Samuel langsung mengiakan tanpa bertanya apa-apa lagi.Cintia menulis lagi dalam kotak dialog: "Bawa Erik juga …."Dia tiba-tiba tertegun, pada akhirnya dia menghapusnya lagi.Dia keluar dari kamar mandi, berganti pakaian, kemudian pergi membeli bahan makanan.Dia pikir memasak makan malam sendiri itu seharusnya tidak terlalu sulit.Cintia membeli bahan-bahannya dan mengunduh aplikasi memasak, kemudian mulai memasak mengikuti tutorialnya.Malam hari pun tiba.Bel pintu berbunyi.Cintia yang masih memakai celemek, bergegas pergi membuka pintu.Di depan pintu, Samuel memegang buket bunga. Dia mengenakan setelan jas hitam dengan dasi berwarna perak, masih terlihat formal dan tampan."Selesai bekerja aku langsung datang ke sini," jelas Samuel.Perkataannya menjelaskan mengapa dia berpakaian seperti ini.Cintia tersenyum sebentar.Tentu saja dia tahu itu bukan hanya itu."Masuklah." Cintia mengambil bunga segar Samuel, kemudian memberikan sepatu kepadanya.Samuel memakai sepatu itu, kemudia
Cintia berkata kepada Samuel, "Coba kamu cicipi."Ada semacam harapan dalam tatapannya, sangat menyilaukan.Samuel mengambil sendok, lalu mengambil sepotong ikan mandarin kukus.Dia memasukkannya dengan anggun dan lembut ke dalam mulut, lalu mengunyahnya.Tidak ada ekspresi apa pun di wajahnya, jadi Cintia tidak tahu apakah masakannya enak atau tidak!Samuel juga tidak berkomentar.Setelah makan ikan mandarin, Samuel mengambil sepotong iga babi asam manis, kemudian mencoba semua hidangan itu.Setelah selesai makan, dia mengambil anggur merah, lalu menyesapnya.Cintia akhirnya tidak tahan untuk bertanya, "Enak, tidak?" Samuel menyeka sudut mulutnya dengan perlahan, kemudian berkata, "Lumayan, enak, kok.""Benarkah?" Cintia langsung mengambil sendok dan ingin segera makan.Tiba-tiba, Samuel menggenggam tangan Cintia dengan jarinya yang ramping.Cintia sedikit mengernyit."Cukup satu orang saja yang keracunan makanan ini," kata Samuel dengan tenang.Kemudian, dia mengambil anggur merah,
Mereka berdua saling bertatapan. Ada beberapa perasaan yang tumbuh.Cintia benar-benar tidak pernah menyangka bahwa setelah mengalami masa lalu yang kelam dan dikhianati oleh Rein, dia akan begitu cepat memulai hubungan baru.Mungkin Cintia juga tidak terlalu percaya diri dengan hubungan ini.Namun, dia mengambil langkah itu.Apakah karena taktik Samuel yang terlalu pintar, ataukah karena Samuel tidak sedingin yang dia pikirkan dan tidak seputus asa itu dalam menjalani hidup?Setelah menjalin hubungan, mereka berdua tiba-tiba diam.Ruangan menjadi hening, jadi tampak canggung."Apakah … kamu membenci orang yang dulu pernah berhubungan denganmu?" tanya Samuel tiba-tiba.Wajahnya tampak tenang, tetapi seperti ada sedikit rasa gugup.Cintia tidak tahu mengapa Samuel bisa menanyakan hal ini padanya. Mungkin karena kejadian ini, Cintia jadi menolak pria.Cintia menjawab, "Benci."Mata Samuel bergerak sedikit."Saat itu dia sadar. Aku ingat dengan jelas, aku berulang kali memohon padanya
Keesokan harinya.Cintia terbangun. Saat melihat ponselnya, dia melihat ada sebuah pesan yang dikirim oleh Samuel. Pesannya bertuliskan: "Selamat pagi, pacarku."Cintia mengerucutkan bibirnya.Mungkin Cintia tidak sadar ketika dia melihat pesan ini, sudut mulutnya sedikit terangkat.Dia berganti pakaian, berdandan, kemudian pergi bekerja.Baru saja tiba di depan pintu kantor, dia melihat ada Jacob, Meri dan Claudia yang sedang menunggunya di sana. "Cintia, kamu sudah datang," kata Claudia dengan ramah.Cintia melirik mereka sekilas. Jelas dia tahu betul apa yang mau mereka lakukan.Dia masuk ke dalam kantor, lalu duduk di kursi.Yang lain juga ikut masuk.Jacob berbicara dengan sikap yang cukup baik, dia berkata, "Cintia, hari ini nenekmu secara khusus datang untuk meminta maaf padamu."Selesai berbicara, dia buru-buru mengedipkan mata kepada Meri. Meri masih merasa sangat kesal karena dia harus merendahkan dirinya untuk meminta maaf kepada Cintia.Namun, jika dia teringat dengan dir
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadap nenek," ucap Cintia dengan tak berdaya.Meri merasa senang dalam hatinya, dia mengira Cintia akan menyerah dengan begini.Orang yang lebih tua memang lebih pengalaman.Cintia tidak mungkin bisa menjadi lawannya!"Pada awalnya kita ini satu keluarga dan tidak seharusnya terlalu perhitungan. Kalau begitu, pergilah ke kantor polisi untuk menarik tuntutanmu terhadap nenek ....""Aku ingin 10% saham Grup Dijaya." Cintia langsung menyela perkataan Meri.Begitu perkataan ini terdengar, raut wajah Jacob dan Claudia langsung berubah.Claudia bahkan merasa terlalu bersemangat. "Cintia, kamu ini merampok, ya! Benar-benar keterlaluan!""Apa hubungan antara Grup Diya dengan orang luar sepertimu? Kamu tidak berhak untuk menilaiku!" Cintia melihat Claudia dengan dingin.Perkataan Cintia membuat Claudia emosi sampai wajahnya memerah, tetapi dia tidak bisa berkata-kata."Tidak mungkin," ujar Jacob.Kata yang tegas tanpa pertimbangan sama sekali."Kalau begitu, s
Mata Claudia tampak merah.Akhirnya, dia mengerti betapa sakitnya tamparan dari Meri yang sekuat tenaga itu.Pada awalnya, Claudia mengira Cintia pura-pura tuli, tetapi saat ini dia merasa telinganya terus berbunyi.Akan tetapi, dia tidak menyangka Cintia akan sungguh menuntut Meri. Dia tidak memiliki keberanian itu dan hanya bisa menelan amarahnya.Namun, dia paling tidak bisa terima bahwa 10% saham Grup Dijaya diberikan kepada Cintia!Pandangan Claudia tampak kejam, tapi dia hanya bisa pura-pura lemah di hadapan Jacob dan Meri. "Ibu salah paham terhadapku, aku bukan tidak peduli Ibu hidup atau mati, tetapi hanya merasa Cintia terlalu tidak tahu berterima kasih ....""Diam!" Meri pun emosi dan sama sekali tidak mendengar penjelasan Claudia.Dia paling paham apakah Cintia tahu bersyukur atau tidak.Saat ini, yang terpenting adalah dia tidak bisa berbuat apapun terhadap Cintia, dia hanya bisa emosi sampai menggertakkan giginya.Cintia melihat keluarga ini dengan datar sambil tersenyum.
Bagaimana pun, berita ini tidak bisa ditekan.Seperti ada seseorang yang sengaja membesarkan hal ini. Selama seminggu, tidak ada berita heboh lainnya di seluruh negeri, hanya ada berita tentang Starvy dan Rein yang terus berada di pencarian terpanas. Mereka dimarahi dengan kejam hari demi hari.Pasar saham kedua keluarga ini juga sedang berada dalam keadaan menurun begitu perdagangan dibuka.Jika hal ini terus berlanjut, kedua keluarga akan hancur oleh skandal dan menjadi kejadian pertama dalam sejarah.Billy pun membentak Rein di hadapan seluruh direksi dan jajaran tinggi Grup Halim, "Rein, kamu tidak bisa menekan berita ini, ya? Sudah selama ini! Apakah kamu ingin menyeret Grup Halim sampai hancur?"Rein merasa sangat tidak nyaman.Pada awalnya, dia berpikir bahwa berita akan menghilang seiring waktu, tetapi tidak diduga berita itu masih berada di daftar berita hangat setelah sekian lama. Pasti ada seseorang yang berbuat sesuatu di balik hal ini.Tanpa berpikir pun, dia sudah mengeta
Raut wajah Jimmy menjadi masam.Pintu ruangan dibuka seseorang ketika baru melepaskan pakaian.Miya muncul di ruangannya dengan memakai gaun panjang yang berlebihan dan riasan yang tebal."Aku ... bukan sengaja untuk ...." ujar Miya dengan aktingnya yang heboh dan murahan.Saat berbicara, dia segera berbalik untuk keluar.Akan tetapi, dia sengaja menginjak ekor gaunnya sendiri. Tubuhnya masuk ke dalam pelukan Jimmy dengan sangat terampil.Jimmy pun menopangnya secara refleks.Miya mengambil kesempatan untuk mengeluskan wajahnya ke dada Jimmy.Dada yang kuat dan elastis.Jimmy mengerutkan alis karena menyadari Miya ini sengaja.Dia menjulurkan tangan dan berniat mendorongnya pergi.Pada saat itu, Jimmy tiba-tiba melihat Lily yang berdiri di depan pintu.Lily melihat situasi Jimmy dan Miya dengan dingin sambil tersenyum mengejek.Sungguh bersemangat!Apakah tidak bisa dilakukan di hotel, ya?"Dasimu terjatuh di mobilku." Lily berbicara kepada Jimmy dengan tenang.Saat datang, mereka berd
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug