Namun sekarang, Samuel benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahannya!"Kamu dan Lily sedang menjalin hubungan, 'kan?" kata Cintia secara langsung.Kalau tidak mengatakannya dengan jelas, Cintia akan terus kepikiran. Sebelumnya, dia tidak ingin mengatakan bahwa orang dewasa sebetulnya tidak perlu saling menyulitkan satu sama lain karena mereka bukan musuh.Namun, setelah beberapa kali penolakan yang tidak berhasil, Cintia memutuskan untuk angkat bicara.Mata Samuel bergerak sedikit.Tampak ada keterkejutan di matanya.Mungkin karena masih terkejut.Dia masih terdiam.Cintia berkata lagi, "Aku pernah berhubungan dengan Lily, dia adalah gadis yang baik. Meskipun orangnya agak keras kepala, dia memiliki hati yang sangat baik dan sederhana. Aku tidak tahu bagaimana hubungan kalian berdua, mungkin hanya sebatas kenal saja, bukan yang terlalu mendalam. Tapi aku rasa Lily pantas diperlakukan dengan lebih baik. Kalau kamu ingin berkeluarga dan mencarikan ibu yang baik untuk Erikson, aku ra
Kakak?!Tubuh Cintia gemetaran.Pada saat ini, dia masih berada di pelukan Samuel. Jadi, tentu saja Samuel bisa merasakan perubahan dalam pergerakan tubuhnya!Samuel memerintah Lily lagi, "Kemarilah!"Lily berjalan mendekat dengan gemetar dan ketakutan.Pada saat ini, wajahnya memerah karena banyak minum, tubuhnya juga sedikit tidak stabil. Ekspresi ketakutan di wajahnya seperti ekspresi seorang anak kecil yang ketakutan karena melakukan kesalahan. Lily berkata, "Kak, aku benar-benar tidak bermaksud memergokimu bermesraan dengan Cintia. Aku cuma ingin buang air kecil."Setelah melontarkan kalimat itu, dia masih merasa begitu gelisah.Pada awalnya, Cintia menolak sikap intimitas Samuel.Namun saat ini, karena merasa sangat canggung, dia membenamkan kepalanya ke dada Samuel. Dia malu bertemu dengan siapa pun. Tentu saja Samuel juga tahu betapa malunya Cintia, tetapi dia tetap tidak melepaskannya.Dia terus bertanya kepada Lily, "Kakekku kamu panggil apa?""Kak, kamu jangan menakutiku."
"Aku penasaran kenapa kamu bisa mengira aku pacaran dengan Lily?" Samuel menatap Cintia dengan serius seperti sudah melakukan kesalahan.Suasana hati Samuel sedang bagus.Cintia menggigit bibirnya.Jika dia bilang dirinya dikhianati oleh Rein waktu itu, Samuel pasti makin tidak akan membiarkannya pergi."Tapi, aku lebih penasaran kenapa Nona Cintia bisa dengan entengnya menganggap ketika aku dan Lily pacaran, aku akan membiarkan kalian berdua muncul di tempat yang sama. Sebenarnya, di dalam benak Nona Cintia, seberapa tidak bertanggung jawabnya aku dalam menyikapi sebuah hubungan, baru bisa sampai ke titik ini?!" tanya Samuel satu demi satu kata.Cintia tidak bisa berkata-kata.Jika dilihat dari ketenangan dan kecerdasannya selama ini, Cintia pasti memiliki keraguan. Namun, entah kenapa, dia bisa memastikan hubungan antara Samuel dan Lily. Sekarang, setelah semuanya dipastikan kembali, dia merasa dirinya sangat bodoh.Apakah dia terinfeksi oleh kebodohan Rein?!Atau ….Detak jantung Ci
Cintia dan Samuel kembali ke ruang pribadi.Begitu Samuel kembali, lagi-lagi dia diseret oleh Doni dan yang lainnya untuk minum.Agar Samuel tidak khawatir karena berpikir bahwa Cintia akan merasa tidak nyawan, Cintia pun memilih lagu yang akan dinyanyikannya.Di ruang pribadi itu, mereka minum dan Cintia bernyanyi.Malam makin larut.Lily minum terlalu banyak, dia berbaring di atas tubuh Cintia, kemudian dengan mabuk bertanya, "Barusan apa yang dilakukan kakakku padamu?""Tidak apa-apa," ujar Cintia sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat."Tidak apa-apa?" kata Lily sambil mengernyit menatap Cintia. Tentu saja dia tidak percaya, kemudian dia lanjut berkata lagi, "Kenapa aku merasa semenjak kalian keluar tadi, suasana hati kakakku jadi jauh lebih baik? Tadi, dia tidak mau minum, sekarang dia bahkan berinisiatif untuk minum. Kamu benar-benar tidak melakukan apa-apa padanya?"Melihat Lily yang menatapnya, membuat Cintia merasa sedikit bersalah."Aku mengerti." Ekspresi Lily sangat ra
Mungkin Jimmy sudah pergi dari tadi.Lily mengambil tas yang diletakkannya di atas sofa dan bersiap untuk pergi."Uek!"Tampaknya, di dalam kamar mandi ruang pribadi terdengar suara orang muntah. Lily ragu-ragu sebentar, tetapi kemudian masuk ke dalam.Begitu pintu dibuka, dia melihat Jimmy sedang berjongkok dan muntah-muntah di kloset.Lily mengerucutkan bibirnya.Padahal Jimmy tidak sanggup minum banyak, tetapi malam ini dia sangat proaktif.Bukankah besok masih masih harus syuting?Untungnya Lily pintar. Dia tahu Jimmy pasti akan minum banyak malam ini, jadi besok dia mengambil cuti.Jimmy muntah-muntah sampai keluar cairan berwarna kuning.Dia benar-benar tidak mengerti kenapa banyak sekali orang yang suka minum alkohol.Dia pasti akan menolak untuk minum, kecuali karena terpaksa.Jimmy perlahan-lahan bangkit dari tanah.Mungkin karena berjongkok terlalu lama, makanya kakinya jadi kebas. Baru berdiri, tubuhnya langsung terjatuh ke samping dan hampir terjatuh ke lantai.Sesosok ora
Akhirnya mereka sampai di Vila Purnomo.Setelah keluar dari mobil, Jimmy langsung berlari ke tikungan dan terus muntah.Lily berdiri di belakangnya, dia melihat Jimmy muntah sampai tidak bisa berdiri tegak.Bukankah tadi di mobil masih baik-baik saja? Kenapa sekarang bisa muntah separah ini?"Mau tidak telepon dokter keluarga untuk datang ….""Hacihh!" Belum sempat Lily mendekat, Jimmy bersin lagi.Dia bersin dan muntah pada saat bersamaan.Sungguh menyedihkan.Lily mundur selangkah sambil berkata, "Aku akan membantumu menelepon dokter."Selesai berbicara, dia pun masuk ke Vila Purnomo.Jimmy kemudian dipapah oleh dokter keluarga kembali ke kamarnya. Dia benar-benar tidak bertenaga.Setelah mandi, Lily keluar dan melihat bahwa kamar Jimmy masih terbuka dengan lampu yang menyala.Dia ragu-ragu sejenak, tetapi akhirnya berjalan masuk.Dokter sedang menginfusnya. Jimmy sedang berbaring di tempat tidur, wajahnya tampak sangat pucat.Ini tidak seperti mabuk, ini seperti sakit parah.Saat i
Cintia berbalik, lalu memasukkan sandi.Pintu pun terbuka.Dia berjalan masuk. Namun, pria yang berjanji untuk pergi itu malah terpaku di depan pintu."Sudah larut malam, cepatlah pulang," pinta Cintia. "Oke!" kata Samuel dengan santainya.Namun, dia tetap tidak bergerak sedikit pun.Cintia menggertakkan giginya, lalu berbalik untuk menutup pintu.Setelah menutup pintu, dia melihtat ke arah pintu masuk melalui video. Ternyata Samuel masih berdiri di sana.Cintia tidak bisa berkata-kata.Dia tiba-tiba membuka pintu lagi, lalu berkata, "Bukannya kamu bilang mau pergi?""Tiba-tiba aku teringat sesuatu," kata Samuel."…""Kamu belum memberiku hadiah ulang tahun."Cintia mengerucutkan bibirnya.Dia pikir mereka akan berpisah malam ini, jadi untuk apa memberinya hadiah lagi? Buang-buang waktu saja."Pakai ungkapan juga tidak apa-apa," kata Samuel dengan ekspresi serius, seperti sedang mengisyaratkan sesuatu.Cintia merasa bahwa jika malam dirinya tidak bisa memuaskan Samuel, Samuel tidak ak
Meri melihat anaknya dengan kaget.Selama bertahun-tahun, dia tidak pernah dimarahi Jacob sampai seperti ini.Biasanya, apa pun yang dia katakan, Jacob selalu menurutinya.Kini, di depan begitu banyak dokter dan perawat di rumah sakit, Jacob malah memarahinya!Dia sudah tua, mau taruh di mana muka dia?"Beraninya kamu bicara begitu keras padaku …." Meri tidak pernah merasa sesulit ini. Matanya memerah. Sementara tangannya yang sedang menunjuk Jacob masih gemetaran.Jacob sedang marah, dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan Meri.Jika bukan karena takut masalah ini akan berdampak pada reputasi Keluarga Dijaya, bahkan reputasinya sebagai orang berbakti di Kota Bandung, dia tidak akan peduli apakah ibunya akan masuk penjara atau tidak!Bahkan dia harus terimbas oleh kemarahan Cintia."Pertimbangkanlah sendiri!" Setelah melontarkan kalimat ini, Jacob pun pergi.Tekanan darah Meri naik karena marah.Dia menyaksikan dengan tidak percaya saat putranya pergi dan meninggalkannya di rumah
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug