"Jadi, dia suka tipe seperti apa?""Tidak penting, intinya Doni tidak akan menerimamu. Kalau kamu tidak ingin terluka, atau berakhir dengan sangat memalukan, aku sarankan kamu pulang dan memberi tahu ibumu kalau kamu tidak memiliki perasaan untuk Doni. Biarkan ibumu melupakan rencana ini," ujar Jimmy dengan dingin.Air mata mulai mengaburkan mata Tammy.Tammy baru saja masuk ke dalam lingkungan ini, dengan susah payah membangkitkan keberanian untuk melangkah maju.Berteman adalah langkah pertamanya.Namun, Jimmy menghalangi jalan Tammy dengan tegas."Tapi, aku tidak ingin membuat ibu sedih. Dia juga melakukan ini demi kebaikanku," ucap Tammy dengan nada sedih."Perasaan tidak diciptakan untuk orang lain.""Tapi aku ingin membuatnya bahagia ....""Kamu mau terkenal?" tanya Jimmy kepadanya.Tammy memandang Jimmy dengan heran.Tammy bisa merasakan kedinginan Jimmy padanya.Pada saat ini, kata-kata yang diucapkan Jimmy tanpa ada perasaan sedikit pun."Jika kamu membuang niatmu terhadap Don
Doni bertanya kepada Jimmy.Bagaimanapun, Jimmy ada hubungan keluarga dengan Samuel, pastinya Jimmy tahu lebih banyak."Mungkin bukan, tapi juga sulit untuk dikatakan," pikir Jimmy saat menjawab.Mengingat beberapa hari yang lalu dirinya dijebak oleh Cintia dan akhirnya tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan Samuel padanya, itu membuat Jimmy merasa bersalah.Tidak tahu bagaimana keadaan Cintia di Kota Medan sekarang.Memang, sejak pergi beberapa waktu yang lalu, Cintia belum kembali.Samuel juga belum kembali.Meskipun tidak terlalu jelas tentang situasi di Keluarga Tambunan, Jimmy merasa situasi di sana sangat tegang."Di antara kita, sejak kecil, Samuel yang paling pintar, paling tampan dan memiliki prestasi terbaik. Tapi akhirnya, hidupnya lebih sulit daripada siapa pun," keluh Doni, "Apakah ini karena makin kuat, tanggung jawabnya makin besar?""Urusi saja dirimu sendiri," kata Steven kepada Doni, "Orang-orang seperti kita yang hanya hidup tanpa tujuan, bagaimana bisa memaha
"Jadi lantai berapa?" tanya Jimmy.Jimmy juga tahu di antara pasangan, bahkan jika tidak melakukan apa-apa, tetap akan sangat senang jika ada yang menemaninya."Lantai dua puluh tiga," jawab Doni.Jimmy menekan tombol lift.Sesampai di tujuannya, Jimmy membantu Doni keluar dan berjalan menuju sebuah pintu besar.Awalnya, Jimmy ingin meninggalkan Doni dan pergi, tetapi saat ini Doni benar-benar tidak bisa berdiri. Jika dilepaskan, Doni mungkin akan terjatuh ke lantai.Jimmy menggertakkan giginya dan menekan bel.Pintu segera terbuka.Tampaklah sebuah wajah yang cerah dan menawan.Wanita itu mengenakan sepotong gaun ketat yang memikat.Sekilas seperti semuanya terlihat, namun seperti tidak juga.Sesuatu yang berada begitu dekat, tetapi seolah-olah menjauh.Awalnya, wajah Lily penuh kebahagiaan, tetapi ketika melihat Jimmy, ekspresi Lily menjadi kaku.Bertemu dua kali dalam satu malam.Lily tidak tahu apakah ini bisa dibilang sebagai nasib malang atau bukan.Jimmy mengalihkan pandangannya
Setelah Jimmy menerima tawaran Lily, Lily tidak bereaksi untuk waktu yang agak lama.Jadi.Sebenarnya Lily hanya asal menawarkan.Namun, Jimmy malah benar-benar menerima tawaran Lily.Jimmy menundukkan pandangan matanya, dan hendak berbicara."Aku akan mengisi air untukmu." Ujar Lily sambil turun dari tempat tidur.Lily berjalan melewati Jimmy, masuk ke kamar mandi di luar dan mengisi air bak untuk Jimmy.Setelah mengisi air, Lily kembali ke kamar tidur dan mencari baju tidur dan celana pendek pria.Doni tidak meninggalkan pakaian di sini, karena pria itu tidak pernah menginap di sini.Lily berpikir kalau malam ini mungkin Doni akan menginap, jadi saat pergi membeli gaun satu tali, Lily juga membeli baju tidur pasangan serta dua celana pendek untuk Doni.Lily keluar dan berkata pada Jimmy, "Pakailah baju tidur dulu.""Terima kasih."Setelah memberikan pakaian pada Jimmy, Lily berjalan pergi melewati sampingnya.Kemudian, Lily masuk ke kamarnya sendiri.Jimmy melihat Lily membungkukkan
Pada saat memberikan pengering rambut, kedua tangan mereka dijulurkan pada jangkauan pandangan yang sama.Lily melihat ke bawah pada baju tidur yang dirinya kenakan dan baru menyadari kalau dirinya memakai baju tidur yang berpasangan dengan milik DoniBerpikir kalau setelah malam ini, mereka pasti akan mengenakannya bersama, jadi Lily hanya meletakkannya di kamar mandi dan langsung menggantinya tanpa berpikir banyak.Dulu, Lily benar-benar bermimpi untuk bisa tinggal di bawah satu atap dengan Jimmy dan mengenakan pakaian yang sama. Sesuatu yang begitu diinginkannya namun selalu sulit dicapai ini malah menjadi kenyataan setelah dirinya sepenuhnya menyerah.Sepertinya Tuhan senang bercanda dengannya.Lily memberikan pengering rambut pada Jimmy tanpa mengatakan apa-apa.Sebenarnya, tidak perlu penjelasan apa pun.Lagipula, Jimmy sepertinya juga tidak peduli.Bagi seseorang yang tidak memiliki perasaan apa pun, Jimmy tidak akan peduli dengan apa yang dikenakan Lily.Selain itu, Lily baru s
Wangi ini sama sekali tidak asing bagi Jimmy ....Dalam ingatan Jimmy, ketika Lily melepaskan pakaian untuk merayu dirinya, inilah wangi yang tercium di hidung Jimmy. Jadi, meskipun itu hanya wangi tipis itu, hidung Jimmy menjadi sangat sensitif.Namun, seperti memiliki daya tarik magis, wangi itu juga hampir membuat Jimmy melupakan semua kekhawatiran di dalam hati dan tanpa mempedulikan segalanya, ingin bersama wanita itu ....Namun, tembok pertahanan terakhir yang masih tersimpan di dalam hati Jimmy membuat dirinya memilih untuk menolak Lily.Jimmy sengaja mencoba untuk melupakan air mata, kesedihan dan kekecewaan yang dialami Lily saat itu, tetap hanya wangi tubuh wanita itu yang membuat dirinya tak mampu semua kenangan itu, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu.Hati dan pikiran Jimmy menjadi cemas.Namun, sekarang ....Sekarang, Lily kembali menyemprotkan wangi parfum favoritnya untuk pria lain.Apakah ini tanda Lily benar-benar telah melupakan semuanya, sehingga wanita itu menggu
Melihat wajah Doni yang memerah sambil mengernyitkan kening dengan tidak nyaman, Lily menjadi kesal ketika memikirkan Doni mabuk malam ini karena bajingan Steven itu. Hatinya terasa tidak enak.Jangan sampai Lily bertemu dengan Steven lain kali.Kalau sampai ketemu, Lily akan membuat pria itu mabuk sampai mati!"Air ...." ujar Doni sambil bergerak tidak nyaman."Mau minum air?" tanya Lily dan menghampiri Doni."Minum air ...." ujar Doni sekali lagi."Tunggu sebentar," balas Lily. Tidak tahu Doni akan begitu haus, Lily pun tidak menyediakan air madu lagi.Lily segera keluar dari kamar.Setelah keluar, Lily melihat ruang tamu yang kosong dan Jimmy tidak ada di sana.Apa pria itu sudah pergi?Setelah melihat sekeliling dan menyadari Doni ingin minum air, Lily pun tidak terlalu memperhatikan.Lily segera membuat lagi segelas air madu dan membantu Doni untuk minum.Doni menatap Lily dengan mata yang kabur. Setelah beberapa saat, Doni baru sedikit tersadar dan berkata, "Lily, maafkan aku ...
Jimmy merasa karena suaranya sangat kecil, jadi tidak ada yang bisa mendengarnya. Namun, Lily tetap bisa menangkap suara itu.Lily kembali menatap Jimmy dan bertanya, "Ada apa?""Hubunganmu dengan Doni terlihat sangat baik," ujar Jimmy sambil tersenyum."Kamu senang, 'kan?" balas Lily."Tidak ....""Aku harus berterima kasih padamu. Jika bukan karena kamu menolakku, aku bahkan tidak sadar kalau Doni begitu baik. Aku bahkan tidak tahu aku masih bisa begitu mencintai seseorang," kata Lily dengan tegasJimmy menelan ludah, tampak jakun bergulir ringan di tenggorokannya.Jimmy tidak berani menunjukkan terlalu banyak emosi, dia takut akan kehilangan kendali dengan mudah."Kamu pasti juga sangat terkejut, 'kan? Karena aku dan Doni akhirnya bersama?" ucap Lily sambil menatap Jimmy. "Sebenarnya, Doni sudah lama menyukaiku, tapi karena tahu aku menyukaimu, jadi dia selalu menahan perasaannya. Dia takut jika dia mengungkapkan perasaannya, kami bahkan tidak bisa menjadi teman. Sampai suatu saat
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug