"Kamu pikir aku akan setuju dengan permintaanmu?" tanya Yulia kepada Cintia."Kamu tidak punya alasan untuk menolak," tegas Cintia."Heh." Yulia tertawa dingin. "Pantas saja Samuel begitu menyukaimu, begitu terpesona padamu. Jika bukan karena kehadiranmu, aku dan Samuel tidak akan berakhir seperti ini. Keluarga kami tidak akan menjadi terpuruk seperti ini! Apa yang kamu katakan benar, Cintia. Kamulah biang keroknya, aku memang tidak punya alasan untuk menolakmu.""Kalau begitu, lepaskan Samuel, aku akan mati bersamamu," tegas Cintia."Tapi, aku tidak akan melakukannya!" balas Yulia.Wajah Cintia menjadi serius."Apa pun yang ingin kalian lakukan, aku tidak akan membiarkan kalian mendapatkannya! Aku akan membuatmu melihat kematian Samuel dengan mata kepalamu sendiri, membuatmu menyesal seumur hidup. Terkadang, hidup memang lebih menyakitkan daripada mati. Benar 'kan, Cintia?" tanya Yulia dengan penuh kelicikan."Bukan. Waktu bisa melupakan segalanya. Saat ini aku mencintai Samuel. Aku a
Pada akhirnya, Yulia malah harus menyaksikan mereka berdua saling mengorbankan hidup?"Cintia, tidak perlu banyak bicara lagi. Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu hanya ingin memprovokasiku untuk membuatku melepaskan Samuel dan memilih mati bersamamu? Aku memberitahumu, itu tidak mungkin! Bagaimanapun, terlepas dari seberapa memuaskannya balas dendam terhadap Samuel setelah kamu mati, terlepas dari apakah kematianmu adalah hasil terbaik bagiku, aku tidak akan pernah meninggalkan Samuel! Ya, seumur hidupku, aku tidak akan pernah meninggalkannya! Meskipun aku mati, aku juga akan mendapatkannya!"Yulia akhirnya mengungkapkan tujuannya.Dasar dari semua balas dendam Yulia adalah untuk mendapatkan Samuel.Saat masih hidup, Yulia tidak bisa mendapatkan Samuel. Jadi saat mati, dia akan bersama dengannya.Tidak peduli seberapa besar usaha Cintia, itu tidak ada gunanya.Satu-satunya orang yang akan dipilih oleh Yulia hanyalah Samuel, bahkan dia tidak akan membiarkan Cintia ikut mati.Hanya de
Yulia membawa Samuel keluar dari pintu belakang pabrik tua.Cintia sontak ingin mengikuti mereka."Jangan ikut!" teriak Yulia dengan marah.Hati Cintia langsung hancur berkeping-keping. Langkahnya pun terhenti sejenak."Jangan lagi mengganggu aku dan Samuel! Cintia, kamu sama sekali tidak pantas! Pergi!" bentak Yulia.Cintia menggigit bibirnya.Dia melihat ke arah Samuel.Pandangan Samuel juga memperingatkannya untuk tidak mengikuti.Pandangan Cintia menjadi kabur.Apakah ini akan menjadi pandangan terakhir untuk selama-lamanya?Samuel mengikuti Yulia.Melihat sosok mereka yang benar-benar menghilang, Cintia akhirnya tidak tahan dan mengejar mereka.Pintu belakang pabrik sudah terkunci dari belakang, tidak peduli seberapa keras dia mencoba, Cintia tidak bisa membukanya.Cintia tidak berani berhenti. Dia segera berbalik keluar.Marcel di luar juga merasa panik.Melihat Cintia keluar, dia buru-buru mendekat, "Bos Cintia."Marcel terus di luar bersama Erikson dan menjaga anak bosnya."Mam
Cintia berlari ke arah dermaga sekuat tenaga.Begitu tiba di tepi laut, Cintia melihat kapal pesiar putih itu sudah sangat jauh.Tidak.Cintia langsung lemas melihat kapal pesiar yang makin menjauh, memandangnya di bawah cahaya malam. Di atas permukaan laut yang bergelombang, kapal itu makin menjauh dari dirinya.Dia tahu Samuel dan Yulia berada di kapal itu.Dia tidak tahu bagaimana Yulia akan mengakhiri hidupnya dan Samuel, dia tidak tahu ...."Kaboom ...."Tiba-tiba, suara ledakan keras pecah di tengah keheningan.Kapal pesiar itu tiba-tiba meledak.Seolah-olah ada matahari yang muncul di tengah cakrawala.Tidak.Cintia melihat kapal yang meledak di depan matanya dengan tatapan tidak percaya, melihat kapal terbakar di bawah gelapnya malam.Tanpa ragu, dia langsung melompat ke laut.Siapa tahu.Siapa tahu, Samuel mungkin masih bisa selamat.Mungkin saja Samuel terlempar keluar dari kapal pesiar dan jatuh ke laut karena ledakan, mungkin saja Cintia masih bisa menemukannya dan menyelam
Cintia meninggalkan laut itu.Dia meninggalkan laut itu, tempat dia kehilangan orang yang paling dicintainya.Dia kembali ke sisi Erikson.Erikson terus menunggunya.Tubuh kecilnya berdiri di bawah cahaya malam, tidak menangis dan rewel, hanya menunggu dengan tenang.Saat itu, Cintia berpikir, bagaimana jika Erikson tidak berhenti menunggu dirinya?Jika Cintia benar-benar memilih untuk mengakhiri hidupnya, apa yang akan terjadi pada Erikson?Rasa bersalah di hatinya, dicampur dengan kesedihan besar, membuat Cintia pada saat itu hampir tidak dapat bertahan.Dia merasa seolah-olah dunianya menjadi gelap.Seluruh tubuhnya seakan-akan jatuh ke dalam lubang hitam ....Dia mengigit bibirnya dengan keras, memaksa dirinya untuk tetap kuat.Dia masih memiliki Erikson.Dia tidak kehilangan segalanya ....Dia melihat Erikson yang sama seperti dirinya, yang terus menahan tangis.Melihat wajah kecilnya yang kuat seperti Samuel.Cintia berkata, "Erik, Papi tidak akan kembali lagi."Erikson menganggu
Jasad Yulia juga tidak ditemukan.Mungkin benar-benar hancur oleh bom, lenyap tanpa bekas.Polisi menyerah.Tuan Besar Frans juga menyerah.Cintia juga menyerah.Bagi mereka, tidak menemukan jasad mungkin menjadi suatu bentuk penghiburan.Mereka selalu merasa mungkin dia masih hidup.Mungkin masih ada keajaiban.Pada hari ini, Tuan Besar Frans pergi ke luar negeri.Minggu depan, Jimmy akan menjalani operasi.Masih ada risiko besar.Namun, jika tidak melakukan operasi, risiko akan lebih besar.Jika operasinya tidak berhasil, Jimmy mungkin akan meninggal di meja operasi.Cintia mengantarkan Frans ke bandara.Nini dan Tammy juga ikut.Tentu saja, Erikson juga ada.Tuan Besar Frans tiba-tiba terlihat jauh lebih tua dalam waktu singkat.Dia tidak pernah menyangka begitu banyak peristiwa yang mengguncang selama beberapa bulan terakhir.Berulang kali, orang berambut putih mengantar pergi orang berambut hitam."Ayah, biar aku yang menemanimu ke luar negeri. Kamu tidak boleh pergi sendirian. Ji
Setelah berpisah dengan Nini ....Cintia membawa Erikson pergi ke pusat penahanan.Starvy juga ikut terbawa masalah Keluarga Tambunan dan menunggu pemeriksaan pengadilan.Tentu saja bukan hanya sanksi hukum, reputasi Starvy pun benar-benar hancur. Serangan dan makian jahat para media padanya sudah cukup membuat Starvy ingin mati.Starvy pantas menerima balasan seperti ini.Cintia sama sekali tidak mengasihaninya.Dia pun datang ke sini bukan atas keinginannya sendiri.Sebaliknya, pusat penahanan yang menelepon Cintia berkali-kali, mengatakan kalau Starvy ingin bertemu dengannya.Kantor kejaksaan pun menelepon Cintia, mengatakan kalau satu-satunya syarat Starvy bekerja sama dalam penyelidikan adalah Cintia pergi mengunjunginya.Beberapa kali Cintia memilih untuk menolak.Gangguan ini telah mengakhiri masalah.Cintia tidak ingin siapa pun mengganggu hidupnya dan Erikson lagi.Benar ....Cintia sudah menerima kenyataan di mana Samuel sudah tidak ada lagi dan dia harus memulai hidup yang b
"Tuan Jacob." Cintia sungguh merasa kalau Jacob tidak berhak menjadi seorang ayah.Raut wajah Jacob berubah suram.Panggilan Cintia membuatnya marah."Baru saja kamu berkata kalau Starvy sudah memutuskan hubungan ayah dan anak denganmu. Apa hakmu meminta saham Dijaya Grup yang dia punya?""Saham itu awalnya punyaku!" ucap Jacob dengan jujur."Kalau itu punyamu, tidak mungkin ada di tangan Starvy. Kamu sudah berumur, jangan terlalu tidak tahu malu!""Kamu!" Jacob mengangkat tangannya, ingin menampar wajah Cintia.Erikson langsung melindungi Cintia di belakangnya.Raut wajahnya yang kecil dipenuhi dengan amarah. "Aku tidak akan membiarkanmu memukul Mami!"Hati Cintia menghangat.Padahal semua adalah keluarga.Namun ada beberapa orang yang tidak layak menjadi keluarga.Cintia mengelus muka kecil Erikson dan tersenyum. "Jangan takut, dia tidak akan berani memukul Mami."Jacob memang tidak berani memukul Cintia.Cintia masih membuat Jacob merasa takut.Bagaimanapun, Jacob kehilangan banyak
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug