"Kemudian, terjadi kebakaran besar dan kamu terjebak dalam kebakaran itu. Aku melihat Rein menyelamatkan Starvy dan meninggalkanmu." Samuel mengerucutkan bibirnya sambil berkata, "Kemudian, aku bergegas masuk untuk menyelamatkanmu."Cintia sangat terkejut.Dia selalu mengira orang yang menyelamatkannya adalah petugas pemadam kebakaran.Samar-samar, dia mengingat orang itu mengenakan pakaian pemadam kebakaran."Aku mengambil helm petugas pemadam kebakaran di sebelahku karena aku takut aku akan mati tersedak asap tebal sebelum bisa menyelamatkanmu." Samuel menjelaskan, seolah-olah dia bisa membaca pikirannya.Cintia melihat ke bawah.Dia tiba-tiba teringat saat pertama kali dia melihat Samuel di rumah sakit, pergelangan tangan Samuel dibalut dengan banyak perban.Cintia menengadahkan kepalanya untuk menatap Samuel. Cintia berkata sambil menatap Samuel dengan tatapan dingin, "Omong-omong, kenapa kamu begitu baik padaku? Kita bertemu secara kebetulan, aku juga melakukan banyak hal yang men
Samuel membela diri dengan sedikit gelisah, "Kamu hanya ingin mencari kesalahanku! Aku tidak mampu melawan, perlawananku hanya akan memperburuk keadaan!""Jadi, kenapa kamu menyuruhku untuk percaya dalam waktu enam bulan, kamu bisa menyelesaikan semua ini?"Samuel tercengang.Tidak peduli seberapa banyak hal yang Samuel kata, tetap tidak bisa meyakinkannya.Cintia berkata, "Sebenarnya, keraguanku padamu mungkin bukan karena ketidakmampuanmu, tapi karena aku tidak cukup mencintaimu. Jadi Samuel, sebelum hubungan kita makin dalam, berpisah sekarang adalah pilihan terbaik untuk kita."Cintia membuka pintu mobilnya lagi.Cukup sudah!Dia tidak ingin terlibat lagi."Bawalah mobil ini, suruh saja Risno bawa mobil ini kembali kalau dia punya waktu." Cintia keluar dari mobil, lalu berjalan dengan santai.Baginya ….Dia dan Samuel akan melupakan satu sama lain, semuanya sudah berakhir.Namun, ketika dia baru saja masuk ke dalam lift, pintu lift tiba-tiba dibuka oleh Samuel.Sebelum Cintia sempa
Cintia tidak menekan tombol lift, dan saat ini, lift masih berhenti di garasi.Lily terkejut.Pulang ke rumah tengah malam begini sudah sangat menakutkan dan suara bising di dalam lift hampir saja membuatnya pingsan.Dia melihat dengan jelas pria dan wanita di dalam, yang membuatnya terpaku di tempat.Sampai pada saat dia mendengar bunyi "ting", dia baru tersadar kembali.Dia dengan cepat menarik satu kakinya sambil berkata, "Lanjutkan saja, aku … aku tidak melihat apa-apa!"Lalu, pintu lift pun tertutup.Sungguh mengagetkan!Ternyata Cintia dan kakaknya berada di dalam lift ….Saat dia menenangkan dirinya, dia tiba-tiba teringat bahwa Cintia sepertinya baru saja menangis.Apakah semua itu karena kakaknya?Lily sangat takut sehingga dia cepat-cepat menekan tombol lift lagi. Saat itu, dia melihat angka-angka di lift yang terus melonjak ke atas.Di dalam lift.Samuel merapikan kembali pakaian Cintia.Tubuh Cintia bahkan terasa sakit karena kekuatan Samuel.Lift pun tiba.Samuel menarik C
Samuel terus menunduk dan tidak merespons untuk waktu yang lama.Lily mengira kakaknya sudah tertidur. Bagaimanapun juga, sekarang sudah jam 4 pagi. Lily baru saja kembali dari luar kota, jadi dia sudah sangat mengantuk. Namun saat itu, dia melihat kakaknya perlahan-lahan mengangkat kepalanya sambil berkata, "Ayo, kita pergi.""…" Lily merasa agak segan.Sekarang, dia hanya ingin kembali ke tempat Cintia.Namun, Lily tetap mengikuti Samuel keluar untuk makan camilan malam.Aku memilih untuk makan di warung pinggir jalan.Untungnya, tengah malam begini tidak banyak orang dan dia memakai pakaian militer, jadi tidak ada orang yang mengenalnya."Kak, jangan minum terlalu banyak, ya!" saran Lily.Dia benar-benar tidak tahan melihat kakaknya yang langsung minum begitu duduk di meja makan.Di depan mereka, ada begitu banyak makanan pembuka, tetapi Samuel bahkan tidak makan sedikit pun.Minum sebanyak itu, pasti akan mabuk.Samuel terus minum seolah-olah tidak mendengarnya."Apakah kamu berten
Samuel memegang gelas alkohol itu dengan erat."Sejujurnya, meskipun kamu adalah kakakku, dalam hal ini, aku benar-benar merasa Cintia tidak pantas menerima semua ini. Setelah mengalami begitu banyak pengalaman tragis, akhirnya dia kembali percaya diri dan memutuskan untuk mencintai seseorang lagi, tapi orang ini malah memberinya pukulan. Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Cintia sekarang! Aku benar-benar khawatir ke depannya dia tidak akan berani mencintai seseorang lagi," kata Lily dengan berat hati.Jelas-jelas Cintia adalah wanita yang baik, tetapi kenapa Langit bisa begitu kejam padanya?Dan malah membiarkannya terus menderita seperti ini!"Aku hanya ...." Samuel meletakkan gelasnya sambil berkata dengan kepala tertunduk, "Takut dia akan pergi begitu saja."Apakah dia tidak takut setelah semua yang Cintia alami, Cintia akan menutup hatinya dan tidak mencintai siapa pun lagi? Apakah dia tidak takut Cintia akan meninggalkannya?Bagaimana mungkin dia tidak tahu bahwa so
"Kak, apakah kamu masih mau minum?" tanya Lily sambil melihat botol alkohol di lantai.Dia tahu kakaknya punya kapasitas minum yang baik, tetapi kakaknya tidak bisa menahan diri untuk minum-minum.Lily bahkan merasa sangat pusing sekarang.Dia tidak tahu apakah itu karena dia kurang istirahat atau bukan. Dia hanya tahu jika dia minum terus, dia pasti akan mabuk."Aku sedang menunggu seseorang," kata Samuel."Siapa?""Sopir."Pada saat itu, Lily baru teringat bahwa mereka berdua sudah minum duluan.Padahal, mereka datang ke sana dengan mobil Cintia.Benar saja.Walaupun kakaknya mabuk, kesadarannya masih ada.Lily juga tidak tahu apakah orang seperti ini baik atau tidak.Hal yang baik mungkin dia tidak akan membuat kesalahan.Hal yang tidak baik mungkin orang-orang seperti ini tidak bisa melampiaskan diri dan bersantai.Lily dengan tidak berdaya terus menemani Samuel minum-minum.Sambil minum-minum, Samuel tiba-tiba berkata, "Apakah kamu masih menyukai Jimmy?"Lily langsung menyemburka
Setelah Jimmy melepaskan tangan Lily, dia tidak berhenti sejenak dan langsung berjalan ke arah Samuel, lalu bertanya, "Apakah kamu masih bisa berjalan sendiri?"Dia seolah-olah tahu kalau Samuel banyak minum."Hmm.""Ayo, kita pergi!" kata Jimmy.Samuel pun berdiri.Tubuhnya masih sedikit tidak stabil.Jimmy akhirnya memapah Samuel masuk ke dalam mobil kursi penumpang.Lily mengikuti mereka dari belakang.Lily sedang mempertimbangkan apakah dia akan masuk ke dalam mobil atau tidak."Samuel bilang ini adalah mobil Cintia. Kebetulan aku mau mengembalikan mobil ini, jadi sekalian bisa mengantarmu pulang. Ayo, masuklah!" kata Jimmy kepada Lily.Lily akhirnya duduk di kursi belakang.Mobil itu melaju dengan sangat mulus. Walaupun tidak ada banyak mobil di jalan, Jimmy tetap mengemudikan mobilnya dengan sangat lambat.Dia memang orang yang sangat lembut.Mungkin karena dia sangat bergantung pada orang lain, makanya Lily tidak pernah melihatnya marah.Mungkin kepribadian Jimmy yang seperti in
"Maaf, malam-malam begini mengganggumu. Lily tertidur," kata Jimmy."Oh, tidak apa-apa, lagi pula …." Cintia menelan kembali kata-katanya, lalu berkata, "Bawa Lily masuk ke dalam."Jimmy juga tidak banyak bertanya.Dia menggendong Lily masuk ke dalam, lalu meletakkannya di tempat tidur Cintia.Dari awal sampai akhir, Lily tidak bergerak sedikit pun.Setelah meletakkannya, Jimmy pun keluar dari kamar Cintia.Cintia mengantarnya pergi.Ketika mereka berjalan sampai ke ruang tamu, Jimmy menyerahkan obat luka yang baru saja dibelinya kepada Cintia.Cintia sedikit tertegun.Jimmy berkata, "Samuel yang menyuruhku untuk memberikannya padamu."Cintia mengerucutkan bibirnya dan tidak berbicara.Setelah dia dibelenggu oleh Sutio tadi malam, ada memar besar di lehernya.Cintia pikir Samuel tidak menyadarinya."Terima kasih!" kata Cintia sambil menerima obat luka itu.Dia hanya tidak ingin mempersulit Jimmy.Dia juga tidak ingin terjebak dalam hal-hal kecil.Sebenarnya Jimmy tahu apa yang Cintia p
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug