Home / Lainnya / Saudara Rasa Orang Lain / Bertemu Kak Arimbi

Share

Bertemu Kak Arimbi

Author: Kasih Dgreen
last update Last Updated: 2021-09-17 21:14:36

#Saudara Rasa Orang Lain (9)

Terkadangidup memang selucu itu, saudara kandung sendiri yang seharusnya menjadi tempat sandaran, tapi malah menjauh seolah menjadi seperti orang lain. Dan sebaliknya, orang lain tapi seperti saudara sendiri.

Niatku nanti akan meminta bantuan pada Bang Arham dan juga Iparku dari pihak Bang Arham, dan juga keponakannya. Biasanya mereka di bulan Ramadhan ini banyak waktu senggang, sekalian berbagi rezeki pada mereka juga. Agar semakin berkah.

Aku bergegas untuk segera mencatat bahan-bahan kue untuk dibeli besok pagi. Karena belinya dalam jumlah yang banyak, maka harus dicatat, aku nanti setibanya di pasar aku tidak sampai lupa akan apa yang mau dibeli.

🌼🌼🌼

Kini hari sudah sore, matahari jugs perlahan telah kembali ke peraduannya.

Anak-anak sudah terbangun sedari tadi, mereka mandi lalu menonton tv di ruang tamu yang beralaskan karpet.

Kue buatanku untuk dijajakan hari ini telah siap dan aku pun bersiap-siap untuk segera berkeliling menjajakan kue ini. Semoga hari ini langsung habis. Aamiin.

"Sayang, Ibu berangkat dulu ya sebentar. Mau kelilingin kue dulu, kalian di rumah baik-baik ya, Nak? Jangan lupa kunci pintunya dan jangan dibuka kalau merasa nggak kenal," pesanku pada Amalia dan juga Raffa.

"Iya Bu. Hati-hati ya, Bu?" Jawab mereka kompak, lalu berhambur ke arahku untuk segera bersalaman.

"Yaudah, Ibu berangkat dulu ya? Assalamualaikum," ucapku pada mereka setelah bersalaman.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka kompak. Lalu aku pun segera pergi.

🌼🌼🌼

Alhamdulillah penjualan kue hari ini lebih cepat laku, karena memang waktunya yang pas dengan moment untuk berbuka puasa.

Aku bersyukur pada Allah, telah melimpahkan rezeki yang halal serta Rahmat yang tak terkira padaku dan juga pada keluarga kecil kami. Semuanya kini terasa mudah, Allah mudahkan segala yang ada di depan mataku. Semoga setelah ini hidup kami beranjak naik dan bisa membantu sesama. Aamiin.

"Kue … kue … kue bolunya, Bu." Teriakku di tengah keramaian orang-orang yang sedang berkumpul. 

Memang jalanan yang sedang kulewati ini tempatnya pusat makanan. Semua macam makanan ada di tempat ini. Maka saat akan berbuka seperti ini, tempat tersebut akan sangat ramai sekali dengan orang-orang yang memburu makanan untuk berbuka puasa nanti.

Sekilas, ekor mataku menangkap sosok seseorang yang sangat kukenal. Yaitu Kak Arimbi. Untuk apa Kak Arimbi ada disini? Sedangkan rumah Kak Arimbi itu jauh beda wilayah. Karena memang wilayah ini lebih dekat ke rumahku daripada ke rumah Bang Majid.

Tiba-tiba aku menjadi penasaran sekali, dan berniat ingin mengikuti Kak Arimbi. Pelan-pelan kulangkahkan kaki untuk melihat Kak Arimbi lebih dekat.

Kak Arimbi cuma sendirian saja sepertinya. Karena tak ada orang lain lagi di dekatnya. Terlihat Kak Arimbi sedang memilih-milih jenis makanan yang ditawarkan oleh penjual makanan disitu.

Tak lama muncul seorang laki-laki, laki-laki tersebut masih muda, berperawakan tinggi dan berkulit putih, serta memiliki bentuk badan yang proporsional. Kemudian laki-laki tersebut mendekati Kak Arimbi. Dan yang membuatku cukup terkejut yaitu laki-laki tadi langsung merangkul pinggang Kak Arimbi dan Kak Arimbi membalasnya dengan tersenyum.

"Astaghfirullah!" Refleks aku pun beristighfar. Karena takut cuma perasaan aku saja, takut hanya salah paham.

Aku takut kalau itu bukan Kak Arimbi, hanya mirip saja. Lagipula disana juga tak ada Bang Majid dan juga anak-anaknya yaitu Faraz dan Fariz.

Brruuk! Saat aku sedang konsentrasi memperhatikan Kak Arimbi dan juga laki-laki tersebut. Tiba-tiba ada yang menabrakku dari arah belakang. Sontak saja keranjang kue yang sedang kupegang jadi terjatuh, aku pun juga terhuyung ke depan. Karena orang di belakangku menabrak tubuhku cukup keras, seperti sedang mendorongku.

