"Aku percaya." Jimmy tiba-tiba berbicara.Ketika Doni ingin menolak, tiba-tiba dia mendengar suara Jimmy.Tentu saja, Doni tahu maksud Steven, Steven memintanya untuk membawa Lily keluar agar mereka bisa bertemu.Doni dan Lily telah berkencan selama beberapa bulan dan Doni tidak pernah membiarkan Lily muncul di depan mereka.Terkadang, Doni tidak bisa menahan tekanan yang diberikan Steven yang selalu memaksa dirinya untuk jujur. Ketika meminta pendapat Lily, Lily tetap mengatakan tidak.Doni tahu bahwa Lily merasa tidak aman setelah apa yang terjadi pada Keluarga Purnomo. Tidak ada yang tahu Doni dan Lily berkencan selain sahabatnya Lily, Cintia dan Laura. Lily takut jika terlalu banyak orang yang mengetahuinya, Keluarga Purnomo akan mempersulit Doni. Lily tidak ingin Doni dipersulit karena Lily sangat memahami sifat Nyonya Nini. Setelah masalah ini berlalu seiring berjalannya waktu dan kebencian Nyonya Nini terhadap Lily tidak begitu kuat lagi, Nyonya Nini tidak akan dengan sengaja me
"Halo!" sapa Tammy dengan sedikit malu.Sudah beberapa bulan Tammy datang ke Keluarga Purnomo, tetapi dia masih belum terbiasa beradaptasi dengan kehidupan kelas atas. Mungkin itu yang membuatnya masih tampak kurang percaya diri.Kemudian, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Masih ada rasa canggung yang menyelimutinya."Kamu ini, biasanya sangat pandai berbicara, kenapa lihat gadis cantik tiba-tiba jadi bisu?" kata Sarah dengan agak emosional.Doni ingin menyangkal.Nini berkata, "Biasanya aku jarang mengajak Tammy keluar, makanya dia jadi tertutup. Mungkin aku yang terlalu protektif.""Kalau begitu, lain kali kamu boleh sering-sering mengajaknya keluar. Doni, kamu kan tidak sibuk, kamu juga boleh mengajak Tammy keluar.""Siapa bilang aku tidak sibuk? Aku sangat sibuk," bantah Doni. "Sibuk apanya? Sibuk pergi minum?" Sarah tidak memberinya muka.Di depan semua orang, Doni juga tidak bisa berdebat dengan ibunya."Kalau begitu, mulai sekarang, Doni tolong jaga Tammy, ya!" kata Nini denga
Selesai makan malam.Doni langsung pergi bersama Steven dan Jimmy.Begitulah di setiap perayaan ulang tahunnya. Siang hari dia akan menemani ayah, ibu dan keluarganya makan malam. Selesai makan, itu adalah waktunya sendiri.Beberapa orang pun meninggalkan Vila Keluarga Destawan."Doni." Sarah tiba-tiba memanggilnya, "Ajak Tammy jalan-jalan bersama kalian.""Aku ajak dia?" Doni benar-benar merasa tidak nyaman."Kamu mau ke mana, dia ikut ke mana.""Kami semua laki-laki ….""Makanya aku baru suruh Tammy datang bertemu kalian." Sarah berkata dengan tegas, "Kuserahkan Tammy pada kalian.""Untuk apa Ibu menyerahkannya padaku?" Doni meledak marah. "Di antara kita bertiga, yang paling dekat dengannya adalah Jimmy. Jimmy kan pamannya juga. Serahkan saja pada Jimmy."Jimmy menatap Doni. Doni benar-benar pandai melempar tanggung jawab."Tidak peduli mau serahkan ke siapa, pokoknya Tammy akan kuserahkan pada kalian. Aku dan Tante Nini mau main kartu dulu. Tolong jaga Tammy dengan baik. Kalau samp
Tiba-tiba, Jimmy sudah turun dari mobil.Tammy mengikuti Jimmy dan duduk di depan warung.Hanya setelah memasuki lingkaran ini, kamu akan menyadari semua orang di lingkaran masyarakat kelas atas ini sangat istimewa.Contohnya adalah Jimmy.Hanya duduk di depan warung sambil menunggu bubur kacang ijo, pria itu sudah dilirik oleh banyak orang yang lewat.Di lingkaran mereka, Jimmy tidak dianggap terlalu istimewa, tetapi di dunia orang biasa, pria itu akan menjadi luar biasa.Keduanya masing-masing memesan satu mangkuk.Jimmy pun memakan satu suap dan merasa terlalu manis.Sebenarnya Jimmy juga tidak terlalu suka makanan manis."Enak?" tanya Tammy."Mm," jawab Jimmy.Sikap Jimmy terhadap Tammy tetap tidak hangat tidak dingin.Tammy juga sangat cerdik dan memilih untuk tidak terlalu banyak berbicara.Mereka berdua makan dalam keheningan, menundukkan kepala pada mangkuk mereka masing-masing."Bos, mau pesan dua porsi bubur kacang ijo, satu dibungkus, satu dimakan di sini."Di telinga mereka
"Kamu tinggal di sekitar sini?" tanya Tammy pada Lily."Iya," balas Lily."Kelihatannya lingkungan di sini cukup bagus," kata Tammy dengan lembut."Jadi, menurutmu aku seharusnya tinggal di daerah kumuh, ya?" balas Lily dengan nada sedikit marah."Aku tidak bermaksud begitu, aku juga merasa bersalah atas perlakuan ibuku padamu ....""Ya, aku tahu hubungan kamu dan ibumu sangat dekat, tidak perlu memberi tahu aku," potong Lily sebelum Tammy selesai berbicara.Tammy pun tidak melanjutkan lagi.Sebenarnya, sikap Tammy terhadap Lily tidak buruk.Namun, Lily jelas tidak suka pada Tammy."Ayo pergi," kata Jimmy pada Tammy sambil meletakkan sendoknya."Tapi, aku belum selesai makan." Tammy benar-benar suka makan bubur kacang ijo ini, rasanya memang sangat enak."Aku akan meminta pemilik toko untuk membungkusnya untukmu. Kamu naik ke mobil dulu," kata Jimmy.Jimmy memberikan kunci mobilnya kepada Tammy.Tammy mengangguk patuh dan berkata, "Baiklah. Makasih, Paman Jimmy."Sambil berkata begitu,
"Jadi, dia suka tipe seperti apa?""Tidak penting, intinya Doni tidak akan menerimamu. Kalau kamu tidak ingin terluka, atau berakhir dengan sangat memalukan, aku sarankan kamu pulang dan memberi tahu ibumu kalau kamu tidak memiliki perasaan untuk Doni. Biarkan ibumu melupakan rencana ini," ujar Jimmy dengan dingin.Air mata mulai mengaburkan mata Tammy.Tammy baru saja masuk ke dalam lingkungan ini, dengan susah payah membangkitkan keberanian untuk melangkah maju.Berteman adalah langkah pertamanya.Namun, Jimmy menghalangi jalan Tammy dengan tegas."Tapi, aku tidak ingin membuat ibu sedih. Dia juga melakukan ini demi kebaikanku," ucap Tammy dengan nada sedih."Perasaan tidak diciptakan untuk orang lain.""Tapi aku ingin membuatnya bahagia ....""Kamu mau terkenal?" tanya Jimmy kepadanya.Tammy memandang Jimmy dengan heran.Tammy bisa merasakan kedinginan Jimmy padanya.Pada saat ini, kata-kata yang diucapkan Jimmy tanpa ada perasaan sedikit pun."Jika kamu membuang niatmu terhadap Don
Doni bertanya kepada Jimmy.Bagaimanapun, Jimmy ada hubungan keluarga dengan Samuel, pastinya Jimmy tahu lebih banyak."Mungkin bukan, tapi juga sulit untuk dikatakan," pikir Jimmy saat menjawab.Mengingat beberapa hari yang lalu dirinya dijebak oleh Cintia dan akhirnya tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan Samuel padanya, itu membuat Jimmy merasa bersalah.Tidak tahu bagaimana keadaan Cintia di Kota Medan sekarang.Memang, sejak pergi beberapa waktu yang lalu, Cintia belum kembali.Samuel juga belum kembali.Meskipun tidak terlalu jelas tentang situasi di Keluarga Tambunan, Jimmy merasa situasi di sana sangat tegang."Di antara kita, sejak kecil, Samuel yang paling pintar, paling tampan dan memiliki prestasi terbaik. Tapi akhirnya, hidupnya lebih sulit daripada siapa pun," keluh Doni, "Apakah ini karena makin kuat, tanggung jawabnya makin besar?""Urusi saja dirimu sendiri," kata Steven kepada Doni, "Orang-orang seperti kita yang hanya hidup tanpa tujuan, bagaimana bisa memaha
"Jadi lantai berapa?" tanya Jimmy.Jimmy juga tahu di antara pasangan, bahkan jika tidak melakukan apa-apa, tetap akan sangat senang jika ada yang menemaninya."Lantai dua puluh tiga," jawab Doni.Jimmy menekan tombol lift.Sesampai di tujuannya, Jimmy membantu Doni keluar dan berjalan menuju sebuah pintu besar.Awalnya, Jimmy ingin meninggalkan Doni dan pergi, tetapi saat ini Doni benar-benar tidak bisa berdiri. Jika dilepaskan, Doni mungkin akan terjatuh ke lantai.Jimmy menggertakkan giginya dan menekan bel.Pintu segera terbuka.Tampaklah sebuah wajah yang cerah dan menawan.Wanita itu mengenakan sepotong gaun ketat yang memikat.Sekilas seperti semuanya terlihat, namun seperti tidak juga.Sesuatu yang berada begitu dekat, tetapi seolah-olah menjauh.Awalnya, wajah Lily penuh kebahagiaan, tetapi ketika melihat Jimmy, ekspresi Lily menjadi kaku.Bertemu dua kali dalam satu malam.Lily tidak tahu apakah ini bisa dibilang sebagai nasib malang atau bukan.Jimmy mengalihkan pandangannya
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug