"Dia? Tidak mungkin. Aku baru saja meneleponnya dan dia baru bangun," keluh Cyland.Lily bahkan tidak ingin mengatakan apa pun padanya. Seharusnya Cyland dari awal tidak datang!Lagi pula, kanibal itu bermulut manis."Dengar-dengar Sutradara Jimmy yang mentraktir semua orang sarapan. Dia berkata kalau kita datang latihan dari pagi dan takut belum sarapan, jadi dia menyuruh asistennya untuk mengirimkan makanan ini. Setiap ruang latihan ada bagiannya," jelas Cyland sambil makan. "Aku tidak menyangka kalau Sutradara Jimmy begitu perhatian."Lily tidak aneh dengan itu.Jimmy sudah begitu lama tinggal di Keluarga Purnomo dan dia bisa memenuhi keinginan mereka dengan baik, dengan dasar ini tentu saja dia bisa mendapatkan pengakuan di masyarakat."Oh ya, apa kamu dengar pembicaraan para staf?""Apa?""Sutradara Jimmy terkunci di sini kemarin malam.""Oh, aku belum dengar." Lily melanjutkan menyantap sarapannya dengan sikap tenang.Tadi Lily langsung pergi, juga karena takut kalau-kalau ada or
Setelah ditiup kencang oleh Cyland, Lily menutup matanya tanpa sadar."Sudah membaik?" tanya Cyland dengan gugup.Lily mengedip-ngedipkan matanya, sepertinya ... sudah hilang.Pada saat itu juga Lily tersenyum.Tiba-tiba, matanya tertuju pada pintu ruangan.Cyland juga melihat arah pandang Lily.Pada saat itu, dia melihat tim sutradara dan beberapa juri muncul di ambang pintu masuk ruang latihan.Lily dan Cyland segera menjauhkan diri mereka.Pada awalnya, mereka memang tidak memiliki hubungan khusus, tetapi tindakan ini malah memberikan kesan kalau ada sesuatu yang disembunyikan, seperti mencurigai ada sesuatu yang tidak diketahui.Seorang sutradara berkata dengan nada bercanda, "Lily dan Cyland begitu cepat akrab, ya.""Bukankah seharusnya kita bermain sebagai lawan?" jelas Cyland dengan cepat."Apa Stella belum datang?" Jimmy langsung mengalihkan pembicaraan.Tatapannya pun tidak terarah pada Lily.Lily mengira setelah Jimmy terkunci semalaman di sini, dia akan pulang dan beristirah
"Jangan menjebakku, aku hanya mengatakannya." Lily tidak akan mengatakan hal yang merugikannya sekarang. "Tapi aku benar-benar berpikir kalau Juri Garce memfokuskan dirinya pada dunia akting dan normal baginya untuk mengkritik orang yang tidak melakukannya dengan baik.""Lily Triadi, kamu sudah benar-benar berubah!" Cyland menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menghembuskan napasnya.Sebelumnya, Cyland pernah bertemu dengan Lily saat dia masih berada di puncak karirnya. Pada saat itu, Lily penuh dengan ambisi dan arogan.Sekarang ....Hampir saja Lily menulis kata-kata "penjilat" di dahinya....Satu minggu berlalu.Cintia membawa Erikson pergi ke Jakarta.Sebelum pergi, cinta kembali bertemu dengan Lily dan Laura.Lily terus saja menguap, terlihat begitu letih."Kamu lelah sekali, ya?" ucap Laura dengan pedih hati. "Jangan lakukan kalau terlalu berat.""Tidak bisa. Itu adalah satu-satunya kesempatanku untuk kembali. Aku sudah menunggunya dengan susah payah," tolak Lily dengan gugup. "
Setelah selesai makan, Cintia pergi ke Jakarta.Cintia tidak memberi tahu identitas sebenarnya pada Lily dan Laura karena merasa kalau hubungannya dengan tempat itu tidak begitu penting. Setiap kali Cintia ke sana, dia hanya bersedia untuk berbicara sebentar, tidak perlu ikut terlibat dalam kehidupan mereka. Bagi Cintia, kehidupan di sana hanyalah kewajiban yang harus dipenuhi, tidak perlu benar-benar menyatu dengan tempat itu.Sampai di Jakarta, masih saja terasa dingin.Namun, kali ini Cintia sudah bersiap-siap dan memakai pakaian yang cukup tebal.Willy datang menjemputnya.Setelah duduk di mobil. "Jangan berpikiran kalau kamu bisa membawa Erik untuk tinggal di hotel. Kakek sudah menyiapkan kamar untukmu, mendekorasinya, bahkan membersihkannya sebanyak tiga kali."Oke." Cintia tidak pernah sekali pun berpikir menelan omongannya sendiri.Omongan sudah dikeluarkan dan tidak bisa ditarik kembali.Sekali pun Cintia menolaknya dalam hati.Willy tidak memerhatikan Cintia lagi. Dia bertany
Cintia awalnya ingat saat dia keluar, tetapi dia benar-benar lupa karena sibuk.Cintia menghela napas.Sudahlah.Cintia akan beli obat tidur itu nanti.Cintia juga tidak ragu-ragu.Setelah merapikan kamarnya, seorang pelayan datang untuk memanggilnya dan Erikson untuk makan.Satu keluarga besar duduk bersamaan.Namun, di meja makan terasa begitu hening."Erik, kamu suka makan apa? Kakek Buyut akan menyuruh pelayan untuk mengambilkannya." Tuan Besar Ricky begitu antusias dengan Erikson.Dia benar-benar menyukai Erikson.Sesekali saat Erikson datang ke sini, Tuan Besar Ricky selalu menanyakan kabar dan memberikan perhatian padanya.Erikson juga dekat dengan Tuan Besar Frans, jadi dia sudah terbiasa menghadapi orang yang lebih tua."Terima kasih Kakek Buyut. Aku suka semua makanan ini. Seleraku dan Mami sama," ucap Erikson dengan cepat."Sama juga dengan nenekmu," ucap Tuan Besar Ricky dengan lembut.Semua orang tahu kalau dia masih mengingat ibunya Cintia.Saat ibunya kabur dari rumah, b
Willy bahkan terkejut.Bagaimana bisa Cintia menyukai hal kewanitaan seperti itu?Akan tetapi Willy tidak menolaknya, bahkan bertanya pada Erikson, "Kamu mau?""Boleh, cobain." Erikson mengangguk.Erikson tidak suka makan makanan ringan, lebih tepatnya dia tidak suka makanan luar. Namun karena itu adalah makanan yang maminya sukai, Erikson bisa mencobanya."Oke."Willy masuk ke kedai teh susu itu.Seorang pria keluar dari sana.Willy tertegun sesaat.Leon pun tertegun sesaat.Pada saat mereka kembali berjalan, Leon melihat Cintia dan Erikson yang ada di depan pintu.Cintia dan Erikson tentu saja melihat Leon juga.Erikson mengira tidak akan pernah bertemu dengan Leon lagi, tetapi kali ini saat melihatnya, Erikson tidak bisa menahan senang di hatinya dan dengan cepat memanggil, "Papi."Leon mengerutkan alisnya.Sudah dibilang, dia bukan papinya.Leon belum mengatakan apa pun.Gadis yang membawa segelas teh susu tadi berjalan ke arah Leon sambil tersenyum dan menggandeng tangannya dengan
Erikson terus menatap maminya, menatap ketenangan wajahnya. Erikson tidak tahu itu disengaja atau tidak."Mami, apa Mami marah?" tanya Erikson dengan hati-hati."Marah." Cintia mengangguk."Papi mungkin amnesia ....""Erik, dia bukan papimu. Lain kali, jangan panggil dia, tidak baik kalau menyebabkan kesalahpahaman" Cintia mengingatkan.Gadis itu tidak tahu orang yang dipanggil Erikson itu Leon.Kalau dia tahu, sulit untuk menjelaskannya."Oh." Erikson mengangguk."Alasan Mami marah, bukan karena Leon punya pacar. Aku sudah tahu dia punya pacar dari dulu. Apa yang membuatku marah, dari mana dia lebih tampan darimu?" Setelah mengatakan hal itu, Cintia merasa makin marah.Anak laki-lakinya jelas tak terkalahkan di dunia.Iya, Cintia mengakui kalau dia punya perspektif seorang ibu, tetapi dia tidak akan pernah mengakuinya saat Leon berkata kalau dia lebih tampan dari Erikson."Um .... Aku merasa kalau Papi, bukan, kalau Leon lebih tampan dariku." Erikson sedikit merona."Kenapa kamu meren
Saat melihat Cintia tidak merespons, gadis teh susu itu pun berkata dengan canggung, "Kak, apa kamu tidak mengingatku?"Apakah Cintia boleh berkata bahwa dirinya sedang tidak ingin berbicara?"Benar juga, Kakak begitu cantik, sedangkan aku biasa saja. Bagaimana mungkin kamu bisa mengingatku?" Gadis teh susu itu tersenyum dan memperkenalkan dirinya lagi, "Kemarin kita bertemu di toko teh susu di pasar malam. Kamu sedang menunggu orang di luar dan aku juga sedang menunggu orang."Dia berkata sambil tersenyum kepada Cintia.Cintia merasa agak tidak sopan jika sekarang dirinya bersikap cuek dengan orang asing ini.Dia pun tersenyum dan berkata, "Hmm, ingat.""Benarkah?" Gadis teh susu itu langsung tersenyum. "Aku senang sekali bisa diingat oleh wanita cantik."Cintia hanya tersenyum.Lalu, dia melihat Leon.Cintia melihat Leon berdiri di sebelah gadis itu sambil menatapnya.Apakah dia takut gadis itu mengatakan sesuatu yang salah?Jangan khawatir.Meskipun dia sangat membenci Leon, dia tid
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug