Ponselnya berdering. Ini adalah panggilan dari Adis.Dia jarang meneleponnya, jadi pasti ada sesuatu yang penting kali ini.Terlebih lagi ini sudah larut malam.Khawatir Leon akan mendengar, Violet pergi ke balkon untuk menjawab telepon."Kak Adis, ada apa?""Nggak ada apa-apa, aku hanya ingin memberitahumu kalau obat yang kamu berikan sudah aku coba. Hasilnya cukup bagus.""Benarkah?" Ketika mendengar bahwa hasilnya bagus, Violet merasa sedikit bersemangat. Dia melanjutkan, "Kalau begitu, minumlah sesuai jadwal. Kalau sudah habis, aku akan mengirimkannya lagi."Setelah selesai mandi, Leon mendengar suara Violet di balkon ketika keluar.Mata gelapnya menyipit. Saat dia berjalan ke arah itu, tepat sekali dia mendengar ...."Tentu saja aku merindukanmu ...."Merindukan siapa?Sheva?Tatapan Leon langsung menjadi dingin.Dia berbalik kembali ke kamar. Dalam perjalanan, dia menendang sebuah kursi dengan keras.Sebenarnya, yang terjadi adalah Adis berkata, "Sudah beberapa hari kita nggak be
Awalnya, Violet tidak berniat untuk bertindak kasar, tetapi lelaki ini terus memaksanya. Kalau begitu, untuk apa dia harus menahan diri?Violet mengangkat kaki kanannya, mengarahkan ke bagian tertentu, lalu menendangnya.Begitu melihat ini, Leon langsung menangkap kaki kanannya. "Violet, entah kamu mencoba mengalah untuk menang, atau berpura-pura menolak hanya untuk memancingku. Sebaiknya kamu tahu kapan harus berhenti.""Heh ...."Violet hanya tertawa dingin, lalu menanggapi, "Leon, percaya diri itu bagus, tapi jangan terlalu percaya diri. Kamu bukan uang yang akan disukai oleh semua orang."Mata gelapnya menatap tajam. Setelah lima detik, Leon akhirnya berkata, "Katakan, berapa yang kamu mau untuk melahirkan seorang anak?"Violet tertegun.Dia menarik kerah baju tidurnya, lalu bertanya, "Kamu sangat ingin aku memberimu anak? Benarkah ini hanya karena Nenek menyukaiku?"Mata Leon sedikit menyipit. "Kalau bukan itu, apa lagi?""Kenapa nggak kamu tanyakan pada dirimu sendiri?" Dengan se
Perasaan kesal yang begitu kuat membuatnya pergi ke taman belakang untuk menenangkan diri.Violet duduk lama di bangku taman. Baru setelah itu suasana hatinya sedikit membaik.Meskipun sebenarnya dia tidak ingin kembali ke kamar, dia tetap harus kembali.Ini bukan demi siapa-siapa, hanya agar Desi bisa tidur nyenyak. Terlebih lagi, dia baru saja pulang hari ini.Violet berdiri lama di depan pintu kamar.Dia benar-benar tidak ingin berbagi kamar dengan si bajingan itu.Setelah mengambil napas dalam beberapa kali, Violet dengan enggan mendorong pintu. Begitu dia masuk, dia mendengar suara Leon yang sedang menelepon di balkon.Violet bersumpah, dia tidak bermaksud menguping. Namun, mereka sedang melakukan panggilan suara atau video yang volumenya cukup besar."Paman, sejak tadi malam kamu nggak mengangkat teleponku. Aku pikir kamu terlalu sibuk bekerja. Siapa sangka tadi Loren meneleponku dan memberitahuku kalau Kak Violet sudah pulang.""Sekarang kalian berdua ada di rumah tua. Katanya k
Ekspresi serius di wajah Violet membuat Desi merasakan firasat buruk. Dia segera menutupi dadanya, berpura-pura merasa tidak nyaman, lalu berujar, "Mungkin semalam aku kurang tidur. Sekarang dadaku terasa sakit. Loren, cepat bantu Nenek kembali ke kamar."Loren segera bangkit berdiri. "Baik.""Nenek ...."Tanpa memberi kesempatan pada Desi dan Loren untuk melanjutkan sandiwara mereka, Violet kembali berbicara, "Apa yang ingin aku katakan, aku rasa Nenek sudah bisa menebaknya ...."Menyadari apa yang akan dilakukannya, Leon langsung menggenggam pergelangan tangannya. Dia berkata, "Apa kamu lupa dengan apa yang sudah aku katakan?"Violet meliriknya sekilas, lalu langsung menepis tangannya. Dia kembali memandang Desi, lalu mulai menjelaskan, "Nenek, sesuatu yang nggak sejalan tetap nggak akan berbuah manis meski dipaksakan. Lagi pula, kami memang nggak ditakdirkan bersama!""Violet ...." Desi mendekatinya, menggenggam tangannya, lalu berujar, "Nenek tahu kalau bocah nakal ini sudah melaku
Violet merasa hatinya masam saat membalas, "Baiklah!"Ketika melihat dua orang itu berjalan makin jauh, Loren dengan tidak puas bertanya pada neneknya, "Nenek, kenapa kamu setuju kalau Kak Violet bercerai dengan Kakak?""Bukankah kita sudah sepakat untuk menyatukan mereka kembali?"Desi menghela napas, lalu menjawab, "Violet sudah berubah. Dia sudah nggak memiliki harapan lagi pada kakakmu.""Kalau begitu, kenapa Nenek tetap setuju?" Loren tidak mengerti. "Kalau dia pergi, mungkin dia nggak akan pernah kembali lagi.""Nanti kalau dia punya pria lain, dari mana kamu akan menemukan cucu menantu yang sebaik dia?""Aku juga nggak akan pernah punya Kakak Ipar yang lebih baik darinya!""Kamu ini ...." Desi mengetuk dahi Loren sembari menjelaskan, "Kamu hanya melihat sikap Violet yang telah berubah. Tapi apa kamu nggak melihat kalau kakakmu juga sedikit berbeda?""Benarkah?" Loren tidak menyadarinya. "Bukankah dia tetap saja dingin dan nggak berperasaan? Nenek, kebetulan saja dia kakak kandun
Leon menoleh memandang Violet. Matanya yang dalam dan gelap menyiratkan sebuah kerumitan yang sulit dimengerti.Ketika Violet melihat itu, dia mengira pria itu akan mengatakan sesuatu lagi, tetapi ternyata tidak.Dia memberikan tanda tangannya dengan penuh percaya diri.Proses verifikasi dan stempel pun akhirnya selesai.Saat menerima surat cerai, Violet merasakan sebuah kelegaan.Ya, kelegaan!Pernikahannya dengan Leon terasa seperti sebuah penjara.Ini adalah penjara yang dia ciptakan sendiri. Dia mengurung dirinya sendiri selama tiga tahun penuh.Violet hanya akan membiarkan dirinya melakukan hal bodoh seperti itu sekali seumur hidupnya!Setelah keluar dari Kantor Catatan Sipil, Violet langsung menghentikan taksi.Leon yang melihat ini langsung menahan pintu mobil yang telah dibuka Violet.Violet mengira dia akan menyinggung permintaan maaf kepada Mia lagi, tetapi yang dia katakan ternyata berbeda, "Apakah kamu benar-benar nggak memberikan racun itu?"Violet mengangkat surat cerai y
Leon memijat keningnya, bersiap untuk menutup telepon.Seakan tahu apa yang akan dilakukannya, Lukas buru-buru berkata, "Aku nggak bisa melacaknya, tapi ada orang yang bisa.""Siapa?""Begini ...." Lukas mulai menyebutkan syarat, "Katakan dulu padaku, apa sebenarnya hubunganmu dengan orang bernama Sheva itu?"Makin Leon menutupinya, makin penasaran Lukas. Semalam dia sudah merasa penasaran setengah mati. Hari ini, dia harus mendapatkan jawabannya."Bagaimana kalau aku menelepon tunangan kecilmu yang sedang mencarimu, lalu memberitahunya di mana kamu berada, supaya dia nggak lagi mengkhawatirkanmu?" balas Leon."Sialan!" Lukas berkata dengan nada marah, "Leon, bersahabat denganmu adalah keputusan terburuk yang pernah aku buat dalam hidupku.""Dengan sikapmu yang nggak punya hati seperti ini, meskipun gadis bernama Violet itu menikahimu hanya demi uang, dia tetap saja sial!"Mendengarnya menyebut nama Violet, Leon merasa sedikit terganggu. "Jangan bicara omong kosong!""Oke, oke, aku tak
Violet kembali ke Vila Magnolia, berpikir bahwa Sheva akan menegurnya. Siapa sangka, dia hanya berkata, "Tingkat toleransi alkoholmu sekarang jauh menurun dibandingkan tiga tahun lalu."Benar sekali!"Lihat saja lingkaran hitam di bahwa matamu itu. Bahkan panda pun harus mengaku kalah. Cepatlah beristirahat, aku akan memasakkan sup untukmu," kata Sheva.Violet tersenyum tulus sembari membalas, "Baik!"Di kamar, Violet menjatuhkan diri di atas tempat tidur, menatap langit-langit, lalu melamun sejenak sebelum mengeluarkan ponselnya.Semalam memang dia tidak tidur dengan nyenyak. Jadi sepanjang perjalanan pulang, dia sempat tidur sebentar.Saat membuka ponsel, Violet melihat ada pesan dari nomor asing di akun WhatsApp yang hanya diketahui oleh beberapa orang.Dia segera membuka pesan itu. "Leon?"Bagaimana dia bisa tahu akun WhatsApp ini?Jantung Violet berdetak sedikit lebih cepat, khawatir identitas dirinya terbongkar.Namun, dia kembali menenangkan diri dengan cepat.Jika identitasnya
"Cuma kamu seorang?" tanya Violet tidak percaya.Apa Lewis akan mengakui segalanya demi Lina setelah bersembunyi selama lebih dari 20 tahun?Lewis mengangguk. "Iya!""Ha!" Violet pun tersenyum sinis. "Alasannya?""Bukan apa-apa, aku hanya iri pada ayahmu!" jawab Lewis. "Padahal kami teman sekelas, tapi waktu itu dia bisa jadi orang terkaya sedangkan aku hanyalah pegawai negeri biasa.""Kesenjangan di antara kami makin besar, selalu saja ada orang yang suka membanding-bandingkan kami.""Aku marah dan akhirnya menyakitinya.""Karena Pak Lewis nggak beritikad baik, perjanjian di antara kita nggak perlu diteruskan," kata Violet yang masih tidak memercayai alasan Lewis itu.Violet pun berseru ke arah atas, "Sheva, tahan Nona Lina.""Violet!" Lewis langsung menghentikan Violet. "Memang itulah kenyataannya! Mau kamu percaya atau nggak, itulah kebenarannya!""Kamu menghabisi seseorang dan seluruh keluarganya hanya karena kamu cemburu padanya? Apa kamu percaya dengan alasan ayahmu, Lina?"Lewis
Violet datang terlambat karena dia habis memastikan identitas Lina terlebih dulu.Violet memiliki akses yang mudah untuk menanyakan nama Lina karena Violet adalah pelanggan tetap klub malam itu.Violet yakin bukan sebuah kebetulan Lina memiliki nama belakang yang sama dengan Lewis.Namun, Violet masih mempertanyakan hubungan keduanya. Itu sebabnya dia sengaja menelepon Lewis untuk menyelidiki respons pria itu.Ternyata kali ini Lewis secara sukarela mengakuinya."Violet, akulah yang kamu cari! Lepaskan putriku!"Violet sontak terkejut mendengar jawaban Lewis. "Ternyata dia putrimu!"Sudah sekian tahun Lewis menikah dengan istrinya, tetapi mereka tidak dikaruniai anak. Ternyata Lewis punya banyak anak haram di luar sana.Pertama Michael dan sekarang Lina.Namun, sepertinya Lina lebih penting bagi Lewis daripada Michael atau Lewis tidak mungkin mengakui Lina sebagai darah dagingnya secepat ini.Perlu diketahui, Lewis sama sekali tidak pernah mengakui Michael sebagai darah dagingnya.Lewi
Kecepatan Fenty memang cukup cepat dan jelas memang cukup terampil, tapi Bertha dan Noah tidak menganggapnya serius.Meskipun disebut kompetisi, mereka berdua bekerja sama dengan sangat baik dan menyerang dari kedua sisi. Mereka pun dengan cepat menjebak Fenty di sebuah gang kecil."Lari saja! Kenapa nggak lari?"Bertha meletakkan tangannya di pinggul dan mendekati Fenty selangkah demi selangkah. "Adik, aku sarankan beritahu saja siapa bosmu. Mungkin kamu masih bisa bertahan hidup."Noah setuju. "Kamu baru berusia dua puluh tahun, hidupmu baru saja dimulai. Apa kamu benar-benar ingin merusak masa mudamu demi orang lain?""Apa kamu benar-benar rela meninggalkan kehidupan yang begitu indah?""Kalian merayakannya terlalu cepat. Apa kalian benar-benar berpikir bisa mengalahkanku?" Fenty mencibir. "Kalian berdua sok hebat!"Setelah mengatakan itu, Fenty menyerang Bertha yang paling dekat dengannya. "Kebetulan aku sudah lama nggak berlatih. Hari ini aku akan menggunakan kalian berdua untuk m
Violet sudah tahu bahwa Fenty bukanlah bidak catur biasa.Seperti yang dikatakan Sheva, jika memang bidak catur biasa, mustahil bisa bertahan sampai sekarang.Lagi pula, hampir semua orang yang pernah berhubungan dengannya sebelumnya meninggal begitu tertangkap olehnya.Namun, Fenty selalu hidup dengan baik.Itulah sebabnya Violet mengirimkannya ke kantor polisi dan diam-diam memasang pelacak padanya.Sebenarnya, Violet tidak begitu yakin, hanya mengujinya saja. Tanpa diduga, ternyata seperti yang diduga, jadi Fenty ini mungkin punya hubungan dekat dengan si pembunuh.Mereka mengikuti jejak Fenty sampai ke luar negeri. Pada hari yang sama, Sheva mengirim pesan balasan. "Bos, kami kehilangan dia!""Sepertinya Fenty mungkin sudah tahu kalau ada pelacak ditubuhnya. Fenty pasti punya rencana untuk menjebak kita!"Hanya ada satu tujuan melakukan ini, yaitu membuang-buang waktunya.Lalu kenapa? Karena Violet memasang lebih dari satu pelacak!Violet sudah berpengalaman, tentu saja tahu lebih
Violet bahkan tidak perlu mengatakan apa pun, Sheva sangat marah sehingga langsung memarahi Fenty, "Fenty, kamu sudah memperlihatkan sifat aslimu, jadi hentikan aktingmu yang begitu buruk!"Fenty terdiam.Jika Leon saja bisa menyadari ada yang tidak beres dengan Fenty, bagaimana mungkin Violet yang selalu bersamanya siang dan malam, tidak menyadarinya?Sebenarnya, sejak awal, Violet tidak begitu memercayai Fenty, kalau tidak, Violet tidak akan menyelidikinya.Meski hasil pemeriksaan tidak menunjukkan sesuatu yang aneh, Violet tetap merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Maka, Violet meminta para pembantu untuk mengamatinya secara diam-diam.Segalanya berjalan normal pada hari-hari pertama, tapi lama-kelamaan, sifat aslinya mulai terungkap.Setelah beberapa hari diamati, pembantu itu menyadari bahwa "Nona Fenty diam-diam pergi ke ruang kerja Nona Violet."Ketika mendengar ini, Violet tahu bahwa dirinya sudah ditipu oleh Fenty.Violet meminta para pelayan agar tidak mengatakan apa-a
Tepat ketika ujung pisau hendak mengenai, Violet tiba-tiba membuka matanya yang tadinya tertutup.Saat mata mereka bertemu, mata Fenty dipenuhi ketakutan. "Kenapa kamu ...."Violet tersenyum dan melanjutkan, "Kenapa aku nggak pingsan?"Begitu masuk, Violet mencium aroma samar pada Fenty. Meskipun sangat samar, aroma itu tidak dapat disembunyikan sama sekali baginya dengan hidung yang sangat sensitif.Mata Fenty berputar, seolah baru saja terbangun dari mimpi lalu menatap Violet dengan bingung. "Kak, ada apa?"Sebelum sempat menjawab, Violet menatap pisau di tangannya dengan tak percaya. "Kamu mau membunuh Kakak?""Nggak, nggak mungkin ...." Fenty menggelengkan kepalanya karena tidak percaya. "Meskipun selalu ada suara di telingaku yang menyuruhku untuk membunuh Kakak, bagaimana mungkin aku melakukan itu?""Aku lebih baik menyakiti diriku sendiri daripada menyakiti Kakak ...."Fenty bertindak sangat polos, seolah-olah semua yang dilakukannya berada di bawah hipnotis.Namun, Violet bukan
Sebenarnya Violet tidak suka dengan pesta minuman seperti ini, tapi sekarang sebagai CEO Grup Hardi, Violet tidak punya cara untuk menghindarinya.Misalnya, hari ini, salah seorang mitra lama Grup Hardi menyelenggarakan pesta dan secara pribadi menyampaikan undangan tersebut padanya.Entah seberapa malasnya untuk pergi, Violet masih harus menghormatinya.Namun, tidak menyangka akan bertemu dengan Leon.Leon jelas sudah bersembunyi di balkon, tapi tidak bersikap aneh di hadapan Violet.Violet bahkan tidak meliriknya, mengabaikannya, mengangkat kepalanya untuk meminum anggur di gelas lalu segera pergi."Ada yang aneh dalam diri Fenty!" ucap Leon lagi pada Violet."Kamu yang aneh!"Violet yang awalnya tidak mau peduli, tidak tahan lagi. "Seluruh dunia ini penuh dengan orang jahat, tapi kamu yang paling baik.""Aku nggak bilang dia jahat, tapi menurutku kemunculannya terlalu kebetulan!" Leon menjelaskan, "Hari itu kamu pergi ke gunung untuk menemui bibimu, kebetulan dia muncul untuk bertem
Sebelum pria itu bisa menjawab, Fenty yang sudah dilepaskan oleh Violet saat Leon dan Falcon memukul pria itu, bergegas mendekat.Fenty menjambak rambut pria itu dan menariknya dari tanah sambil menatapnya dengan kebencian di matanya. "Orang tuaku bukanlah tipe orang seperti yang kamu katakan. Mereka nggak pernah ... nggak pernah melakukan hal seperti itu.""Awalnya kami hidup bertiga dengan bahagia, tapi kamu menghancurkan semuanya!"Fenty sangat marah sehingga seluruh tubuhnya mulai gemetar tak terkendali. Setelah itu, merampas pistol dari tangan Violet, mengarahkannya ke jantung pria itu dan menembaknya langsung. "Aku benci kamu, mati sajalah!"Dengan suara keras, jantung pria itu tertembak dan langsung tewas.Gerakan Fenty begitu cepat, bahkan Violet pun agak lambat bereaksi.Awalnya mengira bisa memaksanya mengatakan sesuatu yang berguna, tapi sekarang pria itu sudah meninggal, jadi semua usahanya menjadi sia-sia.Begitu memikirkan hal ini, ada sedikit perubahan dalam tatapan Viol
Setelah melihat adegan ini, rasa jijik Violet terhadap kedua orang itu sedikit berkurang.Memang sedikit menyebalkan, tapi tetap berguna."Violet, kamu mau apakan dia?""Adik, keputusan ada di tanganmu!"Keduanya berbicara bersama lagi.Setelah mengatakan ini, keduanya saling memandang dengan jijik di mata mereka, tapi tidak ada seorang pun yang mengatakan apa pun.Violet tahu mereka melakukan ini karena sebuah alasan, jadi Violet semakin membenci mereka.Terserah mau bagaimana. Sekarang Violet hanya peduli ....Violet berjalan ke arah pria yang diborgol oleh mereka berdua. "Di mana bibiku?""Aku sudah memotong-motong bibimu dan memberikannya pada anjing ....""Plak!" Violet menampar pria itu dengan keras. "Aku tanya sekali lagi, di mana bibiku?""Aku sudah menjawabmu, tapi kamu nggak percaya!" Pria itu menatap Violet tanpa rasa takut. "Aku nggak akan menyimpan mayat yang membusuk selamanya!""Kamu nggak takut mati, 'kan?" Violet mengambil pistol yang dijatuhkan pria itu saat bertarung