…Malam tiba.Di Bandung, jalan-jalan dipenuhi dengan keramaian.Setibanya di lokasi syuting, Lily menyalakan ponselnya lagi.Karena tidak menemukan sutradara, Lily memutuskan untuk meneleponnya.Saat melihat Lily, wajah sutradara terlihat sangat bersemangat.Benar-benar tak terduga, Lily ternyata datang untuk berperan di filmnya.Ini benar-benar seperti mendapatkan keberuntungan besar.Masalahnya adalah bayarannya tidak terlalu tinggi.Sutradara itu memikirkan jika wajah cantik Lily bisa muncul di depan kamera … pasti dirinya akan mendapatkan untung besar.Namun, sutradara juga tahu tidak boleh terlalu terburu-buru.Setelah Lily sudah terbiasa, sutradara itu akan perlahan menampilkan Lily.Sutradara sangat senang, dia menyambut Lily dengan ramah dan berkata, "Lily, gantilah pakaian dulu. Tidak perlu pakai apa-apa, cukup keluar dengan handuk. Jangan khawatir, setelah kamu keluar, tempat ini akan kosong, hanya ada aku dan dua fotografer yang tinggal."Melihat mata Lily yang sedikit beng
Di dalam lokasi syuting, tiba-tiba terdengar teriakan marah yang membuat semua orang terkejut.Lily melihat ke arah sumber suara dan melihat Doni dengan wajah memerah.Lily sendiri juga terkejut.Lily bahkan tidak pernah berpikir dirinya akan bertemu dengan orang yang dikenal di tempat seperti ini.Pada saat itu, Doni menendang kamera di depannya dengan marah, benar-benar sangat naik pitam.Di saat itu juga, Lily langsung memeluk dirinya sendiri, memegang handuk yang membalut tubuhnya dengan erat, khawatir dia akan melepaskan handuk di depan begitu banyak orang."Kamu, kamu itu ...." Sutradara juga terkejut dengan aura ganas Doni, butuh beberapa saat sebelum sutradara bertanya kepada Doni, "Siapa kamu? Ini adalah lokasi syuting, jika kamu asal masuk begitu saja, aku bisa melaporkanmu ke polisi!""Lapor saja, segera laporkan! Melihat kalian syuting hal semacam ini, lihatlah siapa yang akan polisi tangkap, aku atau kamu!"Mendengar balasan tajam Doni, sutradara tidak bisa berkata apa-apa
Kedua orang itu bahkan tidak menyadari ada sosok yang tidak asing di depan mobil, yang sedang memandang mereka sedang berciuman.Jimmy berdiri di bawah lampu jalan, melihat dua sosok di dalam mobil.Kepala mereka saling berdekatan.Jimmy tidak bisa melihat ekspresi mereka, tetapi sepertinya Jimmy mengerti dengan sangat jelas. Jimmy beranjak pergi tanpa melakukan apa pun dan meninggalkan mereka.Saat pergi, langkah Jimmy begitu berat.Seolah-olah kesulitan untuk berjalan.Jimmy selalu melewatkan kesempatan dengan Lily.Jimmy duduk di pinggir jalan, menjauh dari pandangan mata mereka. Banyak luka di tubuhnya, tetapi tidak ada yang terasa sakit.Hanya rasa sakit di bagian dada, begitu hancur dan remuk ....Tiba-tiba, muncul sosok di depannya. Jimmy menatap Samuel.Samuel pun berkata, "Ayo pergi."Jelas, Samuel juga melihat Lily dan Doni bersama.Malam ini, Samuel makan malam di rumah Keluarga Purnomo, lalu mendapat telepon dari Doni, yang sedang marah-marah, barulah Samuel tahu kalau Li
Jimmy telah dicambuk hingga tubuhnya penuh luka dan darah.Namun, tak seorang pun mendengar jeritan darinya. Setelah hukuman keluarga selesai, Jimmy bangkit dan pergi tanpa berkata sepatah kata pun.Samuel mengikuti di belakang Jimmy.Nini berpikir untuk menghentikan Samuel.Setelah Frans memberikan isyarat, Nini pun tidak berani berkata lebih banyak.Samuel menemukan lokasi syuting Lily. Begitu mobil Samuel sampai, Jimmy langsung keluar pintu dan berlari turun. Namun, di bawah lampu jalan, Jimmy membeku di tempat, kemudian perlahan-lahan berbalik.Tentu saja, Samuel juga melihat adegan di dalam mobil Doni.Mungkin ada beberapa hubungan yang ketika sudah terlewatkan sejak awal, akan terus terjadi ....Samuel bangkit untuk membantu Jimmy.Jimmy menolak.Jimmy berusaha sendiri dan bangkit perlahan dari tanah.Setelah berdiri, Jimmy mulai berjalan dua langkah.Tiba-tiba tubuhnya goyah.Samuel segera menopang Jimmy yang pingsan.Samuel tidak tahu apakah luka di tubuh Jimmy yang membuat pri
"Jadi, aku hanya punya 40 juta," ujar Doni sambil menggenggam setumpuk uang tunai dengan wajah agak kesal."Aku butuh enam ratus juta," kata Lily akhirnya memberi tahu jumlahnya."Tunggu sebentar, aku akan mengumpulkan uangnya." Doni tidak banyak bicara.Tanpa bertanya uang itu untuk apa, Doni langsung menelepon teman-temannya satu per satu untuk meminta uang tunai.Di zaman ini, memang sulit menemukan uang tunai. Doni menelepon puluhan kali, kemudian pergi ke tempat teman-temannya satu per satu untuk mengambil uang. Dengan begini, Doni berhasil mengumpulkan enam ratus juta dan memasukkannya ke dalam kantong yang cukup besar."Benarkah hanya enam ratus juta?" tanya Doni pada Lily.Doni khawatir jumlahnya terlalu sedikit."Enam ratus juta sudah cukup," jawab Lily."Tunggu sampai bank buka besok, aku akan mencoba mengambil lebih banyak uang di sana," kata Doni segera."Sebenarnya tidak perlu ....""Aku seorang donatur yang sangat murah hati," ujar Doni, mencoba berlagak dominan.Tubuh Do
Lily hanya menatap wajah Doni yang merah seperti tomat sekarang.Pada saat ini, Lily pun percaya kalau pria ini benar-benar tidak pernah berhubungan dengan wanita lain."Ini terlalu cepat, aku agak sulit menerimanya ...." gumam Doni dengan terbata-bata.Lily hanya terdiam. Siapa yang membayar siapa?"Baiklah, antar aku pulang dulu," ujar Lily tanpa memperpanjang pembicaraan.Yang penting sekarang adalah, pria itu akan segera kembali."Baiklah." Doni juga segera mengemudikan mobilnya untuk mengantar Lily pulang.Sampai di kompleks perumahan tua, wajah Doni menjadi serius.Doni pun tidak tahan untuk bertanya, "Jadi, kamu tinggal di sini selama ini?""Ya," balas Lily sambil mengangguk."Lily, aku sudah salah paham. Ternyata hidupmu begitu sulit," ujar Doni dengan nada penuh kasihan, bahkan menyesal. "Seharusnya aku tidak mengkritikmu tadi. Kalau ini aku, mungkin aku sudah mati ratusan kali."Lily pun tersenyum.Kepribadian Doni yang paling baik adalah dia jujur.Pria ini konsisten di dala
Kemarahan yang ekstrem.Doni tidak tenang membiarkan Lily berjalan seorang diri di tangga yang gelap itu, jadi dia menyusul untuk mencari Lily. Tidak disangka, Doni melihat situasi yang bisa membuatnya benar-benar marah!Beraninya pria itu memperlakukan Lily seperti ini!Pria itu bahkan menyuruh untuk menjual Lily!Sialan!Doni tidak bisa menerimanya. Dia maju melangkah ke depan dan memukul kepala pria itu dengan sangat keras.Pria itu menggunakan narkoba sehingga tubuhnya sudah melemah. Dia bisa melecehkan wanita, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk melawan sesama pria.Pria yang dipukul keras oleh Doni itu terjatuh dan memohon belas kasihan."Jangan pukul aku, jangan pukul aku, tolong jangan pukul ...." Pria itu menutupi kepalanya dan terus memohon.Pada saat yang sama, Lily berharap Doni bisa membunuh pria itu.Namun ....Kalau membunuh seseorang, baik Doni maupun Lily harus menanggung akibatnya.Lily menahan Doni lalu berkata, "Sudah jangan pukul lagi."Doni yang marah terengah-en
Keesokan harinya.Persidangan Cintia resmi dimulai.Dari 3 hari yang lalu, sudah banyak muncul argumen-argumen panas di media.Hari ini, berita bahkan lebih panas.Setengah dari 10 berita terpanas di kolom pencarian adalah Cintia.Jam 08.00, Laura menemani Cintia pergi ke pengadilan.Jalan menuju pengadilan itu penuh dengan wartawan."Apa kamu ingin aku mengurusnya?" tanya Laura pada Cintia."Tidak perlu."Tidak menunggu lama, Laura membuka pintu mobil dan keluar bersama dengan Cintia.Segera setelah mereka berdua datang.Para wartawan yang ada di sana segera mengerubungi mereka.Laura berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Cintia di belakangnya.Mereka berdua dikelilingi oleh puluhan wartawan."Nona Cintia, apa Anda bisa memenangkan gugatan Anda?""Menurut Anda, berapa lama Anda akan dikenakan hukuman?""Apa Anda menyesal sudah melakukan kejahatan? Masa depanmu yang bagus itu hancur begitu saja.""Beberapa hari yang lalu adalah hari jadi Dijaya Grup. Mengapa Anda tidak menghadirinya?
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug