“Apa… Apa… Apa yang akan kaulakukan terhadapku?” Terlihat si Angelica kini hanya bisa merangkak mundur secara tidak berdaya di tanah. Kendrick Husein kini memancarkan gelombang energi api ke si Angelica. Terlihat wajah si Angelica Ujiono yang kini hangus terbakar dan termakan ke dalam kobaran si jago merah. Terdengar jeritan dari neraka yang berkumandang dari bibir si Angelica Ujiono yang kini juga sudah hangus terbakar. Kendrick Husein berjongkok di samping Angelica Ujiono yang masih mengerang-erang dalam kesakitannya. Dia menjentikkan jarinya. Terciptalah sebuah cermin yang kemudian didekatkannya ke wajah Angelica Ujiono yang sudah habis terbakar. “Aku pinjamkan cermin untukmu ya, Angelica Ujiono… Lihat baik-baik dirimu di cermin ini... Sekarang ini, kau tak lebih dari sesosok setan… Hahaha…” Terdengar tawa mengerikan dari Kendrick Husein. Angelica Ujiono berteriak histeris lagi sebelum akhirnya kesadarannya mencapai puncak. Ia tenggelam dalam dunia kegelapan pekat nan tak beruj
Perlahan-lahan Kevin Husein membuka matanya. Ia memandang ke sekelilingnya dengan sinar mata bingung.“Sudah ada di mana aku? Ke mana Rafael Sahah tadi?”Ketiga pengawal tertinggi tampak saling berpandangan sesaat.“Kau sama sekali tidak ingat?” Jimmy Ferry menatap lurus-lurus ke kedua mata Kevin Husein.Dari belakang, Josh Kian Junos memancarkan sinar emas menelusuri apa isi pikiran Kevin Husein. Ia tidak bisa menemukan gejala-gejala kebohongan dan sandiwara di sana. Yang ada hanya sekelumit kebingungan dan tanda tanya.Ia memang tidak berbohong. Dia sama sekali tidak mengingat apa-apa saja yang terjadi barusan. Josh Kian mengaktifkan telepatinya kepada Jimmy Ferry dan Vritz Victor.“Aku pingsan tadi. Apa yang terjadi memangnya? Kalian sudah menyuruhnya pergi?” tanya Kevin Husein sedikit merasa tidak enak hati. “Maaf… Jadi merepotkan kalian untuk melindungiku juga.”“Tak apa-apa…” Vritz Victor menimpali. “Memang sudah jadi tugas kami, Putra Mahkota…”“Kan aku sudah pernah bilang kali
“Sama juga dengan pikiranku… Aku takkan membiarkan keenam sahabatku mati dalam pertempuran,” gumam Jimmy Ferry.Vritz Victor menjentikkan jarinya. Muncullah sinar hijau yang kemudian membentuk semacam papan ketik hologram di depannya. Dia mengetikkan beberapa huruf dan mengibaskan tangan kanannya. Terbentuklah frasa ‘best friends’ yang melayang-layang di udara.Jimmy Ferry juga melakukan hal yang sama. Dia juga mengibaskan tangannya dan terbentuklah kata ‘forever’ yang melayang-layang di udara.“Entah dengan yang lain, tapi aku berharap persahabatan ini akan abadi selamanya.” Jimmy Ferry tampak sedikit menyeringai.“Cuaca bisa saja berubah; iklim bisa saja mulai berubah; musim boleh saja berganti… Namun, aku ingin persahabatan kita tetap ‘kan abadi…” kata Vritz Victor dengan sebersit senyuman tipis.Keduanya berubah menjadi sinar warna hijau dan perak dan terbang menghilang ke angkasa raya.Sementara itu, Robert Martin masih menghabiskan waktu sore harinya dengan Linda Bella.“Jadi me
“Aku tidak pernah mendengar topik ini diungkit juga di luar sana,” sahut Jimmy Ferry.“Berarti sama dengan apa yang diceritakan oleh si Kendrick Husein itu ya… Ada banyak rahasia gelap Negeri Elemen ini yang tidak kita ketahui ya…” celetuk Robert Martin.“Yang paling membuatku penasaran adalah, di mana Raja Howard Alex dulu menyembunyikan dua pusaka sisanya? Masa sampai Ratu Surgawi dan Pak Reynold tidak tahu di mana Raja Howard Alex menyembunyikannya. Raja Howard Alex menyembunyikannya seorang diri, tidak memberitahu siapa-siapa, dan membawa rahasia tersebut bersama-sama dengan kematiannya. Berarti lima pusaka itu sangat berharga ya… Jadi penasaran aku ingin melihat kelima pusaka itu dari jarak dekat.” Tampak Josh Kian sedikit termenung.“Yang pastinya adalah disembunyikan di dua tempat dalam negeri ini – dua tempat yang tidak disangka-sangka siapa pun…” Junaidy juga tampak sedang merenung.“Jadi besok kita akan membantu Ratu Surgawi mengadakan inspeksi besar-besaran di istana pusat
Untuk beberapa menit lamanya tangisan Josh Kian mengalun dalam dekapan sang abang sulung. Tampak Junaidy menenangkan tangisan adik bungsunya seperti menenangkan tangisan seorang bayi kecil.Detik-detik berlalu. Gemuruh petir sudah disertai dengan sedikit angin kencang yang berhembus. Memang jelas langit menunjukkan tanda-tanda akan hujan malam itu. Junaidy menengadahkan kepalanya ke langit dan ia melihat awan mendung sudah berarak di cakrawala malam.“Kau sudah merasa baikan?” tanya Junaidy lemah lembut.Masih terdengar isakan-isakan tangis kecil dari Josh Kian. Ia melepaskan diri dari dekapan sang abang sulung dan mulai berucap,“Aku sungguh panik tadi. Sungguh tidak habis pikir selama ini Gisella didekati oleh seekor siluman lipan. Sungguh tidak habis pikir dia mengacuhkan dan mendiamkan aku ketika aku menengoknya di alam manusia itu adalah demi mendekati siluman lipan ini. Dia tidak tahu siluman lipan ini hanya ingin memperalatnya dalam menghadapiku. Siluman lipan ini hanya menggun
Sorry sekali lagi, Beb… Kan aku sudah pernah mengatakannya dengan jelas kepadamu… Untuk saat ini, dan untuk selamanya nanti, laki-laki yang menempati posisi yang spesial di hatiku tetap adalah Josh. Aku tidak pernah menggantung harapan dan perasaanmu sejak awal karena di detik-detik pertama kau ingin berkenalan denganku, aku sudah menegaskan posisi dan perasaanku. Tampak Gisella Clarissa mengetik panjang lebar dengan cepat nan lancar dan mengirimkan balasannya kepada Bebilonio Bondan.Bebilonio Bondan di seberang hanya membaca dan tidak membalas apa-apa lagi. Bisa diduga, Bebilonio Bondan langsung membanting ponselnya ke dinding hingga ponsel tersebut hancur berantakan di lantai.Tidak pernah ada yang menolak dan menghinaku dengan serendah ini! Aku tidak pernah merasa terhina seperti ini sebelumnya! Awas kau, Gisella Clarissa Hans! Awas kau, Josh Kian Junos! Kalian akan membayar dua kali lipat atas penghinaan kalian terhadapku hari ini!“Hebat sekali kau, Gis… Kau langsung menolaknya
Kembali ke Negeri Elemen sebentar dulu… Malam sudah larut di sana. Hujan rintik-rintik sudah berubah menjadi hujan deras di luar. Tampak Yongki, Robert Martin, Junaidy dan Ray Wish sudah terlelap dalam alam mimpi masing-masing. Hanya Vritz dan Josh yang belum tidur. Keduanya tampak begitu khawatir karena hujan begitu deras di luar dan Jimmy Ferry belum balik.Vritz dan Josh Kian sama-sama membuka pintu kamar dan keluar dari kamar. Alhasil, keduanya berpapasan di koridor utama yang menuju ke ruang tamu utama di bagian depan. Tatkala mata keduanya saling bertemu pandang, keduanya tampak membisu dan tidak tahu harus memulai percakapan dari mana.“Aku… Aku…” Dan kedua-duanya memulai pembicaraan mereka pada saat yang bersamaan.“Kau duluan…” kata Vritz merasa sedikit salah tingkah.“Aku… Aku khawatir dengan Pak Jimmy. Hujan begitu deras di luar jam-jam begini; ia belum kembali juga.” Josh Kian memandang ke arah lain. Ia tidak bisa menatap mata Vritz Victor lama-lama. Ia akan semakin merasa
Sinar perak muncul di hadapan Josh yang basah kuyup karena kehujanan. Sinar perak berubah menjadi sosok Jimmy Ferry di depan Josh Kian.“Josh… Josh…” Jimmy Ferry meraih sang adik bungsu ke dalam pelukannya.“Sorry, Pak Jimmy… Sorry karena aku tidak bisa mengendalikan kemarahan dan emosiku tadi. Begitu aku melihat Gisella menjadi tawanan siluman lipan itu, aku sungguh tidak bisa berpikir jernih lagi.” Air mata Josh Kian berbaur dengan air hujan yang mengguyur bebas dan berjatuhan butir demi butir.“Aku tidak pernah menyalahkanmu, Josh. Aku hanya sedih aku tidak cukup dekat denganmu untuk bisa ikut berbagi semua keluh kesah dan masalahmu. Aku ingin kita lebih dekat layaknya saudara kandung, bukan hanya sesama rekan pengawal tertinggi di negeri ini, Josh. Ketika aku tidak bisa mendekatkan diriku padamu, aku merasa sedih sekali…”Air mata Jimmy Ferry juga bercampur dengan air hujan dan berjatuhan butir demi butir.Seberkas sinar hijau muncul di tempat tersebut dan berubah menjadi sosok Vr
Pak Reynold berdiri di depan bola kristal peramal dan mulai mengajukan pertanyaannya, “Apa yang akan terjadi pada ketujuh pangeran Negeri Elemen di masa depan?” Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, mendadak saja bola kristal peramal mengeluarkan semacam kabut asap ke seisi ruangan kerja Pak Reynold. Kabut asap kian lama kian tebal dan akhirnya menghalangi jarak pandang Pak Reynold dan Rafael Sahah. Antara tersadarkan dan tidak, keduanya seakan-akan terlempar ke sebuah dunia yang benar-benar asing bagi mereka. Di dunia itu, mereka hanya bisa menyaksikan apa-apa saja yang terjadi, namun mereka tidak bisa menyentuh apa pun yang ada dalam dunia itu ataupun berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam dunia itu. Tampak seorang pemuda pertengahan dua puluhan sedang duduk sendirian di sebuah coffee shop. Coffee shop tersebut berada di tengah-tengah pusat kota yang ramai dan sibuk. Tampak sedikit antrean pembeli di bagian depan. Tampak ada beberapa pengunjung yang memilih menghabiskan
“Aku mengalami hari-hari yang buruk akhir-akhir ini karena sang dewa yang aku cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanku dan sama sekali tidak menghiraukan cinta dan perhatianku. Namun, melalui perjuangan-perjuangan Tujuh Pangeran selama ini, aku bisa belajar bagaimana mencintai diri sendiri dan menunjukkan cintaku yang tidak terbatas kepada dewa-dewi yang ada di sampingku. Sang dewa yang aku cintai akhirnya menyadari keberadaanku dan cintaku terhadapnya selama ini. Kemarin aku memberanikan diri menyatakan perasaan padanya dan dia menerimanya. Kami telah jadian sekarang. Terima kasih kepada Tujuh Pangeran atas segala motivasi dan semangat yang dipancarkan selama ini… Kami akan selalu menunggu kalian kembali…” kata salah seorang dewi junior yang lain, yang diiringi sorak-sorai dan tepuk tangan riuh seisi auditorium.“Aku berkali-kali gagal ujian saringan masuk ke perguruan tinggi di Negeri Elemen sini. Setelah itu, pacarku juga memutuskan hubungan kami dengan alasan dia telah menc
Panglima Christian Aquila mendesah napas panjang dalam diam. Howard… Novi… Kini kalian sudah bisa tenang di sana. Ketujuh pangeran sudah tumbuh dewasa sekarang dan kelak pasti akan bisa menjadi tujuh raja yang arif dan bijaksana.“Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah dulu, Tujuh Pangeran. Rakyat Negeri Elemen ingin mengucapkan salam perpisahan secara langsung kepada Tujuh Pangeran,” celetuk Pak Reynold.Tujuh Pangeran saling berpandangan untuk sesaat. Mereka tersenyum penuh arti dan kemudian mengangguk mengiyakan.“Oke… Kita akan berpindah ke ruangan auditorium di lantai bawah…” tukas Josh santai.Satu per satu menteri dan staff kenegaraan tampak meninggalkan ruang rapat.***“Tujuh Pangeran akan berangkat ke alam brahma hari ini. Ketujuh putri yang menemani dan mencintai mereka pasti akan sangat sedih…”“Iya ya… Kasihan ya ketujuh putri itu… Apakah mereka bisa bertahan sampai dengan Tujuh Pangeran kembali ke alam dewa naga dan alam manusia nanti?”“Yang namanya c
“Apa itu?” tanya Yongki dan Ray Wish berbarengan.“Persahabatan, persaudaraan, dan kekerabatan kita tetaplah sama. Mungkin pada waktu 20 tahun mendatang, kita akan datang ke sini membongkar kotak kenangan ini bersama-sama dengan istri dan anak-anak kita. Iya nggak?” Junaidy menyeringai lebar.Keenam saudara yang lain juga tampak meringis lebar.“Dan aku akan bilang pada anak-anakku bahwa mereka memiliki enam paman yang sangat aku sayangi…” kata Vritz.“Dan aku akan bilang pada anak-anakmu dulu aku pernah beradu mulut dengan ayah mereka,” sahut Josh dan meledak dalam tawa ringannya.“Terserah apa yang mau kaubicarakan dengan mereka, Josh…” Vritz tampak meringis lebar. “Kurasa itu akan sangat menyenangkan… Kita datang ke sini membongkar kapsul waktu ini, mengenang masa-masa silam. Dan pada saat itu kita akan cerita lagi tentang hari ini, ditemani segelas teh hangat dan beberapa cemilan ala kadarnya di sore hari.”“Akan terasa suasana yang begitu hangat dan sejuk di hati ya…” kata Jimmy.
“Kenapa bisa begitu?” tanya sang putri lemah lembut, masih merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran, dan masih menelusuri pemandangan di luar dengan sorot mata menerawang.“Biarpun mereka memperoleh seluruh semesta ini sekalipun, mereka tetap takkan merasa bahagia dan gembira. Hanya ada kenihilan, kehampaan, dan kekosongan di sana. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan dan inginkan sangat… sangatlah sederhana. Mereka hanya membutuhkan cinta dari orang-orang yang mereka sayangi; mereka hanya membutuhkan perhatian dari orang-orang yang mereka cintai. Sederhana sekali, tapi justru itulah yang tidak mereka dapatkan selama ini. Beginilah akibatnya jika hidup di dunia tanpa cinta…”“Menurutmu cinta bisa mengalahkan segalanya?”Sang pangeran kembali menganggukkan kepalanya dengan mantap.“Itulah yang membuatku tetap bertahan sampai sekarang, Sayang. Ada cinta darimu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang terdahulu… Ada cinta dari kedua orang tuaku yang di alam manusia sana… Dan, ada cinta
Tujuh Pangeran membawa tujuh putri pujaan masing-masing ke restoran termahal dan termewah baik di alam dewa naga maupun di alam manusia. Semuanya membawa putri pujaan masing-masing menyantap makanan lezat di restoran yang super mewah, kecuali Vritz yang membawa si gadis kelinci terbang ke puncak gunung tertinggi di alam dewa naga. Si gadis kelinci sendiri tidak menginginkan makanan super lezat di restoran super mewah. Dia bilang dia hanya menginginkan sedikit waktu yang semakin terasa berharga untuk dihabiskannya bersama-sama dengan Vritz.Terdengarlah beberapa percakapan penting nan penuh arti antara ketujuh putri pujaan hati dengan ketujuh pangeran.“Kenapa tidak dimakan?” tanya sang pangeran.“Karena aku tidak berselera…” jawab sang putri masih menatap dingin ke makanan dan minuman yang terhidang di hadapannya. Sayup-sayup terdengar suara background music yang melankolis mengalun ke seisi restoran.“Makanlah… Habis itu, kita akan jalan-jalan ke taman hiburan.” Sang pangeran berusah
Jimmy menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk. Vritz hanya memandanginya dengan sinar mata ganjil yang nakal nan penuh arti.“Aduh, Bang Ray Wish… Jelas-jelas kau tahu waktu itu aku masih belum bisa mengingat kehidupan lampauku…”Kelima saudara yang lain meledak dalam tawa geli mereka.“Tapi, aku tahu Vritz pasti akan memaafkanku karena dia adalah saudara belahan jiwaku yang baik hati…” Kembali Jimmy meraih diri Vritz ke dalam dekapan hangatnya.“Oke deh… Sudah saatnya kita siap-siap… Ada segudang salam perpisahan yang harus kita katakan pada putri-putri kita hari ini…” kata Junaidy.“Iya… Aku akan menghadapi amarah Gisella dan omelan-omelannya sepanjang hari ini. Aku akan pulang ke penginapan lebih malam hari ini ya, Brothers…” kata Josh sedikit tersenyum simpul.“Kita akan terlelap lagi dalam kristal warna kuning emas itu. Namun entah mengapa, kali ini aku tidak merasa begitu tersiksa dan tertekan lagi. Aku lebih tenang dan lebih siap mental menghadapinya sekarang…” kata Jimmy dengan
Vritz menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia berusaha menggerakkan tubuhnya supaya dia bisa menjauh dari Ratu Surgawi yang jahat nan kejam itu, tapi dia sama sekali tidak berdaya.“Tidak ada yang boleh menolak cinta dan pengorbananku! Ayahandamu sungguh kejam karena ia tidak bisa menghargai cinta dan penantianku yang begitu besar untuknya sejak aku masih kecil sampai dengan sekarang! Aku tidak pernah berhenti mencintainya! Aku tidak pernah berhenti merindukannya setiap malam! Namun, apa balasannya terhadapku! Apa balasannya terhadap seluruh cinta dan pengorbananku! Dia malah mengkhianati, mencampakkan dan menginjak semua cinta dan ketulusanku! Dia jatuh cinta dengan ibundamu, saudara kembarku sendiri! Jangan salahkan aku ya… Jangan salahkan aku… Salahkan ayahanda dan ibunda kalian… Karena mereka, kalian terpaksa harus mengalami nasib nahas seperti ini. Kalian akan menyaksikan dengan mata kepala kalian sendiri Putra Mahkota Kevin Husein naik takhta sebagai raja menggantikan kalian d
“Peduli apa! Dia memang tidak pantas mendapatkan piala dan piagam juara dua ini kok!”“Iya… Kita injak saja!”“Supaya lain kali kalau dia masih mau mengikuti perlombaan menyanyi dengan suaranya yang cempreng itu, dia akan berpikir dua tiga kali…”Terdengar derai tawa mengejek nan melecehkan dari beberapa anak yang menginjak-injak hadiah-hadiah Vritz itu. Mereka berlalu begitu saja.Tampak Vritz kembali meneteskan air mata kepedihan dan kegetiran sendirian. Mobil Jimmy mulai digas dan berlalu meninggalkan tempat parkir gedung serbaguna itu.“Vritz! Vritz! Vritz!” jerit si ibu begitu ia tiba di gedung serbaguna dan melihat apa yang tengah terjadi pada anaknya. “Apa yang terjadi? Kenapa jalannya tidak hati-hati? Aduh! Ada yang terluka?”Si ibu memeriksa kondisi sekujur badan anaknya. Untunglah tidak ada luka yang serius.Si ayah juga tampak sangat panik. Kedua suami istri itu memberdirikan si anak dan membantu mengambilkan hadiah-hadiahnya yang berceceran di jalan setapak di depan gedung