Kini semua pasang mata tertuju padaku. Aku segera membereskan kue-kue yang berjatuhan di jalan tadi. Kebanyakan mereka yang melihat seakan tak peduli, tak membantu dan hanya sekedar melihat saja. 

Selesai membereskan kue yang terjatuh, aku segera berdiri dan menengok ke belakang. Dan betapa terkejutnya aku, ternyata yang menabrakku tadi adalah Sisil. Dia juga sedang bersama seorang laki-laki. Lalu, aku buru-buru melihat ke arah tempat Kak Arimbi berdiri tadi. Tapi nihil, Kak Arimbi sudah tak ada.

"Sisil? Kamu nabrak aku? Kamu sengaja ya?" Tanyaku langsung pada anak remaja yang berusia belasan tahun ini.

"Iya, memangnya kenapa? Kamu pasti tadi lihat Kak Arimbi kan disana? Laki-laki tadi itu sepupu kami. Awas ya kamu, jangan ngadu macem-macem sama Bang Majid! Kalau nggak kamu bakal terima balasannya dari aku!" Mataku langsung melotot, hatiku mendidih saat mendengar Sisil berbicara dengan nada mengancam seperti itu padaku. Sangat tak sopan sekali anak ini. Walau pada yang lebih tua sekalipun.

"Ngapain kamu ngancem-ngancem saya? Eh, denger ya bocah ingusan. Saya nggak takut sama kamu. Kalau kalian nggak ngerasa salah, ngapain pake acara ngancem-ngancem saya segala? Walaupun saya orang miskin, tapi saya punya harga diri dan nggak bisa diancam sama siapapun. Termasuk sama kamu, bocah ingusan yang numpang hidup sama Abang saya!" Jawabku telak. Dia terdiam begitupun dengan laki-laki yang sedari tadi bersamanya. Lalu aku pun segera pergi meninggalkan mereka berdua yang masih terdiam mematung.

Kesal sekali rasanya hati ini, saat mendengar ancaman yang keluar dari mulut anak remaja berusia belasan. Padahal Kak Arimbi itu bukan keturunan dari orang kaya. Dia hanya dari kalangan orang biasa, sama sepertiku. 

Cuma, karena mungkin nasib baik sedang berpihak kepada keluarga Abangku yaitu Bang Majid. Makanya mereka kini hidup bergelimangan harta, karena usaha catering mereka yang benar-benar ramai orderan dan juga maju dengan pesat.

Dan semenjak itu juga, Abangku semakin menjauh dariku, terutama karena kesibukan yang padat serta mempunyai keluarga juga.

Aku memutuskan untuk pulang saja, karena sebentar lagi juga akan menjelang waktu Maghrib. Dan pasti Bang Arham juga sudah sampai di rumah.

Karena memang selama bulan Ramadhan, Bang Arham selalu pulang sebelum Maghrib tiba. Agar kami bisa berbuka puasa bersama-sama di rumah. Aku merasa bahagia dengan kesederhanaan yang ada. Bisa berkumpul bersama dengan suami dan juga anak-anak.

🌼🌼🌼

Sepanjang perjalanan, jujur saja hatiku masih bertanya-tanya dengan Kak Arimbi. Siapa sebenarnya laki-laki yang merangkul pinggang Kak Arimbi tadi? Kalau memang benar itu sepupunya Kak Arimbi, tapi kenapa laki-laki itu sampai berani merangkul pinggang Kak Arimbi, dan tak ada rasa canggung sama sekali sebagai sesama saudara.

Mudah-mudahan saja, itu memang benar sepupunya Kak Arimbi.

Kini, aku telah sampai di depan rumah. Telah terparkir motor Bang Arham di depan rumah, tandanya dia juga sudah pulang. Gegas aku pun langsung segera masuk ke dalam rumah.

 "Assalamualaikum," ucapku sambil membuka pintu. Dan mereka sedang mengangkat semua persiapan untuk berbuka nanti.

"Wa'alaikumsalam, kamu udah pulang, Dek?" Jawab Bang Arham sambil tersenyum. Dan senyuman Bang Arham langsung otomatis menumbuhkan semangatku lagi, padahal sedari tadi tubuh ini sudah terasa lelah. Karena berjualan kue sambil berpuasa.

"Udah, Bang. Alhamdulillah, hari ini terjual lumayan. Nanti sisanya mau dibagi-bagikan aja sama tetangga." Ucapku pada lelaki yang telah kunikahi selama 9 tahun itu.

"Alhamdulillah, ya udah kamu bersih-bersih dulu aja. Ini semua udah kami bereskan, tinggal nunggu waktu berbuka aja." Aku pun mengangguk dan segera ke belakang untuk membersihkan diri dan juga bersiap-siap untuk segera berbuka puasa bersama.

Kini suara Adzan Maghrib telah berkumandang di seluruh Masjid yang ada disini. Menandakan bahwa waktu buka puasa telah tiba. Kami pun segera berbuka dan sebelumnya membaca doa terlebih dahulu.

Aku baru sadar, bahwa makanan yang terhidang di lantai ini kelihatan agak banyak.

"Bang. Ini makanan kok kayaknya banyak sekali?" Tanyaku pada Bang Arham yang sedang menikmati kolak pisang.

"Alhamdulillah, Dek. Ada rezeki dari langit, hehehe." Jawabnya sambil bercanda.

"Alhamdulillah, emang rezeki apaan Bang?" Tanyaku lagi karena penasaran.

"Rezeki dari Allah lewat tangan manusia. Jadi, tadi aku dapet orderan untuk anterin orang ke tempat kuliner dekat perempatan sana. Sepertinya dia lagi terburu-buru karena mungkin mau ketemu sama seseorang. Yaudah, pas udah sampai di tujuan, dia ngasih aku uang tip sekalian ongkosnya. Dia ngasih aku uang seratus ribu dan nggak usah kembali katanya, padahal jarak dia dari tempat semula nggak terlalu jauh ke tempat kuliner perempatan sana," jelas Bang Arham padaku. Aku pun manggut-manggut tanda mengerti.

"Alhamdulillah, rezeki banget ya hari ini. Aku juga tadi di perempatan jalan sana. Tapi kita nggak ketemu ya?" Ujarku lagi pada Bang Arham.

"Iya yah. Yaudah gapapa yang penting kamu udah sampai di rumah, Hehehe." Lalu kami pun tertawa bersama-sama.

Sengaja aku belum menceritakan tentang Kak Arimbi pada Bang Arham. Karena aku memang ingin mencari tahu sendiri soal itu.

#Saudara Rasa Orang Lain (9)

Terkadang hidup memang selucu itu, saudara kandung sendiri yang seharusnya menjadi tempat sandaran, tapi malah menjauh seolah menjadi seperti orang lain. Dan sebaliknya, orang lain tapi seperti saudara sendiri.

Niatku nanti akan meminta bantuan pada Bang Arham dan juga Iparku dari pihak Bang Arham, dan juga keponakannya. Biasanya mereka di bulan Ramadhan ini banyak waktu senggang, sekalian berbagi rezeki pada mereka juga. Agar semakin berkah.

Aku bergegas untuk segera mencatat bahan-bahan kue untuk dibeli besok pagi. Karena belinya dalam jumlah yang banyak, maka harus dicatat, aku nanti setibanya di pasar aku tidak sampai lupa akan apa yang mau dibeli.

🌼🌼🌼

Kini hari sudah sore, matahari jugs perlahan telah kembali ke peraduannya.

Anak-anak sudah terbangun sedari tadi, mereka mandi lalu menonton tv di ruang tamu yang beralaskan karpet.

Kue buatanku untuk dijajakan hari ini telah siap dan aku pun bersiap-siap untuk segera berkeliling menjajakan kue ini. Semoga hari ini langsung habis. Aamiin.

"Sayang, Ibu berangkat dulu ya sebentar. Mau kelilingin kue dulu, kalian di rumah baik-baik ya, Nak? Jangan lupa kunci pintunya dan jangan dibuka kalau merasa nggak kenal," pesanku pada Amalia dan juga Raffa.

"Iya Bu. Hati-hati ya, Bu?" Jawab mereka kompak, lalu berhambur ke arahku untuk segera bersalaman.

"Yaudah, Ibu berangkat dulu ya? Assalamualaikum," ucapku pada mereka setelah bersalaman.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka kompak. Lalu aku pun segera pergi.

🌼🌼🌼

Alhamdulillah penjualan kue hari ini lebih cepat laku, karena memang waktunya yang pas dengan moment untuk berbuka puasa.

Aku bersyukur pada Allah, telah melimpahkan rezeki yang halal serta Rahmat yang tak terkira padaku dan juga pada keluarga kecil kami. Semuanya kini terasa mudah, Allah mudahkan segala yang ada di depan mataku. Semoga setelah ini hidup kami beranjak naik dan bisa membantu sesama. Aamiin.

"Kue … kue … kue bolunya, Bu." Teriakku di tengah keramaian orang-orang yang sedang berkumpul. 

Memang jalanan yang sedang kulewati ini tempatnya pusat makanan. Semua macam makanan ada di tempat ini. Maka saat akan berbuka seperti ini, tempat tersebut akan sangat ramai sekali dengan orang-orang yang memburu makanan untuk berbuka puasa nanti.

Sekilas, ekor mataku menangkap sosok seseorang yang sangat kukenal. Yaitu Kak Arimbi. Untuk apa Kak Arimbi ada disini? Sedangkan rumah Kak Arimbi itu jauh beda wilayah. Karena memang wilayah ini lebih dekat ke rumahku daripada ke rumah Bang Majid.

Tiba-tiba aku menjadi penasaran sekali, dan berniat ingin mengikuti Kak Arimbi. Pelan-pelan kulangkahkan kaki untuk melihat Kak Arimbi lebih dekat.

Kak Arimbi cuma sendirian saja sepertinya. Karena tak ada orang lain lagi di dekatnya. Terlihat Kak Arimbi sedang memilih-milih jenis makanan yang ditawarkan oleh penjual makanan disitu.

Tak lama muncul seorang laki-laki, laki-laki tersebut masih muda, berperawakan tinggi dan berkulit putih, serta memiliki bentuk badan yang proporsional. Kemudian laki-laki tersebut mendekati Kak Arimbi. Dan yang membuatku cukup terkejut yaitu laki-laki tadi langsung merangkul pinggang Kak Arimbi dan Kak Arimbi membalasnya dengan tersenyum.

"Astaghfirullah!" Refleks aku pun beristighfar. Karena takut cuma perasaan aku saja, takut hanya salah paham.

Aku takut kalau itu bukan Kak Arimbi, hanya mirip saja. Lagipula disana juga tak ada Bang Majid dan juga anak-anaknya yaitu Faraz dan Fariz.

Brruuk! Saat aku sedang konsentrasi memperhatikan Kak Arimbi dan juga laki-laki tersebut. Tiba-tiba ada yang menabrakku dari arah belakang. Sontak saja keranjang kue yang sedang kupegang jadi terjatuh, aku pun juga terhuyung ke depan. Karena orang di belakangku menabrak tubuhku cukup keras, seperti sedang mendorongku.

Kini semua pasang mata tertuju padaku. Aku segera membereskan kue-kue yang berjatuhan di jalan tadi. Kebanyakan mereka yang melihat seakan tak peduli, tak membantu dan hanya sekedar melihat saja. 

Selesai membereskan kue yang terjatuh, aku segera berdiri dan menengok ke belakang. Dan betapa terkejutnya aku, ternyata yang menabrakku tadi adalah Sisil. Dia juga sedang bersama seorang laki-laki. Lalu, aku buru-buru melihat ke arah tempat Kak Arimbi berdiri tadi. Tapi nihil, Kak Arimbi sudah tak ada.

"Sisil? Kamu nabrak aku? Kamu sengaja ya?" Tanyaku langsung pada anak remaja yang berusia belasan tahun ini.

"Iya, memangnya kenapa? Kamu pasti tadi lihat Kak Arimbi kan disana? Laki-laki tadi itu sepupu kami. Awas ya kamu, jangan ngadu macem-macem sama Bang Majid! Kalau nggak kamu bakal terima balasannya dari aku!" Mataku langsung melotot, hatiku mendidih saat mendengar Sisil berbicara dengan nada mengancam seperti itu padaku. Sangat tak sopan sekali anak ini. Walau pada yang lebih tua sekalipun.

"Ngapain kamu ngancem-ngancem saya? Eh, denger ya bocah ingusan. Saya nggak takut sama kamu. Kalau kalian nggak ngerasa salah, ngapain pake acara ngancem-ngancem saya segala? Walaupun saya orang miskin, tapi saya punya harga diri dan nggak bisa diancam sama siapapun. Termasuk sama kamu, bocah ingusan yang numpang hidup sama Abang saya!" Jawabku telak. Dia terdiam begitupun dengan laki-laki yang sedari tadi bersamanya. Lalu aku pun segera pergi meninggalkan mereka berdua yang masih terdiam mematung.

Kesal sekali rasanya hati ini, saat mendengar ancaman yang keluar dari mulut anak remaja berusia belasan. Padahal Kak Arimbi itu bukan keturunan dari orang kaya. Dia hanya dari kalangan orang biasa, sama sepertiku. 

Cuma, karena mungkin nasib baik sedang berpihak kepada keluarga Abangku yaitu Bang Majid. Makanya mereka kini hidup bergelimangan harta, karena usaha catering mereka yang benar-benar ramai orderan dan juga maju dengan pesat.

Dan semenjak itu juga, Abangku semakin menjauh dariku, terutama karena kesibukan yang padat serta mempunyai keluarga juga.

Aku memutuskan untuk pulang saja, karena sebentar lagi juga akan menjelang waktu Maghrib. Dan pasti Bang Arham juga sudah sampai di rumah.

Karena memang selama bulan Ramadhan, Bang Arham selalu pulang sebelum Maghrib tiba. Agar kami bisa berbuka puasa bersama-sama di rumah. Aku merasa bahagia dengan kesederhanaan yang ada. Bisa berkumpul bersama dengan suami dan juga anak-anak.

🌼🌼🌼

Sepanjang perjalanan, jujur saja hatiku masih bertanya-tanya dengan Kak Arimbi. Siapa sebenarnya laki-laki yang merangkul pinggang Kak Arimbi tadi? Kalau memang benar itu sepupunya Kak Arimbi, tapi kenapa laki-laki itu sampai berani merangkul pinggang Kak Arimbi, dan tak ada rasa canggung sama sekali sebagai sesama saudara.

Mudah-mudahan saja, itu memang benar sepupunya Kak Arimbi.

Kini, aku telah sampai di depan rumah. Telah terparkir motor Bang Arham di depan rumah, tandanya dia juga sudah pulang. Gegas aku pun langsung segera masuk ke dalam rumah.

 "Assalamualaikum," ucapku sambil membuka pintu. Dan mereka sedang mengangkat semua persiapan untuk berbuka nanti.

"Wa'alaikumsalam, kamu udah pulang, Dek?" Jawab Bang Arham sambil tersenyum. Dan senyuman Bang Arham langsung otomatis menumbuhkan semangatku lagi, padahal sedari tadi tubuh ini sudah terasa lelah. Karena berjualan kue sambil berpuasa.

"Udah, Bang. Alhamdulillah, hari ini terjual lumayan. Nanti sisanya mau dibagi-bagikan aja sama tetangga." Ucapku pada lelaki yang telah kunikahi selama 9 tahun itu.

"Alhamdulillah, ya udah kamu bersih-bersih dulu aja. Ini semua udah kami bereskan, tinggal nunggu waktu berbuka aja." Aku pun mengangguk dan segera ke belakang untuk membersihkan diri dan juga bersiap-siap untuk segera berbuka puasa bersama.

Kini suara Adzan Maghrib telah berkumandang di seluruh Masjid yang ada disini. Menandakan bahwa waktu buka puasa telah tiba. Kami pun segera berbuka dan sebelumnya membaca doa terlebih dahulu.

Aku baru sadar, bahwa makanan yang terhidang di lantai ini kelihatan agak banyak.

"Bang. Ini makanan kok kayaknya banyak sekali?" Tanyaku pada Bang Arham yang sedang menikmati kolak pisang.

"Alhamdulillah, Dek. Ada rezeki dari langit, hehehe." Jawabnya sambil bercanda.

"Alhamdulillah, emang rezeki apaan Bang?" Tanyaku lagi karena penasaran.

"Rezeki dari Allah lewat tangan manusia. Jadi, tadi aku dapet orderan untuk anterin orang ke tempat kuliner dekat perempatan sana. Sepertinya dia lagi terburu-buru karena mungkin mau ketemu sama seseorang. Yaudah, pas udah sampai di tujuan, dia ngasih aku uang tip sekalian ongkosnya. Dia ngasih aku uang seratus ribu dan nggak usah kembali katanya, padahal jarak dia dari tempat semula nggak terlalu jauh ke tempat kuliner perempatan sana," jelas Bang Arham padaku. Aku pun manggut-manggut tanda mengerti.

"Alhamdulillah, rezeki banget ya hari ini. Aku juga tadi di perempatan jalan sana. Tapi kita nggak ketemu ya?" Ujarku lagi pada Bang Arham.

"Iya yah. Yaudah gapapa yang penting kamu udah sampai di rumah, Hehehe." Lalu kami pun tertawa bersama-sama.

Sengaja aku belum menceritakan tentang Kak Arimbi pada Bang Arham. Karena aku memang ingin mencari tahu sendiri soal itu.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ita Kurniasih Wasman
cerita kok diulang2,,, ngantuk ni yg tulis
goodnovel comment avatar
Rianto Agus
part-nya kok diulang terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Saudara Rasa Orang Lain   Virra Ke Rumah

    #Saudara Rasa Orang Lain (10) Selesai menyantap makanan berbuka puasa, kami pun melanjutkan untuk sholat Maghrib berjamaah. Dan setelah itu membereskan semua bekas peralatan makan saat berbuka tadi. Setelah semuanya selesai, Bang Arham dan juga anak-anak telah bersiap untuk segera pergi ke Masjid untuk melaksanakan sholat tarawih, begitupun denganku. Tak lama terdengar suara Adzan Isya bergema di seluruh jagat raya ini. Memanggil para hamba-Nya untuk segera bersujud, menunaikan perintahnya yaitu melaksanakan sholat Isya sekaligus sholat tarawih. Dan kami berempat pun segera berangkat menuju ke masjid untuk segera melaksanakan sholat isya sekaligus tarawih. Di sepanjang jalan saat menuju ke masjid, banyak anak-anak sedang bermain. Orang-orang yang berlalu lalang untuk segera menuju ke Masjid juga. Ramadhan kali ini terasa syahdu dan juga semarak. Karena semuanya menyambut dengan riang gembira dan suka cita. 🌼🌼🌼 Kini kami semua sudah sampai di rumah, kami semua baru saja pulang

    Last Updated : 2021-09-17
  • Saudara Rasa Orang Lain   Tak Ada Sopan Santun

    #Saudara Rasa Orang Lain (11)"Kemarin Sisil nginap di rumah aku, dia bantuin input penjualan di toko online aku. Nah, aku tidur duluan karena udah ngantuk banget. Sedangkan dia masih asyik sama laptopnya di ruang tamu sendirian. Sedangkan para karyawan juga udah pulang. Saat aku mendusin, aku malah ngeliat dia sama Yoga lagi berpelukan, Kak. Dan kakak tahu setelah itu mereka ngapain? Mereka ciuman lama sekali, mereka selingkuh, Kak! Huhuhu," jelasnya, dan kini dia semakin menangis sesenggukan.🌼🌼🌼"Astaghfirullah, benar begitu kejadiannya, Vir?" Sontak aku langsung terkejut, karena mendengar cerita dari Virra.Padahal kemarin waktu di pusat kuliner, aku melihat Sisil sedang bersama laki-laki lain dan itu bukan Y

    Last Updated : 2021-10-09
  • Saudara Rasa Orang Lain   Kebohongan Ferdy

    #Saudara Rasa Orang Lain (12)Hari ini kami mau berkunjung ke rumah Kakak Iparnya Bang Arham, yaitu ke rumah Kak Alma. Karena kami akan meminta tolong padanya untuk membantu membuat kue dimulai besok pagi. Sedangkan malam nanti sepulangnya sholat tarawih, aku akan membereskan bahan-bahan kue yang akan digunakan besok pagi.🌼🌼🌼Kini kami berempat telah sampai di rumahnya Kak Alma, aku dan anak-anak bergegas untuk turun, sedangkan Bang Arham memarkirkan motornya.Tok!Tok!Tok!"Assalamualaikum, Kak." Ucapku sambil mengetuk pintu.

    Last Updated : 2021-10-09
  • Saudara Rasa Orang Lain   Virra Meminta Tolong

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (13)"Nanti aja aku ceritain kalau Kakak udah disini, kalau Kakak mau ketemu aku, Kakak mampir jugalah ke rumah gubuk aku. Nggak nginep juga gapapa. Itupun kalau Kakak sudi untuk mampir." Jawabku dengan nada gusar, karena takut Kak Virda marah.Ah, tapi biarkan sajalah kalau Kak Virda sampai marah cuma karena ucapanku. Mulai saat ini aku harus tegas, walau kini hidupku masih dalam tahap merangkak, tapi tetap saja harga diri tak boleh diinjak-injak walau dengan saudara sekalipun.🌼🌼🌼[Iya udah, Insha Allah Kakak nanti bakal mampir kok ke rumah kamu. Tapi Kakak nggak nginep ya? Kan kalau nginep, bingung juga mau tidur dimana.] Ucap Kak Virda lagi, aku hanya menghembuskan nafas gusar m

    Last Updated : 2021-10-09
  • Saudara Rasa Orang Lain   Bab 14

    #Saudara Rasa Orang Lain (14)Pov Bang Majid(Flashback On)Perkenalkan namaku Muhammad Majid Ramadhan. Karena dulu aku lahir di bulan suci Ramadhan, maka ditambahkan nama Ramadhan di belakang namaku oleh Ayah dan Ibu.Aku mempunyai tiga saudara perempuan, yang pertama Kakakku Virda, yang kedua Lila, dan yang ketiga si bontot Virra.Sebenarnya dari sewaktu kami masih kecil-kecil, aku sudah lama tak suka akan kehadiran adikku yang bernama Lila. Karena dengan hadirnya dia di dunia ini, membuat kasih sayang Ibu dan Ayah jadi tercurah padanya, dan malah semakin berkurang untukku.Seringkali Ibu d

    Last Updated : 2021-10-21
  • Saudara Rasa Orang Lain   Bab 15

    #Saudara Rasa Orang Lain (15)Pov Bang Majid"Innalilahi Wainnailaihi Raji'un." Ucapku melemah seiring dengan ambruknya tubuh ini.Tulang belulangku serasa remuk tak bertenaga, saat melihat orang yang kusayangi terbaring kaku, dan kini tubuhnya pun telah membiru.Seketika diri ini jadi merasa berdosa sekali dengan Ayah, karena aku telah mengabaikan ucapannya.Aku sebenarnya juga jadi curiga dengan istriku sendiri, tapi lagi-lagi perasaan itu langsung kutepis karena tak mungkin Arimbi tega membunuh Ayah mertuanya sendiri. Arimbi tak mungkin sejahat itu.🌼🌼🌼

    Last Updated : 2021-10-21
  • Saudara Rasa Orang Lain   Sikap Arimbi (Pov Majid)

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (16)Pov Bang MajidKini rumah peninggalan Ayah dan Ibu sudah kujual semua termasuk perabotan yang ada di dalamnya. Karena aku akan membeli rumah baru serta isinya yang baru juga.Karena kalau aku tetap memakai perabotan peninggalan Ayah dan Ibu, aku akan selalu dihantui rasa bersalah. Karena telah mengambil hak yang sebenarnya adalah milik Lila.Sebenarnya aku juga kasihan dengan Adikku itu. Hidupnya kini sangat pas-pasan semenjak menikah. Apalagi semenjak perusahaan di tempat suaminya bekerja bangkrut dan semua karyawan dirumahkan termasuk Arham.Hidup Lila semakin mengalami penurunan, dan kini hanya mengandalkan pemas

    Last Updated : 2021-10-27
  • Saudara Rasa Orang Lain   Semakin berubah

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (17)Pov Majid dan LilaPart 17"Apa sih, Sayang? Kamu emangnya nggak capek ya, sama pertempuran kita semalam? Aku pegel banget nih, udah lemes banget malah." Jawabnya asal, masih sambil memejamkan mata.Sontak saja aku pun terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut Arimbi."Heh, bangun! Bangun nggak? Ngomong apa kamu tadi?" Aku menggoncang-goncangkan tubuhnya lebih keras, agar Arimbi mau terbangun dari tidurnya. Kesal sekali rasanya hati ini saat mendengar dia berbicara seperti tadi.Sebenarnya, apa yang telah dia lakukan semalaman? Sampai dia berbicara seperti itu? Apa

    Last Updated : 2021-10-27

Latest chapter

  • Saudara Rasa Orang Lain   Ekstra Part 3

    #SAUDARA RASA ORANG LAINPart 39 (Ending)#Saudara Rasa Orang LainPart 39 (Ending)Hari ini peresmian toko kue ku, cabang ke-20. Alhamdulillah, aku tak henti-hentinya mengucap syukur pada sang maha pemilik segalanya. Dia-lah yang maha kaya dan maha pemilik seluruh jagat raya ini."Satu, dua, tiga. Bismillahirrahmanirrahim." Kami pun bersama-sama memotong pita yang terpampang di depan pintu masuk toko kue.Aku tak pernah menyangka akan berada di titik ini. Dimana derajat ku dinaikkan oleh Allah. Serta dititipkan amanah yang besar yang harus kami kelola dengan sebaik-baiknya.

  • Saudara Rasa Orang Lain   Ekstra Part 2

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (38)Ekstra PartPprraanngg!!! Terdengar suara pecahan barang dari dalam rumah Tante Melly. Sepertinya suasana di dalam semakin kacau. Maka kami putuskan untuk segera masuk ke dalam rumah Tante Melly tanpa mengucap salam terlebih dulu, karena memang kondisi pintu utama juga sudah terbuka dari tadi."Astaghfirullah! Tante, ada apa ini?" Tanya Bang Majid saat melihat berbagai pecahan kaca yang berserakan, kami semua sangat terkejut melihat semua keadaan ini.Tante Melly dan juga Om Hendry langsung menoleh ke arah kami. Disana juga ada Intan dan juga adiknya yaitu Vallen. Intan masih sibuk mengusap wajahnya yang telah kuyu dengan air mata. Begitu pula dengan Vallen. Sebenarnya

  • Saudara Rasa Orang Lain   Ekstra Part 1

    Part 37 (Ekstra Part)"Kamu nggak salaman sama Lila dan juga Arham?" Celetuk Bang Majid pada Intan."Eh, iya, aku lupa, hehehe. Maaf ya Kak Lila, abis aku bergaul sama orang atas terus, jadi suka nggak lihat yang dibawah." Dia pun berjalan menuju arahku sambil menyalami seperti orang yang jijik, begitu juga dengan Bang Arham. Namun, saat bersalaman dengan Bang Arham, suamiku itu langsung menangkupkan kedua tangannya di dada. Dan wajah Melly berubah menjadi pias."Intan, nggak boleh gitu ah! Walaupun Kak Lila berbeda kasta sama kita, tapi tetap saja harus kita hormati," kini Tante Melly turut angkat bicara, tapi dengan nada merendahkan pastinya."Berbeda kasta bagaimana Tante? Lila itu adik saya, dan kami tak a

  • Saudara Rasa Orang Lain   Satu Tahun Kemudian

    #Saudara Rasa Orang Lain (Ekstra Part)Sudah satu tahun kami membuka usaha keluarga. Dan Alhamdulillah toko-toko kue yang dirintis dari kecil, kini perlahan menjadi besar. Aku bersyukur pada Allah, karena telah memberikan begitu banyak rejeki dan karunianya pada kami semua.Bang Majid kini memegang outlet kue di daerah Jakarta. Sedangkan aku kini tinggal sementara di Bandung, karena disini toko kue kami yang paling banyak cabangnya, jadi aku harus mengontrol di daerah sini, bersama dengan Mas Arham.Kak Virda juga menjadi reseller khusus daerah di kepulauan seribu. Dan Alhamdulillah respon masyarakat disana juga sangat baik. Dan kami semua semua Alhamdulillah sudah memiliki banyak pelanggan tetap.Sedangkan Vi

  • Saudara Rasa Orang Lain   Akhir Cerita

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (35)POV 3Kurang lebih satu minggu akhirnya Majid bisa sembuh total dari sakitnya. Untuk sementara dia menyewa rumah bersama Virra. Karena semua aset Virra juga sudah dijualnya untuk menutupi semua kerugian akibat manipulasi data yang telah Yoga lakukan.Perlahan-lahan Virra sudah ikhlas dengan apa yang menjadi ketetapan Allah. Dia juga berfikir mungkin ini teguran untuknya saat dia sedang berada diatas kemarin. Dia jadi merasa tinggi, merasa segala-galanya dan tak pernah memperdulikan saudaranya yang jelas-jelas kemarin butuh bantuannya.Kini mereka semua sudah saling bermaaf-maafan, mereka melalui hari Raya lebaran Idul Fitri dengan penuh suka cita dan juga penuh rasa haru.

  • Saudara Rasa Orang Lain   Saling Bermaafan Dalam Suasana Haru

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (34)POV 3"Kamu kenapa, Dek?" Kak Virda mengelus-elus pundak Majid."Aku, aku banyak dosa sama Lila, Kak! Huhuhu," ucap Majid sambil terisak-isak pada Kak Virda.Kak Virda ikut menangis bersama Majid, Majid selalu terbayang-bayang dengan ucapan Ayah dan Ibunya tentang Lila."Nanti, kalau Lila udah datang kemari, kamu segera minta maaf ya sama dia, agar beban di hati kamu berkurang. Memang sudah seharusnya kita sebagai Kakak harus saling menyayangi adik-adiknya. Tanpa memandang status sosial saudara kita sendiri," Majid menghembuskan nafasnya gusar, dia juga hanya diam membisu dengan ucapan Kak Virda barusan.

  • Saudara Rasa Orang Lain   Penangkapan Ferdy Dan Majid

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (33)POV 3Kini, mereka semua sudah sampai di kota bogor. Kota yang terkenal dengan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang cukup tinggi, dan banyak tempat wisata menarik juga disana.Sebelum menemui Ferdy. Kak Alma dan yang lainnya langsung menuju ke kantor polisi untuk melaporkan kejahatan yang telah Ferdy lakukan, dan memang dia juga sudah masuk dalam daftar pencarian orang alias buronan polisi.Setelah dari kantor polisi, akhirnya mereka semua menuju ke rumah target untuk segera menangkap Ferdy si lelaki b*jing*n itu.Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi persembunyian Ferdy, Lila terus berdoa agar semuanya berjalan lancar

  • Saudara Rasa Orang Lain   Sofi Tau Semuanya

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (32)POV 3Kini keadaan Majid sedang mengalami kritis, dirinya kini di antara hidup dan mati.Lila menunggu Kak Virda yang sedang di dalam perjalanan untuk menuju ke rumah sakit, untuk bergantian menjaga Bang Majid. Karena Lila dan Arham akan pulang dulu ke rumahnya untuk melihat keadaan anak-anak yang memang dititipkan pada Kak Alma.Tak lama kemudian Kak Virda pun datang dengan raut wajah cemasnya."Assalamualaikum, Ya Allah Lila! Kenapa semua bisa terjadi seperti ini?huhuhu," Kak Virda pun langsung menghampiri Lila dan mereka pun saling berpelukan dalam isak tangis kesedihan. Tak pernah sedikitpun ada dendam di hati Lila un

  • Saudara Rasa Orang Lain   Majid Kritis

    #SAUDARA RASA ORANG LAIN (31)POV 3"Kembalilah, Anakku. Dan kembalikan hak Lila yang telah kau rampas, Ayah dan Ibu ingin sekali melihat kalian semua menjadi Saudara yang akur dan saling menyayangi." Majid menangis sejadi-jadinya saat mendengar ucapan dari Ayah dan Ibunya itu.🌼🌼🌼🌼Kini semua tim kepolisian dan juga Lila dan Arham telah sampai di lokasi tempat penyekapan Bang Majid.Tim kepolisian segera berpencar untuk mengepung para penjahat yang sedang berada di dalam. Sedangkan Lila dan Arham disuruh bersembunyi terlebih dahulu di balik pepohonan yang rindang yang berada tak jauh dari rumah tersebut, agar tak ketahuan oleh para penja

DMCA.com Protection Status