Dengan sikap tenang, Cintia mencari dan merasakan rangsangan pada kakinya.Akhirya, pelan-pelan Cintia dapat menggerakkan kakinya.Setelah perlahan-lahan.Cintia menggertakkan giginya, bersikeras mengerahkan tenaga untuk mengeluarkan kakinya keluar dari bawah kursi itu.Saat kakinya telah keluar.Di dalam mobil terdengar suara kursi yang diturunkan dengan cepat diikuti suara napas terengah-engah sopir yang sudah tidak bisa bertahan untuk berdiri lagi.Cintia masih merasa takut dan tidak percaya.Kalau tadi telat sedikit lagi, mungkin Cintia akan sekali lagi terimpit oleh kursi pengemudi.Cintia bahkan tidak berani membayangkan kakinya akan menjadi seperti apa seandainya kakinya sekali lagi terimpit kursi pengemudi serta ditambah dengan berat badan dari sopir. Saat Cintia mulai merasa sedikit lebih lega.Tiba-tiba Cintia melihat sepasang tangan Samuel terimpit oleh kursi pengemudi.Karena terlalu gelap, Cintia tidak bisa melihat ekspresi Samuel saat ini.Oleh karena hal ini, malah memb
"Lepaskan aku!" Cintia marah."Sekarang bukan saatnya untuk sok kuat ... hmm!" leher Samuel terasa sakit. Cintia membuka mulutnya lalu dengan keras menggigit leher Samuel.Tenaganya begitu kuat.Sampai Samuel gemetaran untuk sesaat, dia menahan rasa sakit dan tidak melepaskan Cintia.Setelah Cintia menggigit lehernya, lalu dia meronta-ronta secara brutal dari pelukan Samuel.Jalan pegunungan ini memang sudah sulit untuk dilalui. Dikarenakan Cintia yang terus meronta, akhirnya mereka berdua jatuh ke bawah.Saat terjatuh, Samuel menggunakan tubuhnya untuk melindungi Cintia agar tubuh Cintia tidak terluka sedikit pun.Setelah Cintia mendapat kebebasan, dia kembali menuju ke arah mobil.Ketika situasi makin mendesak, Cintia menjadi makin panik dan ingin dengan segera menyelamatkan mereka.Kalau tidak segera ditolong, mereka pasti akan mati.Cintia berlari dengan sangat cepat.Kaki sebelah kanan Cintia yang sudah terluka parah, makin terasa sakit. Cintia sudah mulai merasakan rangsangan pa
Di antara dua orang dewasa yang hebat ini tidak perlu banyak basa-basi.Samuel dengan cepat masuk ke dalam mobil, Dia menggunakan seluruh tenaganya untuk merusak pengait sabuk pengaman, lalu dia merobek tali sabuk pengaman yang melekat pada Warto.Samuel pun tidak menunda waktu, kemudian dia bergegas membuka panel pintu.Panel pintu mengapit tubuh Warto, keadaan mobil sekarang terlihat sangat hancur. Tubuh Warto telah melekat dengan panel pintu, apabila tidak ada bantalan pengaman yang menahannya, mungkin saja Warto sudah menjadi daging gepeng."Bagaimana?" tanya Cintia ke Samuel dari luar mobil. "Apakah Warto bisa diselamatkan dengan mudah?" "Kenapa kamu kemari?" tanya Samuel dengan raut wajah muram.Bahkan saat ini Samuel tidak menghentikan gerakannya untuk menyelamatkan Warto meski sedang berbicara dengan Cintia.Saat ini Samuel belum bisa membuka panel pintu, dia harus memeriksa apakah ada benda tajam pada panel pintu yang menusuk tubuh Warto, kalau memang ada, maka Samuel tidak a
Cintia tertegun memandang api yang telah menyala dalam mobil itu.Mereka masih belum keluar, kenapa mereka belum keluar ....Di dalam mobil.Warto kembali terkejut melihat Samuel kembali untuk kedua kalinya.Samuel pasti tahu sewaktu-waktu dia bisa saja mati kalau dia kembali.Akan tetapi Samuel kembali lagi.Mereka sebelumnya juga tidak tahu harus menjalani hidup mati bersama seperti ini.Jadi, semua ini karena Cintia.Samuel benar-benar sangat mencintai Cintia lebih dari yang Warto bayangkan."Apa kamu tidak takut mati?" tanya Warto pada Samuel dengan heran.Api makin lama makin besar.Dalam mobil telah terasa hawa yang sangat panas.Samuel tidak menggubris kata-kata Warto.Samuel masih tetap menggeser panel pintu dengan tenaganya."Kalau kamu mati demi Cintia, mungkin Cintia akan mengingatmu seumur hidupnya.""Aku tak butuh Cintia untuk mengingatku, aku hanya tak ingin dia bersedih." Samuel terengah-engah dan berkata dengan nada dingin. "Aku sudah tidak sempat memeriksa tubuhmu ada
Seluruh tubuh Cintia menjadi gemetaran ketika melihat kobaran api yang ganas malam ini.Tidak boleh.Tidak boleh ... mati begitu saja.Cintia berdiri, kemudian dia terjatuh kembali ke bawah karena tubuhnya saat ini sudah sangat lemah.Cintia ingin mencari Samuel, dia harus menemukan Samuel ....Cintia merangkak menuju ke kobaran api itu dengan membawa kekecewaan dan keterpurukan. Hatinya sakit sampai sulit untuk bernapas ....Tiba-tiba, dia melihat seperti ada beberapa bayangan orang menuju ke arahnya.Cintia melihat beberapa bayangan orang yang dengan brutal berlari ke arahnya.Tubuh mereka dipenuhi oleh api.Seolah tubuh mereka semua ikut terbakar.Akan tetapi, beruntungnya mereka semua masih hidup.Samuel masih hidup.Mereka bertiga berlari agak jauh dari mobil lalu mereka berguling ke bawah.Semua ini dilakukan agar api yang ada di tubuh mereka bisa segera dipadamkan.Cintia tanpa ragu langsung menuju ke arah Samuel lalu memeluknya.Cintia menggunakan tubuhnya untuk memadamkan api
"Jangan khawatir, aku tidak bisa melakukannya." Cintia mendorong Samuel.Samuel tetap memegang Cintia dengan erat."Barangkali kamu bisa melakukannya," kata Cintia kata demi kata.Badan Samuel menegang sesaat, seakan dia mendengar sesuatu ....Samuel lalu melepaskan genggamannya pada Cintia dan melihatnya."Seperti yang kamu inginkan," lanjut Cintia sambil melepaskan dirinya dari pelukan Samuel.Cintia lalu mendekati dan melihat penampilan Warto yang tidak bisa dikenali lagi, seakan-akan melihat darah keluar dari seluruh tubuhnya.Cintia sendiri bahkan tidak memercayai penglihatannya.Bagaimanapun, hari sudah malam.Cintia mendekatkan jarinya ke bawah hidung Warto. Dia bisa merasakan cairan kental yang hangat di sana. Cintia lalu melihat mata Warto yang sudah tidak fokus, bahkan telinganya juga mengeluarkan darah.Sebenarnya, sekuat apa obat yang diberikan Keluarga Tambunan pada Warto?Apakah mereka benar-benar ingin membunuh Warto?!Jadi, walaupun kecelakaan mobil malam ini tidak berh
Samuel kesulitan berjalan di jalan yang terjal sambil menggendong Cintia.Namun, Cintia benar-benar tidak memiliki sisa tenaga sama sekali.Bahkan dia pun tidak memiliki tenaga untuk membuka kelopak matanya.Cintia hanya memejamkan matanya dan bersandar pada Samuel yang tengah menggendongnya.Dalam keadaan linglung, Cintia samar-samar mendengar suara di sekitarnya dan mendengar suara baling-baling helikopter ....Sepertinya tim penyelamat Warto sudah tiba.Kedatangan mereka ... tidak cepat dan tidak terlambat.Akhirnya, Cintia terlelap.Saat Cintia membuka matanya, dia sudah berada di suatu ruangan yang asing.Bukan rumah sakit.Bukan rumahnya yang ada di Kota Bandung.Bukan rumah Samuel juga.Pupil mata Cintia sedikit bergerak.Kelopak matanya masih terasa berat.Kepalanya pun terasa berat.Seolah-olah Cintia sudah tertidur begitu lama, sampai-sampai rasanya dia tidak bisa bangun."Sudah bangun?"Suara Samuel yang rendah terdengar.Suaranya begitu lembut dan ringan.Cintia menolehkan
Meski ... tetapi ....Cintia tetap saja bertanya.Cara Samuel yang memperlakukannya dengan begitu baik membuat Cintia curiga kalau dia menjadi disabilitas selamanya.Cintia juga merasa cemas.Samuel tersenyum sejenak.Tidak tahu kenapa wajah pria yang penuh luka itu terlihat tampan saat tersenyum.Cintia mengalihkan pandangannya."Jangan khawatir. Nona Cintia tidak kehilangan tangan atau kaki. Hanya ada fraktur di kaki kanan dan luka di tubuhmu. Kamu juga kehilangan banyak darah, tapi dokter mengatakan kalau kamu akan segera pulih.""Kamu bagaimana?" Cintia melihat Samuel.Cintia tidak kenapa-kenapa, bagaimana dengan Samuel?Apa lukanya parah?Walaupun Samuel tidak mengalami kecelakaan mobil, sebenarnya dia terluka saat menolong orang.Cintia juga bisa melihatnya, pada saat ini kedua tangan Samuel diperban.Namun, Samuel masih bisa menyuapinya air."Aku baik-baik saja," ujar Samuel dengan lembut.Cintia menelan ludahnya.Banyak kata yang ingin Cintia katakan, tetapi tidak bisa dia kemu
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug