengemudikan mobil ke rumah lama Keluarga Jiwono.Begitu masuk, terlihat si Nenek dan Loren menunggu dengan wajah penuh kekhawatiran.Violet segera berjalan mendekat, "N
Langkah Felicia terhenti. "Hidupku ini memang pemberian Keluarga Fedora. Kalau dulu mereka nggak kasih aku sesuap nasi, aku pasti sudah mati kelaparan di jalanan. Jadi, semua yang kulakukan sekarang adalah hal yang seharusnya.""Apa balas budi harus dibayar dengan nyawa?"Violet melangkah mendekat. "Felicia, yang kamu lakukan ini bukan buat orang lain terharu, kamu cuma hibur dirimu sendiri.""Kamu merasa Keluarga Fedora telah berjasa. Meski sudah bertahun-tahun Lukas perlakukan kamu seperti itu, kamu tetap nggak pernah tinggalkan dia. Kamu anggap dirimu sangat mulia dan pantas dapatkan pujian dari semua orang ....""Bukan begitu .... Bukan seperti yang kamu pikirkan ....""Kalau bukan, lalu kenapa kamu tetap paksakan diri bekerja untuk Keluarga Fedora, meski kamu sedang sakit?" Saat berbicara, Violet sudah sampai di sisi Felicia. "Kalau sedang sakit, seharusnya beristirahat. Kalau kamu sendiri nggak sayangi dirimu, bagaimana orang lain bisa sayangi kamu?"Mata Felicia mulai berkaca-ka
Setelah merapikan barang-barangnya, Violet juga berencana keluar rumah.Ada beberapa jenis herbal yang harus dibeli.Tengah malam tadi, karena tidak bisa tidur, Violet bangun untuk meneliti racun di tubuh Leon.Sebenarnya, salah satu alasan kenapa sulit menghilangkan racun yang diberikan Adis adalah karena Violet sama sekali tidak tahu bahwa Adis bisa meracik racun.Jadi dia sama sekali tidak memahami kebiasaan Adis dalam menggunakan racun.Alasan Falcon tiba-tiba menghilang adalah karena Adis meminjam identitasnya dan diam-diam mengutus orang untuk membunuhnya.Adis memilih Falcon karena pria itu selalu memakai topeng dan tidak seorang pun pernah melihat wajah aslinya. Karena itu, sangat mudah menggunakan wajah Falcon yang kebetulan persis sama dengan Adis, bagian dari kebohongan yang disusun dengan cermat.Semua ini adalah hasil penyelidikan yang dilakukan Violet secara diam-diam setelah dia mengetahui wajah asli Adis.Karena takut informasi bocor, Violet tidak pernah memberitahu sia
Baru saja Violet sampai di Vila Magnolia, telepon dari Leon langsung masuk.Mengira Leon merasa tidak enak badan, Violet langsung menjawab, "Kamu nggak enak badan?""Bukan, aku cuma mau pastikan kamu sudah sampai di rumah atau belum."Violet menarik napas dalam-dalam. "Leon, kalau bukan soal kesehatan, sebaiknya kamu nggak perlu menelepon untuk hal seperti ini."Ucapan Violet sudah cukup jelas.Sebenarnya dia tidak bermaksud terlalu dingin, tetapi hubungan antara dia dan Leon memang sudah tidak bisa kembali seperti dulu.Jadi, lebih baik sejak awal menaklukkan harapan yang tidak seharusnya ada.Namun, Leon terdengar agak kecewa, "Panggilan ini sebenarnya disuruh Nenek dan Loren."Violet terdiam sejenak.Dia lalu berkata, "Aku ada panggilan masuk, aku tutup dulu."Tanpa menunggu Leon menjawab, Violet langsung menutup telepon.Sambil menghela napas, Violet keluar dari mobil, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.Dari jendela kamarnya, dia memandang ke arah kediaman Keluarga Hardi.Kenangan
Nenek belum sempat bicara, Leon sudah lebih dulu membuka mulut, "Aku antar kamu pulang!"Menerima isyarat darinya, Violet mengangguk, "Baik!"Baru saja mereka pergi, Lukas yang terkenal suka bergosip langsung mulai menyebar gosip, "Kalian lihat, 'kan? Mereka saling melempar pandang. Terutama sikap Violet pada Leon, dulu 'kan mereka selalu berdebat. Tapi sekarang, dia malah terlihat begitu lembut. Apa ini berarti hati Violet mulai hidup kembali untuk Leon?"Loren setuju dan mengangguk, "Aku juga merasa begitu. Sikap Kak Violet pada kakakku kali ini jauh lebih baik dari sebelumnya.""Kalau ini terjadi dulu, kakakku bilang mau antar, jangankan setuju, mungkin dia malah akan menyindir kakakku. Tapi tadi, dia sama sekali nggak berkata apa-apa dan langsung setuju."Nenek juga merasa hal yang sama, "Memang ada yang berbeda!"Lukas makin bersemangat, "Kalau begini terus, bukan nggak mungkin kita bisa segera hadiri pernikahan mereka!"Di sepanjang jalan menuju gerbang, Violet beberapa kali bers
Rombongan mereka kembali ke Kota Bona, dan Violet ikut kembali ke rumah lama Keluarga Jiwono bersama Leon.Bagaimanapun juga, Violet harus menyerahkan Leon langsung ke neneknya.Soal racun di tubuhnya ....Saat masih di pulau, ketika Lukas pergi menjemput Leon, Violet sudah memeriksa denyut nadinya.Dari denyut nadinya, memang menunjukkan bahwa Leon diracuni, dan racunnya cukup kuat. Namun, untuk jenis racunnya, masih belum jelas.Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahuinya.Namun, satu hal yang pasti, itu jelas racun kronis, jika tidak, Leon pasti sudah mati keracunan.Ini agaknya bukan gaya Adis. Mengingat Adis sudah menyeret Leon ikut mati bersamanya, mengapa di saat-saat terakhir hidupnya, dia tidak langsung membuat mereka mati bersama?Apakah itu karena Adis hanya memiliki racun jenis ini?Karena racun ini tidak langsung mematikan, lebih baik membawa Leon pulang dulu untuk menemui neneknya. Kalau tidak, bisa-bisa neneknya menangis sampai matanya buta.Beberapa hari terakhir
Beberapa saat yang lalu ketika di pesawat, Lukas menerima telepon dari Violet yang memintanya pulang untuk menjemput Leon. Dirinya sempat curiga kalau itu hanya mimpi karena dirinya terlalu merindukan Leon.Saat ini, walau wajah Leon terpampang di depannya, Lukas masih kurang yakin.Dengan cepat melangkah maju, Lukas mencubit lengan Leon, "Sakit nggak?"Leon mengerutkan kening, "Menurutmu?""Kalau sakit, berarti aku nggak sedang mimpi!"Sambil berbicara, Lukas tiba-tiba memeluk Leon erat-erat, "Leon, kamu kejutkan aku! Aku tahu kamu nggak mungkin mati semudah itu!"Namun, Leon yang tidak sabar dengan sentuhan itu segera menepiskan Lukas, memperlihatkan ekspresi tak senang, "Kalau mau bicara, bicara saja! Jangan pegang-pegang!""Wah wah wah, baru 'mati' beberapa hari saja, kamu sudah jadi begitu angkuh. Padahal dulu kita sering tidur di ranjang yang sama!"Makin Leon menghindar, makin Lukas sengaja mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.Wajah Leon menjadi makin serius, "Lukas, kamu suda