Cintia memberanikan diri untuk turun dari mobil.Meskipun tidak formal, juga tidak termasuk biasa.Hanya saja, rasanya agak ceroboh jika dibandingkan dengan Samuel.Samuel terlihat tidak peduli dengan pakaiannya, lalu membawanya masuk ke dalam bangunan yang menjulang tinggi.Restoran ada di lantai 28.Tempat yang dipilih oleh Samuel jelas adalah kelas atas Kota Bandung.Cintia mengikuti Samuel masuk ke dalam lift wisata yang indah. Di dalam lift, Samuel tiba-tiba melepaskan jas dan dasi. Dua kancing kemeja putihnya dilepaskan, mengurangi rasa abstinensi dan menambahkan sentuhan rasa elegan yang bebas."Bawakan ini untukku." Samuel tiba-tiba berbicara, lalu menyerahkan mantel dan dasi kepada Cintia.Cintia mengambilnya.Setelah itu, Samuel terlihat perlahan menggulung lengan kemejanya, menunjukkan lengan yang kuat dan gagah.Samuel langsung tampak santai.Pada saat itu, Cintia paham apa yang sedang dilakukan oleh Samuel.Semua ini untuk sesuai dengan pakaiannya.Cintia merasa sedikit b
"Halo, Nona Cintia. Bertemu lebih baik dari mendengar. Kamu bahkan lebih cantik dari konferensi pers terakhir," Steven memuji dengan tulus.Cintia tersenyum. "Terima kasih atas pujiannya. Kamu juga tampan."Steven tersenyum bangga, seperti menggunakan alisnya untuk memprovokasi Samuel.Samuel menganggap tidak melihatnya.Dia menarik kursi untuk Cintia duduk, sambil berkata, "Mereka ini teman sejak kecil, tapi aku lebih banyak di luar negeri dan jarang pulang. Ini pertama kali aku melewatkan ulang tahun di Kota Bandung, jadi mereka ingin merayakannya untukku."Maksudnya, awalnya Samuel bermaksud merayakan ulang tahun berdua dengan Cintia, tapi ada beberapa pengganggu yang tidak bisa disingkirkan."Santai saja, abaikan saja mereka," kata Samuel dengan pelan di telinga Cintia.Jelas, dia menjaga perasaan Cintia.Cintia menganggukkan kepala.Pada ulang tahun Samuel, tentu saja semua berdasarkan pengaturan darinya.Hanya saja ... Cintia sudah mempersiapkan banyak hal untuk malam ini. Entah
"Omong-omong, kenapa Laura tidak datang?" tanya Lily kepada Steven.Belum sempat Steven menjawab, Doni berkata dari samping, "Kapan kamu lihat Steven dan Laura makan di sini?""Lalu, untuk apa dia menikahi Laura?" tanya Lily tidak senang."Kamu tanya saja dia sendiri," kata Doni sambil mengangkat bahunya.Yang mengartikan bahwa Doni sendiri juga tidak tahu.Steven tersenyum acuh tak acuh sembari berkata, "Pernikahan politik, paham tidak?""Semua pria itu memang anjing!" kata Lily dengan nada menghina.Karena hubungan dengan kakak sepupunya, Lily juga memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang ini.Namun, dalam pernikahan antara Laura dan Steven, Lily lebih memihak Laura. Doni mengoreksi perkataan Lily dengan berkata, "Apa yang kamu bilang itu tidak benar. Kami bertiga tidak seperti itu. Meskipun Samuel punya seorang anak, beberapa tahun ini dia selalu menjaga dirinya dan tidak pernah melakukan hal yang tidak-tidak. Apalagi Jimmy, pacar saja dia bahkan tidak punya, kurang menjaga
Barusan Lily dan Doni minum terlalu banyak, jadi sekarang perut Lily terasa sedikit tidak nyaman.Kalau terus minum seperti ini lagi, dia harus melakukan siaran langsung."Kamu tidak apa-apa, 'kan? Cintia menyodorkan segelas air putih kepada Lily, kemudian lanjut berkata, "Jangan minum terlalu cepat, tidak baik untuk perutmu.""Terima kasih!" kata Lily sambil mengambil air putih itu. Dia merasa terharu, kemudian dia pun berkata dengan sungguh-sungguh, "Cintia, aku benar-benar sangat menyukaimu."Hati Cintia sedikit tergerak."Kamu kenal Laura, 'kan?" tanya Lily."Iya, aku kenal. Waktu itu aku pernah makan bareng dengannya."Lily lanjut berkata, "Dia adalah sahabatku, tidak ada yang lain lagi. Tapi sekarang, aku ingin mengumumkan bahwa aku punya satu sahabat lagi."Cintia menggigit bibirnya dengan lembut.Dia sedikit … kehilangan kata-kata.Sebenarnya, Cintia bisa merasakan kasih sayang Lily pada dirinya.Ketulusan hati Lily ini membuat suasana hati Cintia menjadi campur aduk.Kemudian
Melodi merdu pun mengalun.Suara Cintia terdengar lembut dan merdu, dia bernyanyi dengan penuh penghayatan.Pada awalnya, semua orang masih berjuang untuk minum. Namun, pada saat ini, ketika mereka mendengar Cintia bernyanyi, mereka semua berhenti karena dikejutkan oleh suara nyanyian Cintia. Lily mengusap telinganya sembari berkata, "Sayang sekali kalau tidak menjadi penyanyi. Nyanyiannya lebih bagus dariku.""Bukannya kamu seorang pemain film?" tanya Doni."Memangnya aku tidak boleh mengembangkan diri di berbagai bidang?"Kemudian, Doni bertanya kepada Samuel, "Cintia menyanyikan lagu ini dengan sangat bagus, tapi liriknya … mengungkapkan apa?"Samuel menatap Doni lekat-lekat."Apa sih yang kamu pikirkan?! Kan hanya sebuah lagu. Apa kamu pikir kakakku ini adalah orang ketiga?" Lily tidak bisa berkata-kata."…"Doni buru-buru mengklarifikasi, "Aku tidak mengatakan apa-apa, ya."Sebuah lagu pun selesai dinyanyikan. Semua orang memberikan tepuk tangan kepada Cintia.Cintia bernyanyi d
Namun sekarang, Samuel benar-benar tidak tahu di mana letak kesalahannya!"Kamu dan Lily sedang menjalin hubungan, 'kan?" kata Cintia secara langsung.Kalau tidak mengatakannya dengan jelas, Cintia akan terus kepikiran. Sebelumnya, dia tidak ingin mengatakan bahwa orang dewasa sebetulnya tidak perlu saling menyulitkan satu sama lain karena mereka bukan musuh.Namun, setelah beberapa kali penolakan yang tidak berhasil, Cintia memutuskan untuk angkat bicara.Mata Samuel bergerak sedikit.Tampak ada keterkejutan di matanya.Mungkin karena masih terkejut.Dia masih terdiam.Cintia berkata lagi, "Aku pernah berhubungan dengan Lily, dia adalah gadis yang baik. Meskipun orangnya agak keras kepala, dia memiliki hati yang sangat baik dan sederhana. Aku tidak tahu bagaimana hubungan kalian berdua, mungkin hanya sebatas kenal saja, bukan yang terlalu mendalam. Tapi aku rasa Lily pantas diperlakukan dengan lebih baik. Kalau kamu ingin berkeluarga dan mencarikan ibu yang baik untuk Erikson, aku ra
Kakak?!Tubuh Cintia gemetaran.Pada saat ini, dia masih berada di pelukan Samuel. Jadi, tentu saja Samuel bisa merasakan perubahan dalam pergerakan tubuhnya!Samuel memerintah Lily lagi, "Kemarilah!"Lily berjalan mendekat dengan gemetar dan ketakutan.Pada saat ini, wajahnya memerah karena banyak minum, tubuhnya juga sedikit tidak stabil. Ekspresi ketakutan di wajahnya seperti ekspresi seorang anak kecil yang ketakutan karena melakukan kesalahan. Lily berkata, "Kak, aku benar-benar tidak bermaksud memergokimu bermesraan dengan Cintia. Aku cuma ingin buang air kecil."Setelah melontarkan kalimat itu, dia masih merasa begitu gelisah.Pada awalnya, Cintia menolak sikap intimitas Samuel.Namun saat ini, karena merasa sangat canggung, dia membenamkan kepalanya ke dada Samuel. Dia malu bertemu dengan siapa pun. Tentu saja Samuel juga tahu betapa malunya Cintia, tetapi dia tetap tidak melepaskannya.Dia terus bertanya kepada Lily, "Kakekku kamu panggil apa?""Kak, kamu jangan menakutiku."
"Aku penasaran kenapa kamu bisa mengira aku pacaran dengan Lily?" Samuel menatap Cintia dengan serius seperti sudah melakukan kesalahan.Suasana hati Samuel sedang bagus.Cintia menggigit bibirnya.Jika dia bilang dirinya dikhianati oleh Rein waktu itu, Samuel pasti makin tidak akan membiarkannya pergi."Tapi, aku lebih penasaran kenapa Nona Cintia bisa dengan entengnya menganggap ketika aku dan Lily pacaran, aku akan membiarkan kalian berdua muncul di tempat yang sama. Sebenarnya, di dalam benak Nona Cintia, seberapa tidak bertanggung jawabnya aku dalam menyikapi sebuah hubungan, baru bisa sampai ke titik ini?!" tanya Samuel satu demi satu kata.Cintia tidak bisa berkata-kata.Jika dilihat dari ketenangan dan kecerdasannya selama ini, Cintia pasti memiliki keraguan. Namun, entah kenapa, dia bisa memastikan hubungan antara Samuel dan Lily. Sekarang, setelah semuanya dipastikan kembali, dia merasa dirinya sangat bodoh.Apakah dia terinfeksi oleh kebodohan Rein?!Atau ….Detak jantung Ci
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug