#Saudara Rasa Orang Lain (8)
"Tadi, kan Lia sama Raffa lagi main dekat depan, Bu. Terus tiba-tiba Tante Sisil datang. Dia bilang kalau orang miskin jangan main di halaman rumah Papi, nanti kotor. terus Lia tanya, memangnya kenapa kalau orang miskin ke rumah Papi? Eh, dia malah langsung dorong Lia, Bu. Sampai Lia jatuh dan akhirnya kena pot bunga Mami Arimbi, dan langsung menimpa tangan Lia." Tuturnya panjang lebar, menjelaskan semua pertanyaan di dalam hati.
"Astaghfirullah, benar begitu Nak ceritanya?" Aku terhenyak saat mendengar cerita dari mulut Lia langsung. Kenapa Sisil bisa setega itu dengan Lia, hanya karena kami miskin. Terlalu merendahkan sekali Sisil itu.
Tak lama Bang Arham pun yang sudah selesai mandi datang dan berkumpul bersama kami di ruang tamu. Hari sudah siang dan Bang Arham akan segera berangkat untuk mencari nafkah.
"Udah, Dek. Gak usah diperpanjang lagi. Kita bisa apa? Nggak mungkin kan kita mau nuntut tanggung jawab sama Sisil. Kita ikhlasin aja ya kelakuannya Sisil, semoga dia dibukakan pintu hatinya sama Allah, dan Lia juga semoga cepat sembuh ya?" Tutur Bang Arham menasehatiku.
"Iya aku ikhlas kok, Bang. Tapi si Sisil itu benar-benar keterlaluan sekali. Udah gitu aku juga nggak habis pikir sama Bang Majid dan juga Kak Arimbi. Kenapa mereka sombong sekali? Padahal hidup di dunia ini tak ada yang perlu untuk disombongkan, yaudahlah semoga mereka semua diberi hidayah," jawabku panjang lebar, masih dengan perasaan kesal.
"Iya, Dek. Yaudah pokoknya kamu yang sabar ya? Aku berangkat dulu ya? Doakan rezeki aku hari ini banyak. Lia, Raffa, Ayah berangkat dulu ya, Nak?" Ucap Bang Arham menyudahi pembicaraan, lalu pamit padaku dan juga anak-anak.
"Iya, semoga hari ini rezekinya lancar ya, Bang. Dan semoga berkah. Aamiin." Jawabku sambil mencium tangannya, begitu juga dengan anak-anak.
"Aamiin." Lalu Bang Arham segera menaiki motor bututnya, lalu pergi.
🌼🌼🌼
Seperginya Bang Arham, aku langsung membereskan rumah dan membuat adonan kue untuk dijual nanti sore saat akan berbuka puasa.
Biasanya kalau selain bulan Ramadhan, aku berjualan di pagi hari hingga sore hari. Dan membuat kuenya di malam hari dibantu oleh suamiku.
Tapi berhubung ini sedang di bulan Ramadhan, maka aku berjualan kue di sore hari dan membuatnya di pagi atau siang hari, agar kue yang nanti kujualkan masih hangat dan fresh.
Dan untuk saat ini karena waktu yang mepet, aku hanya membuat kue bolu pandan serta bolu strawberry saja. Karena hanya membuat itu yang tak terlalu lama memakan waktu.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum, Mbak Lila." Seseorang memanggilku diluar. Aku pun segera beranjak dari kesibukan di dapur untuk melihat siapa yang datang.
Amalia dan juga Raffa sengaja aku suruh mereka untuk beristirahat, karena mereka terlihat lelah sekali, agar puasanya tak jebol maka aku suruh mereka untuk tidur saja, biasanya Lia dan Raffa setiap hari yang akan membantuku untuk membungkus kue-kue yang sudah jadi.
Tapi, berhubung tangan Lia sedang terluka. Maka aku pun tak tega kalau tetap ikut membantuku. Biar saja mereka istirahat dulu, dan aku mengerjakannya sendiri.
"Wa'alaikumsalam." Ucapku sambil membuka pintu.
Ceklek! Pintu pun terbuka. Ternyata yang datang Bu Imah, tetangga tak jauh dari kontrakanku.
Bu Imah ini terkenal orang yang paling kaya dan juga dermawan. Biasanya dia suka memesan kue ku dalam jumlah yang cukup banyak, untuk dibagikan sebagai takjil dan untuk konsumsi pribadi.
"Eh, Ibu. Silahkan masuk, Bu. Tapi maaf, saya nggak punya bangku untuk duduk." Tawarku pada Bu Imah untuk segera masuk ke rumah.
"Gapapa Mbak Lila, mau duduk di bangku atau di lantai sama saja, hehe." Jawabnya, dan langsung duduk di lantai yang sudah digelari karpet terlebih dulu.
"Iya Bu. Oh iya ada apa ya, Bu?" Tanyaku langsung to the point pada Bu Imah yang tiba-tiba kemari.
"Ini, saya mau pesen kue Mbak Lila lagi. Tapi kali ini saya mesennya banyak banget, kira-kira 1000 pcs kue, campur-campur aja untuk jenis kuenya. Saya mau bagi-bagi untuk anak-anak panti asuhan dan kaum dhuafa, kira-kira Mbak Lila sanggup nggak?" Deg! Serasa bagaikan mimpi saat aku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Bu Imah. Tak butuh waktu lama untuk Allah mengabulkan doaku.
Padahal tadi kami hanya sedang berbohong dengan Bang Majid, kami mengatakan kalau sedang ada orderan kue yang cukup banyak. Dan ternyata ucapanku dicatat oleh Malaikat dan Allah langsung mengabulkannya. Allahu Rabbi.
"Wah banyak sekali, Bu? Ibu butuhnya untuk kapan? Tapi saya bingung, apa saya bisa membuatnya? Karena saya kan cuma sendiri yang membuat," aku menunduk, karena bingung mau jawab bisa, takutnya malah nggak kekejar. Mau jawab nggak, tapi kok sayang untuk melewatkan kesempatan ini.
"Tiga hari lagi, Mbak. Sorenya akan diambil oleh anak buah saya. Kalau Mbak Lila bersedia, saya kasih dp nya dulu 50 persen sekarang juga, sisanya nanti setelah kue jadi semua, gimana Mbak?" Jawabnya. Aku berfikir sejenak.
"Tapi kalau hanya tiga jenis kue apa gapapa, Bu? Atau Ibu mau request aja juga boleh," ucapku pada Bu Imah.
"Hhmm, yaudah bikinnya yang gampang-gampang aja, seperti kue bolu, dadar gulung, onde-onde dan juga kue gemblong, gimana Mbak? Bikin aja masing-masing 250 pcs per jenis kue." Tuturnya lagi.
Karena membuat kue jenis itu cukup mudah, tak terlalu memakan waktu lama. Maka aku putuskan untuk menerima tawaran Bu Imah. Dan semoga ini menjadi jalan rezekiku.
"Baiklah, Bu. Saya terima ya orderannya. Doakan semoga nggak ada halangannya dan semua berjalan lancar," jawabku pada Bu Imah. Dia tersenyum sambil merogoh tasnya. Mungkin untuk mengambil DP kue.
"Aamiin. Ini saya kasih DP nya 70 persen dari harga pemesanan, takut modalnya Mbak Lila kurang. Sisanya nanti ya setelah kuenya jadi. oh iya harganya sama kan Mbak?" Ucapnya sambil menyerahkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah ke tanganku.
"Sama kok, Bu. Masih 1500an semua per kue. Terima kasih banyak ya, Bu. Doakan semoga lancar ya?" Jawabku sambil menerima uang DP tersebut.
Setelah ku hitung uangnya, kok ternyata lebih. Apa Bu Imah salah hitung?
"Bu, ini uangnya kelebihan. Kan, harga kuenya 1500 an, Bu. Kalau di total semuanya jadi 1.500.000. kalau Ibu DP nya 70 persen seharusnya Ibu kasih aku 1.050.000," ujarku menjelaskan. Bu Imah tersenyum menanggapi ucapanku.
"Udah nggak papa Mbak Lila, saya itungnya harga per kue 2000an biar gampang. Ya sudah ya, saya pamit dulu. Assalamualaikum." jawabnya dengan santai, lalu Bu Imah pun bergegas untuk segera pulang. Dan aku mengantarkannya hingga teras luar.
"Wa'alaikumsalam, makasih banyak ya, Bu. Sudah percaya sama saya?" Dia mengangguk sambil tersenyum. Baik sekali Bu Imah ini.
Terkadang hidup memang selucu itu, saudara kandung sendiri yang seharusnya menjadi tempat sandaran, tapi malah menjauh seolah menjadi seperti orang lain. Dan sebaliknya, orang lain tapi seperti saudara sendiri.
Niatku nanti akan meminta bantuan pada Bang Arham dan juga Iparku dari pihak Bang Arham, dan juga keponakannya. Biasanya mereka di bulan Ramadhan ini banyak waktu senggang, sekalian berbagi rezeki pada mereka juga. Agar semakin berkah.
#Saudara Rasa Orang Lain (8)
"Tadi, kan Lia sama Raffa lagi main dekat depan, Bu. Terus tiba-tiba Tante Sisil datang. Dia bilang kalau orang miskin jangan main di halaman rumah Papi, nanti kotor. terus Lia tanya, memangnya kenapa kalau orang miskin ke rumah Papi? Eh, dia malah langsung dorong Lia, Bu. Sampai Lia jatuh dan akhirnya kena pot bunga Mami Arimbi, dan langsung menimpa tangan Lia." Tuturnya panjang lebar, menjelaskan semua pertanyaan di dalam hati."Astaghfirullah, benar begitu Nak ceritanya?" Aku terhenyak saat mendengar cerita dari mulut Lia langsung. Kenapa Sisil bisa setega itu dengan Lia, hanya karena kami miskin. Terlalu merendahkan sekali Sisil itu.Tak lama Bang Arham pun yang sudah selesai mandi datang dan berkumpul bersama kami di ruang tamu. Hari sudah siang dan Bang Arham akan segera berangkat untuk mencari nafkah."Udah, Dek. Gak usah diperpanjang lagi. Kita bisa apa? Nggak mungkin kan kita mau nuntut tanggung jawab sama Sisil. Kita ikhlasin aja ya kelakuannya Sisil, semoga dia dibukakan pintu hatinya sama Allah, dan Lia juga semoga cepat sembuh ya?" Tutur Bang Arham menasehatiku. "Iya aku ikhlas kok, Bang. Tapi si Sisil itu benar-benar keterlaluan sekali. Udah gitu aku juga nggak habis pikir sama Bang Majid dan juga Kak Arimbi. Kenapa mereka sombong sekali? Padahal hidup di dunia ini tak ada yang perlu untuk disombongkan, yaudahlah semoga mereka semua diberi hidayah," jawabku panjang lebar, masih dengan perasaan kesal."Iya, Dek. Yaudah pokoknya kamu yang sabar ya? Aku berangkat dulu ya? Doakan rezeki aku hari ini banyak. Lia, Raffa, Ayah berangkat dulu ya, Nak?" Ucap Bang Arham menyudahi pembicaraan, lalu pamit padaku dan juga anak-anak. "Iya, semoga hari ini rezekinya lancar ya, Bang. Dan semoga berkah. Aamiin." Jawabku sambil mencium tangannya, begitu juga dengan anak-anak."Aamiin." Lalu Bang Arham segera menaiki motor bututnya, lalu pergi.🌼🌼🌼Seperginya Bang Arham, aku langsung membereskan rumah dan membuat adonan kue untuk dijual nanti sore saat akan berbuka puasa.Biasanya kalau selain bulan Ramadhan, aku berjualan di pagi hari hingga sore hari. Dan membuat kuenya di malam hari dibantu oleh suamiku.Tapi berhubung ini sedang di bulan Ramadhan, maka aku berjualan kue di sore hari dan membuatnya di pagi atau siang hari, agar kue yang nanti kujualkan masih hangat dan fresh.Dan untuk saat ini karena waktu yang mepet, aku hanya membuat kue bolu pandan serta bolu strawberry saja. Karena hanya membuat itu yang tak terlalu lama memakan waktu.Tok! Tok! Tok!"Assalamualaikum, Mbak Lila." Seseorang memanggilku diluar. Aku pun segera beranjak dari kesibukan di dapur untuk melihat siapa yang datang.Amalia dan juga Raffa sengaja aku suruh mereka untuk beristirahat, karena mereka terlihat lelah sekali, agar puasanya tak jebol maka aku suruh mereka untuk tidur saja, biasanya Lia dan Raffa setiap hari yang akan membantuku untuk membungkus kue-kue yang sudah jadi.Tapi, berhubung tangan Lia sedang terluka. Maka aku pun tak tega kalau tetap ikut membantuku. Biar saja mereka istirahat dulu, dan aku mengerjakannya sendiri."Wa'alaikumsalam." Ucapku sambil membuka pintu.Ceklek! Pintu pun terbuka. Ternyata yang datang Bu Imah, tetangga tak jauh dari kontrakanku. Bu Imah ini terkenal orang yang paling kaya dan juga dermawan. Biasanya dia suka memesan kue ku dalam jumlah yang cukup banyak, untuk dibagikan sebagai takjil dan untuk konsumsi pribadi."Eh, Ibu. Silahkan masuk, Bu. Tapi maaf, saya nggak punya bangku untuk duduk." Tawarku pada Bu Imah untuk segera masuk ke rumah."Gapapa Mbak Lila, mau duduk di bangku atau di lantai sama saja, hehe." Jawabnya, dan langsung duduk di lantai yang sudah digelari karpet terlebih dulu."Iya Bu. Oh iya ada apa ya, Bu?" Tanyaku langsung to the point pada Bu Imah yang tiba-tiba kemari."Ini, saya mau pesen kue Mbak Lila lagi. Tapi kali ini saya mesennya banyak banget, kira-kira 1000 pcs kue, campur-campur aja untuk jenis kuenya. Saya mau bagi-bagi untuk anak-anak panti asuhan dan kaum dhuafa, kira-kira Mbak Lila sanggup nggak?" Deg! Serasa bagaikan mimpi saat aku mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Bu Imah. Tak butuh waktu lama untuk Allah mengabulkan doaku.Padahal tadi kami hanya sedang berbohong dengan Bang Majid, kami mengatakan kalau sedang ada orderan kue yang cukup banyak. Dan ternyata ucapanku dicatat oleh Malaikat dan Allah langsung mengabulkannya. Allahu Rabbi."Wah banyak sekali, Bu? Ibu butuhnya untuk kapan? Tapi saya bingung, apa saya bisa membuatnya? Karena saya kan cuma sendiri yang membuat," aku menunduk, karena bingung mau jawab bisa, takutnya malah nggak kekejar. Mau jawab nggak, tapi kok sayang untuk melewatkan kesempatan ini."Tiga hari lagi, Mbak. Sorenya akan diambil oleh anak buah saya. Kalau Mbak Lila bersedia, saya kasih dp nya dulu 50 persen sekarang juga, sisanya nanti setelah kue jadi semua, gimana Mbak?" Jawabnya. Aku berfikir sejenak."Tapi kalau hanya tiga jenis kue apa gapapa, Bu? Atau Ibu mau request aja juga boleh," ucapku pada Bu Imah."Hhmm, yaudah bikinnya yang gampang-gampang aja, seperti kue bolu, dadar gulung, onde-onde dan juga kue gemblong, gimana Mbak? Bikin aja masing-masing 250 pcs per jenis kue." Tuturnya lagi.Karena membuat kue jenis itu cukup mudah, tak terlalu memakan waktu lama. Maka aku putuskan untuk menerima tawaran Bu Imah. Dan semoga ini menjadi jalan rezekiku."Baiklah, Bu. Saya terima ya orderannya. Doakan semoga nggak ada halangannya dan semua berjalan lancar," jawabku pada Bu Imah. Dia tersenyum sambil merogoh tasnya. Mungkin untuk mengambil DP kue."Aamiin. Ini saya kasih DP nya 70 persen dari harga pemesanan, takut modalnya Mbak Lila kurang. Sisanya nanti ya setelah kuenya jadi. oh iya harganya sama kan Mbak?" Ucapnya sambil menyerahkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah ke tanganku."Sama kok, Bu. Masih 1500an semua per kue. Terima kasih banyak ya, Bu. Doakan semoga lancar ya?" Jawabku sambil menerima uang DP tersebut.Setelah ku hitung uangnya, kok ternyata lebih. Apa Bu Imah salah hitung?"Bu, ini uangnya kelebihan. Kan, harga kuenya 1500 an, Bu. Kalau di total semuanya jadi 1.500.000. kalau Ibu DP nya 70 persen seharusnya Ibu kasih aku 1.050.000," ujarku menjelaskan. Bu Imah tersenyum menanggapi ucapanku."Udah nggak papa Mbak Lila, saya itungnya harga per kue 2000an biar gampang. Ya sudah ya, saya pamit dulu. Assalamualaikum." jawabnya dengan santai, lalu Bu Imah pun bergegas untuk segera pulang. Dan aku mengantarkannya hingga teras luar."Wa'alaikumsalam, makasih banyak ya, Bu. Sudah percaya sama saya?" Dia mengangguk sambil tersenyum. Baik sekali Bu Imah ini.Terkadang hidup memang selucu itu, saudara kandung sendiri yang seharusnya menjadi tempat sandaran, tapi malah menjauh seolah menjadi seperti orang lain. Dan sebaliknya, orang lain tapi seperti saudara sendiri.Niatku nanti akan meminta bantuan pada Bang Arham dan juga Iparku dari pihak Bang Arham, dan juga keponakannya. Biasanya mereka di bulan Ramadhan ini banyak waktu senggang, sekalian berbagi rezeki pada mereka juga. Agar semakin berkah.#Saudara Rasa Orang Lain (9)Terkadangidup memang selucu itu, saudara kandung sendiri yang seharusnya menjadi tempat sandaran, tapi malah menjauh seolah menjadi seperti orang lain. Dan sebaliknya, orang lain tapi seperti saudara sendiri.Niatku nanti akan meminta bantuan pada Bang Arham dan juga Iparku dari pihak Bang Arham, dan juga keponakannya. Biasanya mereka di bulan Ramadhan ini banyak waktu senggang, sekalian berbagi rezeki pada mereka juga. Agar semakin berkah.Aku bergegas untuk segera mencatat bahan-bahan kue untuk dibeli besok pagi. Karena belinya dalam jumlah yang banyak, maka harus dicatat, aku nanti setibanya di pasar aku tidak sampai lupa akan apa yang mau dibeli.🌼🌼🌼Kini hari sudah sore, matahari jugs perlahan telah kembali ke peraduannya.Anak-anak sudah terbangun sedar
#Saudara Rasa Orang Lain (10) Selesai menyantap makanan berbuka puasa, kami pun melanjutkan untuk sholat Maghrib berjamaah. Dan setelah itu membereskan semua bekas peralatan makan saat berbuka tadi. Setelah semuanya selesai, Bang Arham dan juga anak-anak telah bersiap untuk segera pergi ke Masjid untuk melaksanakan sholat tarawih, begitupun denganku. Tak lama terdengar suara Adzan Isya bergema di seluruh jagat raya ini. Memanggil para hamba-Nya untuk segera bersujud, menunaikan perintahnya yaitu melaksanakan sholat Isya sekaligus sholat tarawih. Dan kami berempat pun segera berangkat menuju ke masjid untuk segera melaksanakan sholat isya sekaligus tarawih. Di sepanjang jalan saat menuju ke masjid, banyak anak-anak sedang bermain. Orang-orang yang berlalu lalang untuk segera menuju ke Masjid juga. Ramadhan kali ini terasa syahdu dan juga semarak. Karena semuanya menyambut dengan riang gembira dan suka cita. 🌼🌼🌼 Kini kami semua sudah sampai di rumah, kami semua baru saja pulang
#Saudara Rasa Orang Lain (11)"Kemarin Sisil nginap di rumah aku, dia bantuin input penjualan di toko online aku. Nah, aku tidur duluan karena udah ngantuk banget. Sedangkan dia masih asyik sama laptopnya di ruang tamu sendirian. Sedangkan para karyawan juga udah pulang. Saat aku mendusin, aku malah ngeliat dia sama Yoga lagi berpelukan, Kak. Dan kakak tahu setelah itu mereka ngapain? Mereka ciuman lama sekali, mereka selingkuh, Kak! Huhuhu," jelasnya, dan kini dia semakin menangis sesenggukan.🌼🌼🌼"Astaghfirullah, benar begitu kejadiannya, Vir?" Sontak aku langsung terkejut, karena mendengar cerita dari Virra.Padahal kemarin waktu di pusat kuliner, aku melihat Sisil sedang bersama laki-laki lain dan itu bukan Y
#Saudara Rasa Orang Lain (12)Hari ini kami mau berkunjung ke rumah Kakak Iparnya Bang Arham, yaitu ke rumah Kak Alma. Karena kami akan meminta tolong padanya untuk membantu membuat kue dimulai besok pagi. Sedangkan malam nanti sepulangnya sholat tarawih, aku akan membereskan bahan-bahan kue yang akan digunakan besok pagi.🌼🌼🌼Kini kami berempat telah sampai di rumahnya Kak Alma, aku dan anak-anak bergegas untuk turun, sedangkan Bang Arham memarkirkan motornya.Tok!Tok!Tok!"Assalamualaikum, Kak." Ucapku sambil mengetuk pintu.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (13)"Nanti aja aku ceritain kalau Kakak udah disini, kalau Kakak mau ketemu aku, Kakak mampir jugalah ke rumah gubuk aku. Nggak nginep juga gapapa. Itupun kalau Kakak sudi untuk mampir." Jawabku dengan nada gusar, karena takut Kak Virda marah.Ah, tapi biarkan sajalah kalau Kak Virda sampai marah cuma karena ucapanku. Mulai saat ini aku harus tegas, walau kini hidupku masih dalam tahap merangkak, tapi tetap saja harga diri tak boleh diinjak-injak walau dengan saudara sekalipun.🌼🌼🌼[Iya udah, Insha Allah Kakak nanti bakal mampir kok ke rumah kamu. Tapi Kakak nggak nginep ya? Kan kalau nginep, bingung juga mau tidur dimana.] Ucap Kak Virda lagi, aku hanya menghembuskan nafas gusar m
#Saudara Rasa Orang Lain (14)Pov Bang Majid(Flashback On)Perkenalkan namaku Muhammad Majid Ramadhan. Karena dulu aku lahir di bulan suci Ramadhan, maka ditambahkan nama Ramadhan di belakang namaku oleh Ayah dan Ibu.Aku mempunyai tiga saudara perempuan, yang pertama Kakakku Virda, yang kedua Lila, dan yang ketiga si bontot Virra.Sebenarnya dari sewaktu kami masih kecil-kecil, aku sudah lama tak suka akan kehadiran adikku yang bernama Lila. Karena dengan hadirnya dia di dunia ini, membuat kasih sayang Ibu dan Ayah jadi tercurah padanya, dan malah semakin berkurang untukku.Seringkali Ibu d
#Saudara Rasa Orang Lain (15)Pov Bang Majid"Innalilahi Wainnailaihi Raji'un." Ucapku melemah seiring dengan ambruknya tubuh ini.Tulang belulangku serasa remuk tak bertenaga, saat melihat orang yang kusayangi terbaring kaku, dan kini tubuhnya pun telah membiru.Seketika diri ini jadi merasa berdosa sekali dengan Ayah, karena aku telah mengabaikan ucapannya.Aku sebenarnya juga jadi curiga dengan istriku sendiri, tapi lagi-lagi perasaan itu langsung kutepis karena tak mungkin Arimbi tega membunuh Ayah mertuanya sendiri. Arimbi tak mungkin sejahat itu.🌼🌼🌼
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (16)Pov Bang MajidKini rumah peninggalan Ayah dan Ibu sudah kujual semua termasuk perabotan yang ada di dalamnya. Karena aku akan membeli rumah baru serta isinya yang baru juga.Karena kalau aku tetap memakai perabotan peninggalan Ayah dan Ibu, aku akan selalu dihantui rasa bersalah. Karena telah mengambil hak yang sebenarnya adalah milik Lila.Sebenarnya aku juga kasihan dengan Adikku itu. Hidupnya kini sangat pas-pasan semenjak menikah. Apalagi semenjak perusahaan di tempat suaminya bekerja bangkrut dan semua karyawan dirumahkan termasuk Arham.Hidup Lila semakin mengalami penurunan, dan kini hanya mengandalkan pemas
#SAUDARA RASA ORANG LAINPart 39 (Ending)#Saudara Rasa Orang LainPart 39 (Ending)Hari ini peresmian toko kue ku, cabang ke-20. Alhamdulillah, aku tak henti-hentinya mengucap syukur pada sang maha pemilik segalanya. Dia-lah yang maha kaya dan maha pemilik seluruh jagat raya ini."Satu, dua, tiga. Bismillahirrahmanirrahim." Kami pun bersama-sama memotong pita yang terpampang di depan pintu masuk toko kue.Aku tak pernah menyangka akan berada di titik ini. Dimana derajat ku dinaikkan oleh Allah. Serta dititipkan amanah yang besar yang harus kami kelola dengan sebaik-baiknya.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (38)Ekstra PartPprraanngg!!! Terdengar suara pecahan barang dari dalam rumah Tante Melly. Sepertinya suasana di dalam semakin kacau. Maka kami putuskan untuk segera masuk ke dalam rumah Tante Melly tanpa mengucap salam terlebih dulu, karena memang kondisi pintu utama juga sudah terbuka dari tadi."Astaghfirullah! Tante, ada apa ini?" Tanya Bang Majid saat melihat berbagai pecahan kaca yang berserakan, kami semua sangat terkejut melihat semua keadaan ini.Tante Melly dan juga Om Hendry langsung menoleh ke arah kami. Disana juga ada Intan dan juga adiknya yaitu Vallen. Intan masih sibuk mengusap wajahnya yang telah kuyu dengan air mata. Begitu pula dengan Vallen. Sebenarnya
Part 37 (Ekstra Part)"Kamu nggak salaman sama Lila dan juga Arham?" Celetuk Bang Majid pada Intan."Eh, iya, aku lupa, hehehe. Maaf ya Kak Lila, abis aku bergaul sama orang atas terus, jadi suka nggak lihat yang dibawah." Dia pun berjalan menuju arahku sambil menyalami seperti orang yang jijik, begitu juga dengan Bang Arham. Namun, saat bersalaman dengan Bang Arham, suamiku itu langsung menangkupkan kedua tangannya di dada. Dan wajah Melly berubah menjadi pias."Intan, nggak boleh gitu ah! Walaupun Kak Lila berbeda kasta sama kita, tapi tetap saja harus kita hormati," kini Tante Melly turut angkat bicara, tapi dengan nada merendahkan pastinya."Berbeda kasta bagaimana Tante? Lila itu adik saya, dan kami tak a
#Saudara Rasa Orang Lain (Ekstra Part)Sudah satu tahun kami membuka usaha keluarga. Dan Alhamdulillah toko-toko kue yang dirintis dari kecil, kini perlahan menjadi besar. Aku bersyukur pada Allah, karena telah memberikan begitu banyak rejeki dan karunianya pada kami semua.Bang Majid kini memegang outlet kue di daerah Jakarta. Sedangkan aku kini tinggal sementara di Bandung, karena disini toko kue kami yang paling banyak cabangnya, jadi aku harus mengontrol di daerah sini, bersama dengan Mas Arham.Kak Virda juga menjadi reseller khusus daerah di kepulauan seribu. Dan Alhamdulillah respon masyarakat disana juga sangat baik. Dan kami semua semua Alhamdulillah sudah memiliki banyak pelanggan tetap.Sedangkan Vi
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (35)POV 3Kurang lebih satu minggu akhirnya Majid bisa sembuh total dari sakitnya. Untuk sementara dia menyewa rumah bersama Virra. Karena semua aset Virra juga sudah dijualnya untuk menutupi semua kerugian akibat manipulasi data yang telah Yoga lakukan.Perlahan-lahan Virra sudah ikhlas dengan apa yang menjadi ketetapan Allah. Dia juga berfikir mungkin ini teguran untuknya saat dia sedang berada diatas kemarin. Dia jadi merasa tinggi, merasa segala-galanya dan tak pernah memperdulikan saudaranya yang jelas-jelas kemarin butuh bantuannya.Kini mereka semua sudah saling bermaaf-maafan, mereka melalui hari Raya lebaran Idul Fitri dengan penuh suka cita dan juga penuh rasa haru.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (34)POV 3"Kamu kenapa, Dek?" Kak Virda mengelus-elus pundak Majid."Aku, aku banyak dosa sama Lila, Kak! Huhuhu," ucap Majid sambil terisak-isak pada Kak Virda.Kak Virda ikut menangis bersama Majid, Majid selalu terbayang-bayang dengan ucapan Ayah dan Ibunya tentang Lila."Nanti, kalau Lila udah datang kemari, kamu segera minta maaf ya sama dia, agar beban di hati kamu berkurang. Memang sudah seharusnya kita sebagai Kakak harus saling menyayangi adik-adiknya. Tanpa memandang status sosial saudara kita sendiri," Majid menghembuskan nafasnya gusar, dia juga hanya diam membisu dengan ucapan Kak Virda barusan.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (33)POV 3Kini, mereka semua sudah sampai di kota bogor. Kota yang terkenal dengan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang cukup tinggi, dan banyak tempat wisata menarik juga disana.Sebelum menemui Ferdy. Kak Alma dan yang lainnya langsung menuju ke kantor polisi untuk melaporkan kejahatan yang telah Ferdy lakukan, dan memang dia juga sudah masuk dalam daftar pencarian orang alias buronan polisi.Setelah dari kantor polisi, akhirnya mereka semua menuju ke rumah target untuk segera menangkap Ferdy si lelaki b*jing*n itu.Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi persembunyian Ferdy, Lila terus berdoa agar semuanya berjalan lancar
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (32)POV 3Kini keadaan Majid sedang mengalami kritis, dirinya kini di antara hidup dan mati.Lila menunggu Kak Virda yang sedang di dalam perjalanan untuk menuju ke rumah sakit, untuk bergantian menjaga Bang Majid. Karena Lila dan Arham akan pulang dulu ke rumahnya untuk melihat keadaan anak-anak yang memang dititipkan pada Kak Alma.Tak lama kemudian Kak Virda pun datang dengan raut wajah cemasnya."Assalamualaikum, Ya Allah Lila! Kenapa semua bisa terjadi seperti ini?huhuhu," Kak Virda pun langsung menghampiri Lila dan mereka pun saling berpelukan dalam isak tangis kesedihan. Tak pernah sedikitpun ada dendam di hati Lila un
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (31)POV 3"Kembalilah, Anakku. Dan kembalikan hak Lila yang telah kau rampas, Ayah dan Ibu ingin sekali melihat kalian semua menjadi Saudara yang akur dan saling menyayangi." Majid menangis sejadi-jadinya saat mendengar ucapan dari Ayah dan Ibunya itu.🌼🌼🌼🌼Kini semua tim kepolisian dan juga Lila dan Arham telah sampai di lokasi tempat penyekapan Bang Majid.Tim kepolisian segera berpencar untuk mengepung para penjahat yang sedang berada di dalam. Sedangkan Lila dan Arham disuruh bersembunyi terlebih dahulu di balik pepohonan yang rindang yang berada tak jauh dari rumah tersebut, agar tak ketahuan oleh para penja