Beranda / Romansa / Saya dan Miliarder Cantik / Chapter 6. Penyusup di The Pearl Villa

Share

Chapter 6. Penyusup di The Pearl Villa

Penulis: Renko
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-12 21:25:34

Mateo baru saja menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Sesuai dengan rencana yang disepakati semalam, pagi ini dia akan mengunjungi The Pearl Villa. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tempat itu sekitar satu jam, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 08.32. Mateo berencana tiba lebih awal untuk memeriksa lokasi terlebih dahulu, berjaga-jaga kalau nanti Serina adalah wartawan licik yang berusaha menjebaknya, persis seperti apa yang pernah dialaminya.

Sebenarnya, alasan Mateo enggan membicarakan masa lalunya di rumah makan tak semata-mata karena adiknya. Dia memiliki agenda tersendiri, agar mereka yang begitu penasaran tak lagi berani menginjakkan kaki di rumahnya. Meskipun bertentangan dengan prinsipnya yang tak suka melawan wanita, kali ini dia harus melakukannya.

"Kakak, pagi-pagi begini mau pergi ke mana?" suara Meera membuyarkan lamunan.

Mateo sejenak terdiam, memikirkan jawaban yang tepat. "Aku mau berjoging," sahutnya.

Meera tak menunjukkan kecurigaan, karena memang kakaknya itu sering berjoging setiap akhir pekan. Namun, ada sesuatu yang membuatnya mengerutkan dahi. "Tumben sekali Kakak berjoging di jam seperti ini. Biasanya Kakak bangun saat subuh. Kita bahkan tak pernah bisa joging bersama karena itu."

Mateo tersenyum sinis. "Itu karena kau yang suka bangun kesiangan," ujarnya santai.

Meera hanya mengangkat bahu tanpa membantah. "Kalau begitu, berhubung aku sedang libur dan sudah bangun, ayo kita joging bersama! Aku akan mengambil jaket dulu. Kakak tunggu di sini, ya." Dia bergegas masuk ke kamar.

Keadaan ini harus segera dihindari Mateo. Dia tak bisa membiarkan adiknya ikut.

"Aku terburu-buru. Kalau terlalu lama, matahari semakin tinggi. Kita akan pergi bersama lain kali. Aku pergi dulu!"

"Kakak! Tunggu! Aku sudah menemukan jaketku!" teriak Meera dari dalam kamar.

Mateo tak peduli, dan dengan cepat meninggalkan rumah sebelum adiknya sempat menyusul.

Meera keluar dari kamar tepat ketika suara pintu rumah tertutup. Dia berlari keluar dengan langkah cepat, tapi sayang, sosok kakaknya sudah tak tampak di mana pun. Kepergian yang tiba-tiba itu membuatnya kesal.

Mateo merasa sedikit lega karena berhasil berada di luar jangkauan adiknya. Dia mengenakan hoodie, lalu keluar dari tempat persembunyiannya dan beranjak menuju tujuan.

***

Vila yang terbentang di depan mata Mateo tampak luas dan megah, dengan bangunan klasik dua lantai yang dikelilingi oleh hamparan rumput hijau serta tanaman yang tertata rapi. Tempat itu begitu indah, seolah menyatu dengan alam. Satu kata yang terlintas di benaknya untuk menggambarkan keseluruhan vila ini yaitu elegan.

Mateo tak menemui hambatan saat melewati pos penjagaan. Cukup memperlihatkan kartu nama yang diberikan oleh Serina, dan penjaga pun mengizinkannya masuk.

Seorang pelayan mengantarkan Mateo memasuki vila, tapi hanya sampai ruang tamu. Setelah itu, pelayan paruh baya itu meninggalkannya sendirian. Mateo diminta menunggu, tapi dia tak berniat menuruti permintaan itu. Dia pun memutuskan untuk menjelajah area vila.

Bagi Mateo, tak ada orang yang bisa dipercaya di dunia ini, termasuk Serina dan Hillary yang belum lama dia temui. Dia tak sebodoh itu untuk langsung mengikuti rencana wartawan penuh tipu muslihat.

Mateo melangkah menuju lantai dua, suasana masih sepi. Hal itu tak mengejutkannya, mengingat Serina mengatakan bahwa The Pearl Villa hanya dihuni oleh Hillary dan para pekerja vila. Namun, dia tak ingin lengah hanya karena perkataan itu. Dia harus tetap waspada.

Sebuah pintu di lantai atas tiba-tiba terbuka, membuat Mateo segera merapat ke dinding balkon interior. Dari tempatnya berdiri, dia bisa memandang langsung ke ruang utama di bawah. Ruangan itu tampak lapang dengan langit-langit tinggi dan perabotan mewah yang tersebar di setiap sudut. Di bawah sana, dia juga melihat pelayan yang tadi mengantarkannya sedang kebingungan.

Tap, tap, tap ...

Langkah kaki terdengar lambat, membuatnya harus tenang dan sabar menunggu. Hingga akhirnya, seorang wanita berjalan tanpa menyadari kehadirannya. Mateo mengenali sosok itu sebagai Hillary, yang kini memutar kepala sambil memijat tengkuk. Gestur itu tampak seperti seseorang yang lelah setelah bekerja keras.

"Bagaimana kau bisa berada di sana?"

Rencana Mateo untuk menyeret Hillary dan menguncinya di sebuah ruangan mendadak terhenti. Pelayan yang tadi tampak kebingungan kini berdiri memergokinya, membuat Hillary dengan cepat menoleh.

Seketika mata Hillary melebar. "Kau ...!"

"Aku hanya mencari kamar kecil, tapi tak menemukannya."

"Kau pikir kau ada di mana sekarang?!" Hillary berseru tanpa mengubah ekspresinya yang terkejut.

"The Pearl Villa," jawab Mateo dengan nada polos.

Hillary mengerutkan dahi. "Kau tak belajar sopan santun? Lebih baik gunakan kamar kecil orang lain daripada menyelinap masuk tanpa izin pemilik rumah. Apa kau tak tahu hal dasar seperti itu?"

"Butuh waktu lebih dari sepuluh menit untuk mencapai gerbang. Selain itu, rumah orang lain yang kau maksud tidaklah dekat. Aku harus berjalan lima belas menit untuk mencapainya. Sedangkan membuang air kecil tak bisa ditunda-tunda. Aku bukan seseorang yang mengompol setelah dewasa," kata Mateo dengan ringan, tapi tersirat sedikit keisengan.

"Kebanyakan pria yang terdesak akan membuangnya di balik pohon. Tadi, aku melihat beberapa ketika memasuki halaman vilamu. Jika tak keberatan, aku bisa menyiramnya pagi ini. Asal kau tahu, urine manusia mengandung unsur makro yang sangat diperlukan oleh tanaman, sama seperti urine sapi dan kelinci. Kau bisa menjadikannya sebagai alternatif pupuk cair organik. Bagaimana?"

Hillary menatap Mateo dengan jijik, sambil menahan rasa mual. "Bagaimana apanya?! Aku sama sekali tak tertarik!"

Mateo menghela napas panjang. "Bahkan, saat aku mengatakan gratis, itu tak mengubah ketertarikanmu. Kalau begitu, bisakah kau menunjukkan jalan menuju kamar kecil? Sejujurnya, aku sudah sangat kesulitan menahan rasa sakit di kantong kemihku."

Awalnya, Hillary berniat menyerahkan urusan Mateo kepada pelayan, tapi saat dia menoleh, pelayan itu susah tak ada. Terpaksa, dia yang harus mengantarkan Mateo.

"Kau benar-benar tinggal seorang diri di vila ini?" tanya Mateo sambil memperhatikan sekeliling.

"Kau seharusnya sudah mendengar dari Serina," jawab Hillary ketus.

"Aneh saja, seorang wanita tinggal sendirian di tempat sebesar ini. Tidakkah merasa kesepian?" Mateo menambahkan, mencoba merespons dengan nada akrab.

Hillary berhenti saat tangannya menyentuh gagang pintu. Sesaat suasana hening sebelum dia membalikkan badan. "Kau yang aneh! Bukan aku!" ujarnya kesal, lalu membuka pintu lebar-lebar. "Kau bisa menggunakan kamar kecil di kamar ini. Jangan lupa untuk menyiramnya dengan sangat bersih. Apa kau mengerti?!"

Mateo tak menjawab, hanya tersenyum, kemudian melangkah melewati pintu. Namun, langkahnya terhenti dan dia berbalik menghadap Hillary lagi.

Hillary yang menyadari langkah Mateo terhenti, menoleh dengan mencebik. "Kenapa? Aku tak punya celana ganti untuk pria sepertimu. Jadi, cepat selesaikan urusanmu. Aku—"

Kata-katanya terhenti ketika Mateo tiba-tiba membekap mulutnya. Mata Hillary membulat sempurna, dan tubuhnya seketika membeku. Hanya gumaman tak jelas yang keluar dari mulutnya.

"Ssttt ...." Mateo menyeringai. "Kalau berteriak, semua orang akan tahu."

Hillary berusaha melawan, tapi belum sempat lepas, dia diseret ke dalam kamar. Mateo segera menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat.

Renko

Mateo? Jangan-jangan kamu?!

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iis_lintang
apa yang akan mateo lakukan.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saya dan Miliarder Cantik   Chapter 7. Kehidupan Terikat

    Hillary terbaring di ranjang, tubuhnya terikat erat hingga tak mampu bergerak, dengan mulut terbungkam rapat. Tenaganya mulai terkuras oleh perlawanan yang sia-sia. Melihat tatapan penuh kesombongan Hillary, Mateo yang sebelumnya tak berniat melepaskannya kini tergoda untuk menarik kain yang menutupi mulutnya, membiarkannya akhirnya berbicara. "Kau sudah gila?! Lepaskan aku!" bentak Hillary, tubuhnya terus menggeliat. "Tidakkah kau tahu betapa gerahnya berada di sini? Aku bahkan kesulitan bernapas!" Mateo menatap tubuh yang terbungkus selimut itu dengan ekspresi datar. "Kau sebaiknya berhenti bergerak, itu hanya akan membuatmu semakin sulit bernapas. Cobalah untuk tetap tenang dalam kondisi terburukmu." "Apa kau pikir ini waktu yang tepat untuk memberiku nasihat?" sahut Hillary dengan kesal. Hillary tak berlebihan, dia benar-benar merasa kepanasan. Peluhnya mengalir deras, membuat dunianya semakin terasa pengap. Hingga akhirnya, dia terpaksa mengikuti saran Mateo dengan tak banyak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Saya dan Miliarder Cantik   Chapter 8. Dalam Jerat Kebencian

    Mateo mengertakkan giginya, mencoba menahan amarah yang kembali membara. Kenangan pahit yang selama ini dia kubur dalam-dalam terpaksa dia ungkapkan demi membuat Serina menjauh darinya. "Beberapa kali mereka menjebakku, memaksaku terlibat dalam tindak kriminal. Mereka juga mengikatku selama lebih dari sebulan di sebuah ruangan gelap," suaranya rendah dan penuh kebencian. "Tak ada makanan, hanya sebotol air setiap kali mereka datang. Tak ada izin untuk keluar, bahkan sekadar untuk buang air. Akibat perlakuan mereka, aku nyaris jatuh ke dalam kondisi vegetatif setelah dirawat dengan diagnosa malnutrisi yang parah." Serina merasakan getaran di bibirnya, menahan rasa ngeri yang mulai merayap saat membayangkan keadaan menyedihkan itu. "Kenapa mereka melakukan semua itu?" tanyanya. "Apa lagi alasannya? Mereka ingin aku bicara, ingin menjebakku dengan tuduhan-tuduhan palsu yang sudah mereka rancang." Serina mengepalkan tangannya erat, berusaha agar tak terpengaruh oleh kata-kata Mateo yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Saya dan Miliarder Cantik   Chapter 9. Titik Balik

    Serina menunjukkan berkas yang dicarinya dalam beberapa hari ini, wajahnya tegang. Mencari informasi tentang Mateo Paiton bukanlah tugas yang mudah. Berulang kali dia harus bolak-balik ke kantor polisi hanya untuk memastikan kebenaran dari setiap serpihan data yang dia temukan. "Apa ini?" tanya Stuart—redaktur pelaksana di Meteor Media, dengan alis yang terangkat. "Seharusnya aku yang bertanya! Bagaimana mungkin kau menyembunyikan hal sepenting ini?!" Stuart memandang Serina tanpa bisa memahami amarahnya. Dia meraih berkas yang dilemparkan Serina ke atas meja, membukanya, dan mulai membaca. Ekspresinya berubah seiring halaman yang dibalik. Wajahnya menegang ketika dia selesai membaca. "Dari mana kau mendapatkan semua ini?" tanya Stuart. "Bukan dari mana aku mendapatkannya yang penting, yang perlu kau pikirkan sekarang adalah bagaimana kalian memperlakukan klien! Kau tahu? Aku bahkan membela kalian! Betapa bodohnya aku telah percaya sepenuhnya pada kalian ...." Suara Serina melemah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 10: Tamu Tidak Diundang

    Bellmira mengupas kentang, memotongnya berbentuk dadu. Tidak lupa wortel dan juga brokoli dipotong dengan besaran yang kira-kira juga sama. Hari ini dia akan membuat sup yang berisikan ketiga sayuran tersebut. Gerakan tangan yang memotong bahan terhenti ketika sayup terdengar suara dari luar. Dia melepaskan celemek dan meninggalkan masakannya sebentar untuk melihat siapa yang membuat keributan kala rumah makan mereka tidak menerima pelanggan. Semakin lama suara itu semakin jelas. Bellmira dapat menilai kalau yang memanggil-manggil nama kakaknya adalah seorang wanita. Sampai ketika berhasil membuka pintu, tebakannya ternyata benar kalau yang datang adalah dua orang wanita yang pernah bekerja di rumah makan mereka beberapa waktu lalu. "Bukankah ...." Bellmira sudah mendengarnya dari sang kakak kalau mereka tidak boleh lagi berurusan dengan dua orang wanita ini. Pintu yang akan segera ditutup membuat Serina segera menahannya. Mereka saling bertolak belakang dengan B

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 11: Mengunjungi Pasar Bersama Wanita Cantik

    Hillary menatap enggan keadaan pasar yang dipenuhi tanah bercampur air. Semua orang melenggang begitu saja menginjakkan kaki di sembarangan tempat dan tidak peduli dengan kaki yang sudah kotor. Dia akan terlihat seperti berada di kolam lumpur bersama kawanan kerbau jika benar-benar membuat langkahnya memasuki pasar. "Kau bisa menunggu saja di sini. Tidak ada keharusan untuk ikut," ucap Mateo, tidak menunggu lagi untuk melanjutkan langkahnya masuk ke dalam pasar. Hillary memperhatikan sekeliling dan yang dia lihat hanyalah orang-orang asing. Dia juga beberapa kali harus bergeser untuk memberikan jalan, terlebih pada pedagang yang mendorong gerobak. Di luar pasar atau di dalam pasar keadaannya tetap sama, tidak nyaman sama sekali. Hillary ingin kembali, akan tetapi perjalanan akan begitu jauh untuk ditempuh seorang diri dengan berjalan kaki. Meskipun dia cukup berani untuk menghadapi para preman yang mungkin menghadang, kekuatannya tetap akan kalah jika mereka datang s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 12: Mabuk di Tengah Cuaca Cerah

    Mateo begitu khawatir sehingga membuat dia cepat-cepat menggeser pintu. Dia cukup terkejut melihat situasi yang sedang terjadi, tidak berbeda dengan Hillary ketika baru melihat ke dalam ruangan. "Kakak!" Bellmira yang duduk di kursi pelanggan tampak panik. Hillary lebih dulu masuk setelah melepaskan sepatu berlumpurnya. Dia sangat gelisah melihat Serina tidak lagi sadarkan diri dengan kepala yang terbaring di atas meja, ditambah botol minuman keras yang dilihatnya telah menjadi alasan kuat kenapa Serina menjadi seperti sekarang. "Biasanya dia sangat kuat minum alkohol, tapi melihat bagaimana dia tidak sadarkan diri, pasti dia mabuk berat saat ini," ucap Hillary, diliputi kekhawatiran yang tidak kunjung usai. Mateo tadi berpikir kalau adiknya tidak akan baik-baik saja, akan tetapi perkiraannya sangat jauh dari kenyataan. Wartawan itu tengah mabuk dan sama sekali tidak seperti bersandiwara. Apalagi, ada tiga botol kosong di atas meja. "M—maafkan aku ..." ucap B

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 13: Bertemu adalah Takdir

    Suara ponsel membangunkan Serina pagi itu. Dia mencari-cari sambil terus menarik kesadaran yang masih setengah tenggelam di alam mimpi. Hingga dia dapatkan benda yang meneriakkan dentingan alarm berulang kali, baru dia mematikannya dan meletakkannya di meja nakas. Serina meregangkan tubuh yang masih berbaring sambil terus mengisi kembali kepala yang kosong. Dia dapat merasakan perut yang tidak nyaman seperti habis meminum alkohol. Bukan hanya satu kali dia begitu dan jelas tahu bagaimana rasanya. Pandangannya berubah kosong ketika mendapatkan ingatan tentang kejadian kemarin. Langsung saja dia bangkit dan meraih ponsel untuk menghubungi Hillary. "Serina Williams!" Suara melengking itu sangat tidak nyaman untuk didengar. "Kau telah melakukan kejahatan besar!" "Kejahatan apa yang telah aku lakukan?" Sepengetahuan Serina, kesalahan yang dilakukannya hanya mabuk di kedai kecil milik Mateo. Di tempat mereka tinggal pun tidak melarang adanya penjualan minuman keras

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 14: Lantai Basemen yang Dingin

    Mateo terkejut melihat wanita yang masih mengatur napas itu menghampirinya, terlebih di tengah keramaian membuat dia harus memperhatikan sekeliling dan memastikan kalau tidak ada mata-mata atau siapa pun yang mengancam pertemuan mereka. "Aku mendatangi rumahmu, tapi Bellmira mengatakan kalau kau sedang pergi keluar sebentar. Saat aku dalam perjalanan pulang tidak sengaja melihatmu." Serina mengambil napas dalam-dalam, membuangnya dalam satu kali embusan. "Maaf karena telah merepotkanmu tadi malam. Aku tidak bermaksud untuk mengacaukan suasana." "Kalau sudah tahu, maka jangan pernah kembali lagi," ucap Mateo, berlalu pergi begitu saja. Mendapatkan perlakuan dingin tak lantas membuat Serina putus asa. Dia segera menyusul langkah kaki yang belum jauh darinya itu dan berkata, "Kau membeli sesuatu? Ya, Tuhan! Itu merek terkenal! Tapi di sana menjual pakaian khusus untuk wanita. Apa kau akan menghadiahkannya pada kekasihmu?" Mateo menghentikan langkahnya seketika, meli

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18

Bab terbaru

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 40: Motor Bekas dan Renovasi

    Serina mematikan televisi tidak lama setelah siaran wawancara singkat usai. Dia tidak bisa memikirkan cara apa pun untuk mengorek informasi dari Lemuel, bahkan pria itu dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik.Stuart juga ada di sana, menyaksikan hal yang sama tadinya. Setelah selesai menonton, dia pun berkata, "Sekarang kau membuat orang-orang bersimpatik padanya. Apa sebelum mewawancarai, kau tidak memikirkan soal dia yang akan menjawab dengan sangat baik?"Ponsel Serina berdering. Dia mengangkat panggilan telepon begitu saja. "Halo?""Halo, Wartawan Serina."Serina seketika menjadi tegang saat mendengar suara di seberang sana. Dia melihat kembali sejumlah nomor tidak tersimpan yang ada dalam layar, tidak menduga kalau dia akan dihubungi oleh Lemuel."Anda pasti terkejut, karena saya menghubungi begitu tiba-tiba.""Ah, ya ... saya tidak pernah menduganya."Serina keluar dari ruangan, meninggalkan raut kebingungan di wajah Stuart. Dia mencari sudut yang aman untuk mereka bicara,

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 39: Tanya Jawab Singkat

    Serina mencebik, tidak suka dengan Stuart yang memberikannya pekerjaan secara tiba-tiba, bahkan dia tidak jadi ditraktir oleh Mateo, karena harus singgah ke Meteor Media untuk menyelesaikan beberapa hal."Aku sedang sibuk menyelesaikan proyek besar dan kau selalu menambah pekerjaanku. Bukankah gajiku yang sekarang tidak akan sepadan dengan kesetiaanku terhadap perusahaan ini?""Sibuk bagaimana? Kau belum memperlihatkan kemajuan apa-apa selama satu minggu ini," ucap Stuart.Serina mengernyitkan alis. "Itu karena kau terus-menerus memberikan pekerjaan yang begitu banyak padaku!""Kau yakin bukan karena Mateo yang harus melindungi sahabatmu? Mungkin kau perlu diingatkan pada tugasmu yang sesungguhnya yaitu mencari informasi mengenai pembunuhan yang melibatkan tuan Conor. Jangan sampai tujuanmu berubah arah menjadi yang lain."Stuart melemparkan dokumen yang dibacanya sejak tadi ke atas meja. "Kita tidak punya waktu untuk bermain-main, Serina," ucapnya, kemudian keluar dari ruangan.Serin

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 38: Menawan Hati

    Serina meletakkan kedua belah tangan di pinggang, menatap sepeda motor yang akhirnya menjadi pilihan. Dia sudah menghubungi sang sahabat untuk persoalan biaya dan sekarang sedang menunggu respons Hillary."Kau yakin dengan pilihanmu? Hillary tidak akan senang mendengarnya.""Yang aku perlukan hanyalah sepeda motor, mahal atau tidak bukanlah sesuatu yang harus dipusingkan. Selama mesinnya bisa berfungsi dengan baik, maka itu sudah cukup.""Tapi sekarang bukan mahal atau tidak mahal sebagai pilihanmu, tapi baru dan tidak baru. Bagaimana jika keputusanmu diubah? Kita akan membeli yang baru, bukan yang bekas."Tepat pada kalimat terakhir, Mateo menerima telepon. Dia melihat ke arah Serina yang menatap bingung padanya, lantas dia mengangkat panggilan tersebut."Halo?" Mateo berkata."Kau ingin agar aku berutang budi padamu sampai mati?"Serina mendengar suara sang sahabat dari ponsel Mateo. Dia melipatkan tangan di dada sambil berekspresi tidak peduli, sudah tahu kalau hal seperti ini akan

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 37: Keraguan pada Kotak Buttermilk

    Dua hari tersisa, Mateo hanya berjaga di sekitar The Pearl Villa. Hillary tidak mengerjakan aktivitas apa pun di luar kediaman selama memulihkan diri, mungkin benar-benar sudah memutuskan hidup dengan baik.Bahkan, akibat kondisinya yang buruk di pertengahan pesta kemarin, Hillary sampai memanggil dokter keluarga ke vila, hal yang sudah lama tidak dilakukan karena sebelumnya dia yang menghampiri sang dokter supaya meresepkan obat untuknya ketika usus buntu meradang.Mateo menoleh ke lantai dua, mendapati Hillary sedang berbicara dengan sang dokter. Saat ini dia mengambil waktu untuk merokok sebentar, tiba-tiba jadi terpikirkan mengenai hal apa yang akan dilakukannya setelah masa kerja menjadi pengawal selama satu minggu usai.Beberapa batang rokok habis bertepatan saat sang dokter muncul di lantai bawah, tampak sudah akan pergi. Mateo menoleh lagi ke arah jendela besar yang diketahuinya merupakan milik kamar Hillary. Wanita itu sedang melihat pula ke arahnya, langsung berpaling dan pe

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 36: Mengisi Kekosongan Perut

    Perkataan Mateo membuat mereka bertiga menjadi pusat perhatian. Nick agaknya merasa dipermalukan, citranya telah berubah menjadi orang yang sangat menjengkelkan.Hillary berpikir bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk berurusan dengan Nick. Dia segera menarik Mateo untuk pergi dari sana, selanjutnya sambil terhuyung-huyung berjalan ke sisi dinding.Hillary berusaha tetap berdiri tegak, berhenti sebentar untuk mengambil napas. Beberapa menit berlalu hanyalah waktu tanpa kata."Maaf, karena membawa urusan pribadi Anda ke tengah acara. Saya melihat bahwa Anda merasa tidak nyaman sejak tadi dan membutuhkan cara untuk pergi dari aula.""Kau tahu dari mana kalau Nick mengirimkan buket padaku setiap hari?""Sekretaris Anda berbicara mengenai buket yang dikirim setiap pagi oleh orang yang sama dan katanya Anda sering kali merasa jengkel. Saya melihat siapa pengirimnya untuk berhati-hati dengan orang itu suatu saat nanti. Ternyata pertemuan ditakdirkan begitu cepat. Saya berharap dia tidak

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 35: Pesta Pernikahan

    Sampai esok hari, Bellmira tetap mengeluhkan kesalahan sang kakak di matanya. Dia terus membuat pilihan antara Serina atau Hillary. Padahal, Mateo tidak memiliki hubungan istimewa apa-apa terhadap dua wanita itu."Mereka berdua adalah sahabat dekat yang aku dengar dari cerita kak Serina. Kakak seharusnya tidak memecah belah persahabatan mereka dengan mendekati keduanya sekaligus.""Aku tidak melakukan pekerjaan seperti itu. Berhentilah mengatakan yang tidak-tidak sebelum aku terlambat.""Memangnya Kakak akan ke mana?" Bellmira baru sadar akan setelan pakaian formal yang dikenakan kakaknya. "Dari mana Kakak mendapatkan pakaian itu?"Mateo sudah lama sekali tidak menatap dirinya dari atas sampai ke bawah. Ternyata rasanya tetap sama, tidak pernah terbiasa. Dia lebih menyukai baju kaos dengan jaket hoodie ketimbang kemeja dengan jas."Apa aku sudah terlihat rapi?" tanya Mateo.Bellmira menganggukkan kepala. "Pilihan yang sangat bagus. Itu cocok sekali dengan Kakak. Memangnya akan ke mana

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 34: Simpatik

    Hillary dapat merasakan kepedihan dari setiap perkataan yang didengar. Dia saja sangat sedih mengantarkan kepergian sang ayah, lebih menyakitkan lagi jika tidak ikut mengantarkan, karena itu adalah kali terakhir dari pertemuan. "Waktu yang baik untuk berjemur yaitu antara jam sembilan sampai sepuluh pagi. Saat itu gelombang sinar ultraviolet dari matahari sudah menjadi gelombang pendek yang aman untuk kulit. Sekarang sudah lewat dari waktu yang disarankan. Sebaiknya Anda duduk di golf cart agar tetap terlindungi," ucap Mateo, kemudian berlalu pergi. Hillary bergegas menaiki mobil golf kembali dan mengejar Mateo dengan itu. "Bukan hanya aku yang memiliki kulit. Kau tidak ingin naik juga agar kita bisa cepat sampai?" "Saya baru selesai berolahraga dan sangat berkeringat. Anda akan tidak nyaman nantinya. Lagi pula, berjalan adalah aktivitas yang sangat sehat. Saya menyarankan agar Anda sesekali berjalan ketimbang menyetir mobil." "Kau sedang mengkritik gaya hidupku?" "Saya hanya meny

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 33: Pagi Hari di Lapangan Hijau

    Hillary bangun dalam keadaan penuh kebingungan, seperti yang dia temukan ada sesuatu yang menempeli dahi. Ditambah wadah air yang terdapat di atas nakas membuat dia berpikir kalau hal buruk mungkin telah terjadi tanpa diketahuinya. Dia beranjak keluar kamar, turun ke lantai bawah dan langsung terkejut ketika menemukan sang paman. Pria yang berada di usia 40-an itu kini sedang mempersiapkan makanan di dapur. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau di balik kesibukan sebagai pebisnis, pamannya pandai memasak. "Bagaimana Paman tidak hidup sendiri kalau hal seperti memasak saja bisa ditangani dengan baik." Haidar menolehkan kepala, dia tertawa kecil. "Itu adalah gayamu, pertama memujiku, lalu memintaku untuk menikah. Duduklah dan habiskan makananmu." "Niatku tertebak." Hillary menarik kursi, duduk di sana dan berkata, "Kapan Paman tiba?" "Tadi malam. Sesaat berada di bandara,

  • Saya dan Miliarder Cantik   Bab 32: Paman Hillary

    Saat membuka pintu kabin, Mateo mendapati Hillary tengah tertidur pulas. Dia juga tidak ada niat membangunkan, jadi dia memutuskan untuk mengendarai mobil saja menuju The Pearl Villa.Sampai di sana pun Hillary tampak tidak terusik, bahkan ketika Mateo mencoba untuk membangunkan. Mau tidak mau Mateo harus membopong Hillary ke kamar, ditemani seorang pelayan wanita sebagai penunjuk jalan.Mateo membaringkan Hillary di tempat tidur, pelayan yang mengantarkan langsung membantu melepaskan sepatu pemilik rumah sebelum menyelimuti dengan baik. Mateo sendiri tahu kalau sudah saatnya dia pulang."Ayah ...."Suara itu berhasil menghentikan niat, Mateo dan sang pelayan memandang wanita yang tampak gelisah dalam tidur. Mateo tidak beranjak sampai pelayan tersebut mendekati Hillary dan mengatakan kalau sang majikan bukan hanya sekadar memanggil sang ayah."Suhunya sangat panas. Nona sepertinya terkena demam."Mateo ingat kalau mereka tadi berusaha mencari tempat berteduh.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status