Perkataan Tuan Bates terngiang-ngiang di telinga Tristan. Dia sedang dalam perjalanan ke rumah Moses dengan hati yang kacau. Bukan hanya gagal untuk mendapat kepastian isi dokumen Sandra, namun juga karena kabar kematian Felysia yang tak terduga.
Dia ditemukan meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang di sebuah klub malam murahan? Tidak terdengar seperti sifat Felysia yang mau mengunjungi tempat seperti itu.
Sebuah mobil Ford hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi mobil Tristan, hampir menyerempet badan mobilnya.
“Fucking asshole!” umpat Tristan yang hampir menabrak pembatas jalan di sebelah kanan.
Jiwa muda dalam diri Tristan tertantang untuk mengejar mobil yang b
“My goodnight kiss.” Sandra tidak sempat lari karena Moses sudah duluan mendorongnya ke dinding, tubuh mereka saling menempel. Bukan ciuman kasar yang Sandra takutkan seperti saat pertama kali Moses melakukannya. Karena ketika Sandra merasakan bibir hangat itu, dia lebih takut Moses akan menciumnya dengan kelembutan dan kesabaran. Sandra takut tubuhnya akan mengkhianati dirinya sendiri. Lidah Moses menjelajahi setiap sudut bibirnya, membujuknya untuk membalas ciuman itu. Bagai gunung Everest yang diguyur lahar panas, Sandra mengerang, membuat bibirnya sedikit terbuka. Moses langsung mengambil kesempatan untuk memperdalam ciuman mereka. Lidah mereka bertemu di dalam. Sandra tidak menya
Moses mengajak Sandra makan siang di Graham Elliot Bistro. Sepertinya dia melakukan reservasi sewaktu menunggu Sandra karena walaupun restoran mewah tersebut penuh, mereka langsung mendapat meja.“Kenapa? Kamu tidak selera makan?”Pisau dan garpu Sandra berhenti memainkan makanannya. Foie gras yang dimasak dengan sempurna itu sama sekali tidak menggugah selera Sandra.“Kalau kamu mau ganti, aku akan menyuruh pelayan membawakan buku menu.”“Tidak. Tidak perlu.” Sandra dengan berat hati memakannya.Sebenarnya Sandra sudah lama tidak makan Foie gras setelah tahu fakta mengerikan dalam proses pr
Lega karena hanya ada dia di kamar itu, Sandra merenggangkan kakinya dari bawah selimut hangat. Sandal rumah dengan bulu sintetis berwarna hitam yang selalu dia pakai, sudah tersedia di atas lantai. Sembari duduk di sisi kasur, Sandra mengusap matanya dan memakai kacamatanya yang terlipat dengan sempurna di atas nakas.Dia masih merasa aneh terbangun di kamar yang berbeda. Oh, dia terbangun beberapa kali semalam—atau lebih tepatnya dibangunkan. Moses terus berkata bahwa dia akan segera memberi apa yang selama ini Sandra inginkan.“Jangan menangis, Sandra,” katanya. “Kita akan membuat seorang anak yang lucu seperti Nathan. Kita pasti bisa menjadi keluarga yang bahagia.”Bergerak dengan kecepatan seperti siput ke kamar mandi, Sand
“Aku capek. Aku mau istirahat sebentar,” keluh Phoebe sambil memegang pegangan di ujung arena agar tidak terjatuh. Dia baru saja diajari Sandra meluncur dengan sepatu roda dan sudah terjatuh dua kali saat mencobanya sendiri.“Are you okay? Kamu mau balik aja?” tanya Sandra khawatir.“No, no. Kita sudah datang kesini. Jadi lebih baik kamu nikmati waktu bebasmu, San.”Mereka sedang berada di arena ice skating dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, membuat Maggie Daley Park salah satu arena bermain seluncur es yang paling digemari.Tadinya Phoebe ingin mengucapkan sepatah dua patah kata untuk menyadarkan Moses atas sikapnya yang sudah kelewatan batas, namun Sandra malah mencegahnya.Dia bilang dia ingin berjalan-jalan sebentar. Jadi diam-diam mereka pergi dengan mengendarai salah satu mobil Moses.“Are you sure? Aku ingin meluncur satu putaran lagi dan setelah itu kita balik.
“Kamu akan percaya ketika kamu melihatnya sendiri.”Sandra menggelengkan kepalanya. “Tidak. Kalau kamu pikir aku akan memberitahu keberadaan Andrew, kamu salah besar!”Apa yang bisa Alfonso lakukan di tempat terbuka seperti ini? Dia tidak mungkin bisa menyakiti Sandra. Perlahan-lahan, Sandra melangkah mundur.“Berhenti kalau kamu masih peduli dengan teman kecilmu itu.” Alfonso mengeluarkan sesuatu berbentuk persegi dengan tombol merah di tengah—dari saku mantelnya. “Atau dengan sekali tekan, mobil itu akan hancur berkeping-keping beserta isinya!”Mengalihkan pandangannya dari wajah Alfonso, Sandra menatap mobil Ford hitam di ujung sana. Jantungnya berdegup kencang.Entah mengapa dia percaya bahwa Alfonso tidak berbohong. Ada sesuatu pada diri Alfonso De Renzo yang berteriak: Jangan main-main denganku.“Atau perlu aku beritahu sebuah rahasia agar kamu percaya kalau aku berani m
“Satu tembakan peluru ke rahimmu akan merenggut mimpimu selamanya, Sandra. Dan tembakanku tidak pernah meleset.”Walaupun kedua tangan Sandra ditutupi oleh sarung tangan tebal, dia dapat merasakan tangannya bergetar. Bukan karena kedinginan.“Alfonso De Renzo!”Mendengar namanya dipanggil, Alfonso langsung mengalihkan pandangannya ke arah kanan. Sumber suara itu adalah seorang pria yang sedang menodongkan pistolnya ke pelipis Andrew.Mereka baru saja keluar dari balik mobil. Bahkan Alfonso sendiri tidak menyadarinya karena jelas-jelas dia terkejut melihat Andrew yang tangannya terikat ke belakang—berada dalam cengkeraman pria itu.Menutup mulutnya, Sandra berkata lirih, “Andrew…”Wajah Andrew bahkan lebih hancur dibanding waktu dia menemui Sandra di Stray Cat Cafe. Dan mungkin bukan hanya wajahnya saja yang menjadi sasaran amukan Alfonso.Sandra tidak mengerti apa yang sedang terjadi an
Tepat pukul 14:53 peristiwa berdarah itu terjadi di area parkir tempat bermain seluncur es. Alfonso De Renzo, seorang leader organisasi hitam—Quantum Brotherhood—dengan nama panggilan ‘The Serpent’, meninggal karena luka tembakan di kepala. Pelaku penembakan itu berdiri santai di hadapan Moses, tidak diborgol, tidak dibekuk. Tidak ada pasal yang akan menjeratnya karena Kingsley Hart bekerja sama dengan pihak FBI untuk menangkap Alfonso De Renzo. Namun menangkap saja tidak akan membuat Kingsley Hart puas. Alfonso harus mati di tangannya. Jadi ketika Sandra berlari ke pelukan Moses setelah pistol itu jatuh ke tanah, Alfonso hendak mengambilnya kembali. Langkah yang salah. Karena detik itu juga Kingsley Hart membuatnya tidak bisa bergerak untuk selamanya. Moses tidak berani memikirkan bagaimana kalau seandainya Kingsley Hart tidak memilih hari ini untuk membalaskan dendamnya pada Alfonso karena telah membunuh keluarganya. Menjabat tangan
Sepertinya Moses juga tidak bisa tidur malam itu karena begitu Sandra menyelinap masuk ke bawah selimutnya, dengan sigap Moses sudah merangkulnya ke dalam pelukan.“Come here, baby.” Dia berbisik lembut. Membenamkan wajah Sandra ke dadanya.Sandra dapat menghirup aroma khas tubuh Moses, samar-samar bercampur dengan wangi sabun dan shampoo yang dia pakai. Tidak disangka, Sandra akan naik sendiri ke atas ranjang suaminya tanpa paksaan seperti pertama kalinya.Dia merasa aman, dilindungi saat berada dengan Moses.“Aku mimpi buruk… Pria itu, dia ada di dalam mimpiku.”“Shh-shh, dia tidak akan bisa menyakitimu lagi.” Moses mengelus punggungnya.“Dia bilang yang paling aku inginkan adalah seorang anak. Lalu dia menembakkan sebuah peluru ke dalam perutku. Semuanya dipenuhi oleh darah. Aku tidak bisa… Aku tidak bisa hamil lagi.”“Itu hanya mimpi buruk, Sandra. Hanya mimpi bur
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos