Mengapa tidak mengungkapkan perasaannya jika menyukainya?"Setelah itu, aku terus berada di luar negeri, waktu kembali makin sedikit. Selain itu, Yulia selalu berada di sisiku. Sejujurnya, ada waktu di mana aku tidak bisa membedakan perasaanku sendiri.""Jadi, kamu pernah memiliki perasaan untuk Yulia?" Saat menyebutkan Yulia, Cintia tidak dapat menahan getaran di bagian dadanya.Dia benar-benar benci wanita itu."Tidak. Saat aku kembali pada usia 20 tahun dan bertemu denganmu lagi di bar, aku begitu yakin perasaanku terhadapmu dan terhadap Yulia sangat berbeda. Yulia hanyalah pertemuan yang sesuai kasta dan didikan yang aku terima sejak kecil membuat aku memaksakan diri untuk menerimanya. Tapi, semua pemaksaan itu menjadi abu begitu aku bertemu denganmu. Perasaanku padamu dan padanya benar-benar berbeda dan itu tidak dapat dikendalikan."Cintia menggigit pelan bibirnya.Dia benar-benar tidak menyangka Samuel telah menyukainya begitu lama, menyimpan perasaan itu sendiri selama bertahun
Mobil tiba di tujuan.Mereka berhenti di luar pabrik tua yang sudah kosong di kawasan industri, sekitar 200 meter dari tempat itu.Mereka tidak berani terlalu dekat, takut ada yang menyadari kehadiran mereka.Namun, mereka juga tidak terlalu bersembunyi, karena Yulia-lah yang ingin mereka datang.Yulia memang sengaja ingin memancing untuk masuk.Saat ini pukul 12 malam tepat.Masih ada satu jam sebelum batas waktu Yulia.Samuel keluar dari mobil.Cintia mengikutinya turun dari mobil.Samuel menoleh dan melihat Cintia sekilas, tanpa berkata apa-apa dan menuju pabrik tua yang kosong, dengan hanya membawa dua pengawal.Baru beberapa langkah mereka berjalan, tiba-tiba Cintia memeluk Samuel dari belakang.Samuel terkejut sejenak."Cintia?" Suara Samuel begitu rendah dan terdengar sedikit serak."Samuel, apakah aku belum pernah memberitahumu, kalau aku mencintaimu?" ujar Cintia dengan serius dan tenggelam di belakang Samuel.Samuel merasakan kekakuan di tenggorokannya dan membalas dengan lem
...Samuel masuk ke dalam pabrik tua itu. Dia juga tidak terlalu bersembunyi.Menyadari ada cahaya redup di dalam pabrik, itu berarti Yulia ada di dalam sana.Ketika Samuel masuk, Yulia duduk di kursi tua, seolah-olah menunggu kedatangannya.Melihat Samuel muncul, Yulia sama sekali tidak terkejut.Yulia merasa yakin Samuel pasti bisa menemukannya, bahkan tidak memikirkan kemungkinan gagal ditemukan.Padahal Yulia sudah memutuskan, akan memotong satu jari untuk diberikan kepada Samuel dan Cintia.Namun.Yulia menyipitkan matanya.Tidak melihat kemunculan Cintia membuat Yulia merasa agak tidak senang.Kenapa Cintia membiarkan Samuel menanggung semua ini sendirian?Cintia-lah yang merupakan dalang utama.Cintia yang seharusnya mendapat pembalasan.Saat ini, Yulia tetap tenang, matanya terus menatap lurus ke arah Samuel, ekspresinya tersenyum dengan kemenangan.Samuel juga tidak mengatakan apa pun.Dia memeriksa segala sesuatu di sekitarnya dengan tenang.Selain Yulia, ada tiga pengawal, d
"Ya," Samuel mengakui dengan lugas. "Bagi aku, Cintia yang paling penting.""Mengapa, mengapa dia bisa begitu dicintai olehmu? Mengapa aku tidak bisa? Aku telah berada di sisimu begitu lama, aku bahkan rela mengorbankan harga diriku untukmu. Apa yang kurang dariku dibandingkan dengan Cintia? Apa yang kurang dariku dibandingkan dengannya?" Yulia berteriak histeris.Yulia sungguh tidak paham.Bahkan, walaupun mati, dia tidak akan bisa paham kenapa dia kalah."Mencintai seseorang tidak perlu alasan. Mencintai dengan alasan berarti itu bukan cinta." Samuel tetap tenang, bahkan setelah melihat reaksi Yulia. "Aku hanya bisa memberitahumu, aku tidak bisa hidup tanpa Cintia!""Tidak bisa hidup tanpa Cintia ...." Yulia tertawa.Tertawa seperti wanita gila."Bagaimana jika aku katakan, seumur hidupku, aku tidak akan membiarkanmu bersama dengan Cintia?""Mencintai seseorang tidak selalu berarti harus memiliki. Yulia, aku hanya bisa mengatakan cintamu benar-benar terlalu egois," kata Samuel dengan
Mereka dijodohkan hanya karena kepentingan bersama.Sama sekali tidak ada perasaan tulus dalam hubungan mereka.Ketika menghadapi masalah, satu-satunya yang mereka pikirkan adalah bagaimana menyelamatkan diri sendiri.Seperti kali ini, karena bukti langsung menunjuk pada Yulia dan saudaranya, maka merekalah yang harus menanggung beban ini, sementara kakek dan orangtuanya akan berusaha keras untuk menyelamatkan diri.Inilah realitasnya.Realitas keluarga.Oleh karena itu, Yulia benar-benar yakin dalam keadaan terdesak, Samuel benar-benar akan meninggalkan Erikson.Itulah yang terjadi seperti yang diucapkan Samuel.Dia bisa memiliki banyak anak dengan Cintia.Suatu hari, Erikson akan dilupakan di dunia mereka.Sementara dalam upaya balas dendam kali ini, Yulia sama sekali tidak mendapatkan keuntungan apa pun, malah harus mengorbankan dirinya sendiri.Samuel berbalik dan menatap Yulia.Yulia melihat Samuel dengan tajam dan berkata dengan nada sindiran. "Apa kamu menyerah?" Yulia masih ti
Benar.Cintia terus menunggu di luar.Dia tahu seharusnya dia tidak muncul di sini. Dia seharusnya sepenuhnya percaya pada Samuel, percaya kalau pria itu bisa menyelamatkan Erikson dari situasi ini.Namun ....Cintia tidak sebegitu tenang seperti yang dirinya bayangkan. Terhadap dua orang yang paling berarti baginya, dia tidak bisa tinggal diam dan tidak melakukan apa-apa.Jadi, Cintia tetap memilih untuk masuk.Di bawah ancaman jahat Yulia, Cintia masuk.Cintia melihat kekhawatiran di mata Samuel, melihat ketakutan di mata Erikson, melihat kepuasan di mata Yulia.Jika bisa menyelamatkan mereka, sebenarnya Cintia rela.Cintia berjalan mendekati Samuel."Maafkan aku." Cintia meminta maaf.Samuel langsung panik.Samuel bukan marah karena Cintia telah mengganggu rencana awalnya.Samuel khawatir Cintia akan melakukan sesuatu seperti membuat pilihan!Cintia adalah wanita yang cerdas, dia pasti sudah menebak niat Yulia saat wanita jahat itu memintanya masuk."Lihatlah, semua orang sudah hadi
Meskipun perasaan kehilangan terasa kuat, namun akal sehat memberitahu Cintia saat ini bukanlah waktu yang tepat.Cintia pun berbisik di telinga Erikson, "Jangan peduli apa pun, jangan menoleh ke belakang. Segera keluar dari ruangan ini dan carilah Marcel di luar."Erikson menatap Cintia.Cintia memberi anaknya pandangan yang tegas.Lalu, Erikson langsung berlari ke arah pintu.Wajah Yulia menjadi suram.Baru saja hendak berbicara, Cintia berdiri dan berkata, "Aku dan Samuel masih di sini. Apakah itu tidak cukup?"Tatapan Yulia dingin, melihat Erikson meninggalkan ruangan begitu saja.Namun, ini juga benar.Tujuan Yulia menangkap Erikson hanya untuk memancing Samuel dan Cintia.Bagi Yulia, apakah Erikson hidup atau mati sama sekali tidak penting.Bagaimanapun, Yulia sendiri tidak pernah berpikir untuk tetap melanjutkan hidup.Dia sama sekali tidak peduli apakah Erikson, setelah tumbuh dewasa, akan membalas dendam untuk orangtuanya atau tidak.Dia hanya membiarkan Erikson pergi.Namun,
"Kamu pikir aku akan setuju dengan permintaanmu?" tanya Yulia kepada Cintia."Kamu tidak punya alasan untuk menolak," tegas Cintia."Heh." Yulia tertawa dingin. "Pantas saja Samuel begitu menyukaimu, begitu terpesona padamu. Jika bukan karena kehadiranmu, aku dan Samuel tidak akan berakhir seperti ini. Keluarga kami tidak akan menjadi terpuruk seperti ini! Apa yang kamu katakan benar, Cintia. Kamulah biang keroknya, aku memang tidak punya alasan untuk menolakmu.""Kalau begitu, lepaskan Samuel, aku akan mati bersamamu," tegas Cintia."Tapi, aku tidak akan melakukannya!" balas Yulia.Wajah Cintia menjadi serius."Apa pun yang ingin kalian lakukan, aku tidak akan membiarkan kalian mendapatkannya! Aku akan membuatmu melihat kematian Samuel dengan mata kepalamu sendiri, membuatmu menyesal seumur hidup. Terkadang, hidup memang lebih menyakitkan daripada mati. Benar 'kan, Cintia?" tanya Yulia dengan penuh kelicikan."Bukan. Waktu bisa melupakan segalanya. Saat ini aku mencintai Samuel. Aku a
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug