"Starvy, hal yang harus kamu lakukan sekarang adalah bekerja sama dengan polisi, akui semua kesalahanmu. Mungkin kamu bisa mendapatkan keringanan hukuman beberapa tahun." Cintia memberikan nasihat yang berguna.Bisa dibilang itu adalah rasa kasihan terbesar yang bisa Cintia berikan demi hubungan darah selama bertahun-tahun."Tapi, keluar pun apa gunanya? Aku direndahkan, dihina, dipukuli dan diteriaki orang-orang seperti tikus di jalanan, bukan?" Air mata Starvy menggenang di matanya.Kesedihannya muncul secara spontan.Cintia tetap tidak bergeming."Cintia, apa kamu tahu keinginan terbesarku di hidup ini?""Aku tidak ingin tahu.""Keinginan terbesarku adalah menginjakmu dan membuat semua Keluarga Dijaya membungkuk menghormatiku.""Setidaknya kamu sudah pernah mengalaminya.""Tidak, aku tidak pernah bisa menginjakmu! Benar, aku cemburu denganmu. Sejak kecil, aku selalu cemburu padamu! Dari pertama kali aku melihatmu, kamu lebih cantik dariku. Kamu terlahir di keluarga berada, kamu memi
Tiga tahun berlalu.Kota Bandung masih saja ramai.Dijaya Grup, rapat dewan perusahaan.Cintia duduk di tengah-tengah.Raut wajah Jacob yang duduk di sebelah Cintia terlihat suram.Siapa yang menyangka kalau tiga tahun yang lalu, setelah Starvy dijatuhi hukuman penjara, dia mengalihkan seluruh sahamnya pada Cintia tanpa syarat.Cintia tidak membantu Starvy mengajukan banding dan Starvy pun tidak dihukum mati. Dia hanya dijatuhi hukuman 7 tahun penjara.Tentu saja ....Cintia pun tidak menolaknya.Toh, lebih baik jatuh ke tangannya dari pada jatuh ke tangan Jacob.Saat Jacob mengetahui semua saham sudah diberikan kepada Cintia, dia sangat marah hingga tekanan darahnya meninggi dan hampir saja pingsan di tempat.Starvy mungkin saja akan terus memegang kendali dan menjatuhkan Dijaya Grup, akan tetapi Jacob tidak pernah mengira kalau Starvy akan memberikannya pada Cintia.Bukankah Cintia adalah orang yang paling dibenci Starvy?Pada saat itu juga, Jacob baru menyadari kalau dia salah mengk
Jocob tidak punya posisi apapun lagi setelah dia bukan CEO di perusahaan Dijaya Grup, tetapi Jacob berkolaborasi dengan para dewan direksi yang lain untuk memaksa Cintia memberikan jabatan Manajer Umum padanya. Alasannya karena Jacob selama ini yang mengurus perusahaan, lagi pula Cintia sudah jarang datang ke perusahaan. Mereka tidak mau merekrut Manager Umum dari luar perusahaan selain Jacob.Cintia tidak menolak dan tidak ada alasan untuk menolaknya juga.Karena Jacob masih memegang sebagian besar saham Dijaya Grup, tentu saja, apabila Jacob yang mengurus perusahaan pasti akan lebih optimal lagi.Akan tetapi, semua ini hanya pemikiran Cintia saja, kemampuan Jacob saat ini memang belum cukup untuk mengemban tugas ini."Iya," jawab Jacob.Jacob selama ini tidak pernah menghormati dan selalu bersikap seenaknya pada Cintia, tanpa melihat situasi di mana pun atau kapan pun, meski itu rapat kecil ataupun rapat besar."Dibanding dengan bulan lalu, target KPI kalian menurun sampai 3% lagi. S
"Tentu saja untuk memotivasi para pimpinan," kata Jacob dengan sangat yakin. Lagi pula para pimpinan yang memangku jabatan ini pasti akan memihak padanya. Jacob melakukan semua itu untuk mengambil hati para pimpinan agar mereka bisa bekerja dan setia pada Jacob. "Orang yang menduduki posisi pimpinan pasti jabatannya sudah tinggi, aku juga tidak akan menjelaskan secara detail lagi. Kita semua pasti tahu, di dunia ini ada yang dinamakan prinsip pareto. bisa dikatakan 20% orang memegang peran di dunia ini menghasilkan sebanyak 80% keuntungan! Aku hanya mengikuti aturan itu saja."Cintia tertawa.Kata-kata Jacob seperti sangat bermartabat dan jujur.Jangan pikir Cintia tidak tahu niat Jacob berbuat seperti itu hanya ingin menarik hati para pimpinan untuk memperkuat kekuasaannya di perusahaan. Meski semua saham perusahaan Dijaya Grup ada ditangan Cintia pun, asalkan Jacob bisa mengambil hak kekuasaan Dijaya Grup erat-erat. Lebih jelasnya, Jacob masih berperan penting di Dijaya Grup Benar-b
Kenyataannya, para pimpinan di Dijaya Grup tidak bisa berbuat apa-apa.Raut wajah dewan direksi tadi mulai tampak masam."Kamu jangan membuat kita menerka lagi, katakan kamu ada ide cemerlang apa!" kata dewan direksi dengan muka masam."Sangat mudah. Kenaikan gaji 5% sampai 10% dilihat dari kinerja para pimpinan, yang artinya, asalkan mereka mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, aku akan memberikan maksimal 10% sebagai imbalannya, tapi kalau mereka tidak bisa mencapai target kinerjanya, maka gaji mereka harus dipotong sesuai dengan ketentuan awal 5% sampai 10% juga," jawab Cintia dengan pelan dan tegas.Setelah Cintia mengatakannya, semuanya tentu tidak setuju.Cintia juga tidak memberi mereka kesempatan untuk berbicara, "Apa yang tadi Pak Jacob sampaikan aku sangat setuju sekali. Kalau hanya mengatakan mengakui mereka tanpa bukti, aku rasa tidak ada artinya. Apabila mau diakui, harus ada pembuktiannya juga. Lagi pula, yang bisa aku pikirkan perbedaan para pimpinan dan karyawa
Setelah meninggalkan Dijaya Grup, Cintia langsung masuk ke mobil pribadi Galaksi Grup.Marcel melaporkan rencana jadwal selanjutnya, "Bos, 30 menit lagi akan ada rapat dewan direksi di Galaksi Grup, rapat akan selesai sekitar puku 11.20. Pukul 13.30 siang hari ada wawancara majalah tentang keuangan. Pimpinan redaksi akan langsung melakukan wawancara di dalam ruanganmu. untuk waktu wawancara, kita telah memberitahu mereka dan hanya meluangkan waktu 40 menit saja.Pada pukul 15.08 bos ada acara pemotongan pita atas peresmian Luks, merek mewah kelas atas Galaksi Grup di Sentul Internasional mal, selanjutnya akan ada acara siaran langsung yang mengharuskan bos ikut serta, juru rias akan tiba di kantor 30 menit sebelumnya untuk merias bos. Pukul 18.00 akan ada perjamuan makan malam, Departemen Relasi telah diberitahu untuk menemani bos."Cintia melihat pemandangan di luar jendela mobil dan hanya diam mendengar Marcel berbicara."Besok, bos dinas ke Jakarta dan aku sudah menunda semua jadwal
Cintia sambil minum air madu sambil melihat tulisan tangan Erikson yang penuh perhatian terhadap dirinya.Selama tiga tahun ini, Erikson bagaikan pemanas yang selalu menghangatkannya dan selalu menjaganya.Jelas-jelas Erikson masih kecil, malah sekarang sikapnya seperti orang dewasa saja.Setelah Cintia meminum air madu, dia juga membawa susu hangat itu ke atas. Setelah sampai di depan pintu kamar Erikson, Cintia sedikit ragu, tetapi dia tetap masuk ke dalam kamar Erikson.Erikson jelas sudah tertidur dengan lelap. Lagian, di sekolah Erikson pasti sangat aktif dan banyak menguras tenaga.Cintia mendekatkan tubuhnya dan memberi ciuman hangat di kening Erikson.Kalau tidak ada Erikson, Cintia juga tidak tahu apakah 3 tahun ini dia bisa bertahan atau tidak.Cintia juga tidak berani menjamin, 3 tahun mendatang atau 30 tahun mendatang, apakah dia sanggup bertahan.Tidak tahu kenapa seiring dengan berjalannya waktu, kerinduan Cintia pada Samuel makin dalam.kedalamannya sampai menembus ke da
"Tunggu aku kembali, aku akan menghubungi nenek Nini untuk mencocokan jadwal kita," jawab Cintia."Baiklah. Mami aku sudah selesai sarapan, aku berangkat ke sekolah.""Aku akan mengantarmu," ucap Cintia sembari meletakkan peralatan makan di piringnya. "Mami tidak istirahat lagi? Semalam Mami pasti minum banyak, 'kan?" tanya Erikson sambil mengerutkan keningnya."Aku telah minum air madu dan susu yang telah kamu tinggalkan untukku, mabukku sudah hilang entah ke mana," canda Cintia. "Terima kasih sayangku."Erikson sedikit tersipu malu.Sudah bertahun-tahun, Erikson masih belum bisa mengubah sifat pemalunya itu.Bagaimana ke depannya kalau sudah punya pacar?Cintia mengantar Erikson ke sekolah, melihat Erikson yang mulai besar dan bertubuh tinggi masuk ke dalam sekolah, Cintia merasa gejolak emosinya meningkat. Cintia merasa, mungkin dia sudah terlalu lama tidak berkonsultasi dengan psikiater.Cintia meminta sopir untuk mengantarnya ke klinik swasta."Cintia," sapa Lukman pada Cintia.
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug