Sementara itu di Mansion Bramasta…
Moses memijat bahunya sendiri setelah menutup pintu kamar Jessica. Entah sampai kapan dia harus menghadapi dan menemani Jessica melewati masa histerisnya.
Namun dia sudah berjanji akan terus berada di sisi Jessica sampai wanita itu sembuh. Moses hanya berharap istrinya tetap sabar. Dia tidak lupa bagaimana wajah tanpa ekspresi Sandra menatap mereka saat di atas kasur bersama.
Apa yang Sandra pikirkan?
Moses menghela napas. Selama kepergian Sandra, dia merasa mansion ini semakin hampa. Dia hanya ingin hari ini cepat berlalu dan begitu besok tiba, Sandra sudah berdiri di hadapannya.
Ah, dia lupa harus pergi ke perusahaan. Cal pasti jengkel menunggunya begitu lama.
Moses belum sempat masuk ke mobil ketika pelayan pribadi Agatha memanggilnya.
Kenapa hari ini semua orang tidak bisa memberinya sedikit waktu untuk bernapas?
“Ada apa, Oma? Aku harus pergi bertemu Cal. Dia sudah menungguku dari
Jam jenguk pasien sudah hampir habis, namun Moses sama sekali tidak masuk ke kamar untuk melihat istrinya sendiri. Phoebe keluar dari kamar dan melihat hanya ada Moses seorang, dia masih duduk di kursi tunggu rumah sakit. Sepertinya yang lain sudah pulang duluan. Apa yang ada di dalam benaknya? Phoebe memperhatikan sosok pria yang menatap lurus dalam kekosongan. Semakin dilihat, semakin Phoebe menemukan kesamaan dalam diri mereka. “Bagaimana keadaannya?” Phoebe tersentak kaget. “Sandra terlihat masih sangat syok. Dia tidak mengucapkan satu kata pun.” Tidak ada seorang ibu yang rela kehilangan anaknya. Apalagi Sandra sangat menantikan kehadiran anak ini dan dia sudah bersemangat memper
“Kamu yang telah membunuh bayiku! Aku kehilangan bayiku karena kamu! Kamu yang telah merenggut Guppy dariku!!” Tangan Sandra terangkat ke atas dan menampar wajah Felysia sebelum Moses dapat mencegahnya. Parsel buah di tangan Felysia jatuh ke lantai. “Sandra!” bentak Moses sambil menahan tubuh rapuh istrinya agar tidak menyerang sasarannya. “Hentikan ini sekarang juga!” Felysia mundur ketakutan sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan Sandra. Nadanya bergetar saat Felysia berkata, “Saya… Saya tidak melakukan apa yang dituduhkan Nyonya Sandra, Tuan. Sumpah… Saya hanya membantu saat anda pingsan, Nyonya.” “Apa yang kamu taruh ke dalam jus jeruk itu? Kamu ingin mencelakakanku? S
Sandra’s POV Kepingan-kepingan salju turun dari langit, menyelimuti halaman mansion bagaikan selimut putih yang lembut. Langit terlihat suram dan kabut begitu tebal sehingga sinar matahari tidak bisa menembus permukaan bumi di hari pertama musim dingin. Aku duduk dalam kamar yang hangat dari alat pemanas ruangan yang mungkin dihidupkan Tina pada malam hari sewaktu salju pertama turun. Namun aku bisa merasakan dinginnya cuaca di luar seakan badai salju lebat sedang melanda hatiku. Seseorang membuka pintu kamarku. Dari langkah kakinya yang berat, aku bahkan tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang telah masuk, menginvasi ruang pribadiku.
Third POV “Kamu harus hamil lagi. Dan kali ini aku akan memastikan bahwa anak yang ada di rahimmu adalah anakku.” Mendengar perkataan itu, wajah Sandra yang tadinya merah karena ciuman dari Moses, langsung berubah pucat. Ada ketakutan dan ketidakberdayaan di mata hazelnya. Moses merasa puas telah meretakkan topeng dingin penuh kepalsuan istrinya. Mau bercerai katanya? Sebaiknya Sandra melangkahi mayat Moses terlebih dahulu sebelum dia berpikir dia dapat lari ke pelukan pria lain. Karena Sandra hanya menatapnya bagaikan tersambar petir, Moses melepas cengkeraman tangannya. “Tidak…,” bisik Sandra sambil bangkit dari ka
Perkataan Tuan Bates terngiang-ngiang di telinga Tristan. Dia sedang dalam perjalanan ke rumah Moses dengan hati yang kacau. Bukan hanya gagal untuk mendapat kepastian isi dokumen Sandra, namun juga karena kabar kematian Felysia yang tak terduga.Dia ditemukan meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang di sebuah klub malam murahan? Tidak terdengar seperti sifat Felysia yang mau mengunjungi tempat seperti itu.Sebuah mobil Ford hitam melaju dengan kecepatan tinggi, melintasi mobil Tristan, hampir menyerempet badan mobilnya.“Fucking asshole!” umpat Tristan yang hampir menabrak pembatas jalan di sebelah kanan.Jiwa muda dalam diri Tristan tertantang untuk mengejar mobil yang b
“My goodnight kiss.” Sandra tidak sempat lari karena Moses sudah duluan mendorongnya ke dinding, tubuh mereka saling menempel. Bukan ciuman kasar yang Sandra takutkan seperti saat pertama kali Moses melakukannya. Karena ketika Sandra merasakan bibir hangat itu, dia lebih takut Moses akan menciumnya dengan kelembutan dan kesabaran. Sandra takut tubuhnya akan mengkhianati dirinya sendiri. Lidah Moses menjelajahi setiap sudut bibirnya, membujuknya untuk membalas ciuman itu. Bagai gunung Everest yang diguyur lahar panas, Sandra mengerang, membuat bibirnya sedikit terbuka. Moses langsung mengambil kesempatan untuk memperdalam ciuman mereka. Lidah mereka bertemu di dalam. Sandra tidak menya
Moses mengajak Sandra makan siang di Graham Elliot Bistro. Sepertinya dia melakukan reservasi sewaktu menunggu Sandra karena walaupun restoran mewah tersebut penuh, mereka langsung mendapat meja.“Kenapa? Kamu tidak selera makan?”Pisau dan garpu Sandra berhenti memainkan makanannya. Foie gras yang dimasak dengan sempurna itu sama sekali tidak menggugah selera Sandra.“Kalau kamu mau ganti, aku akan menyuruh pelayan membawakan buku menu.”“Tidak. Tidak perlu.” Sandra dengan berat hati memakannya.Sebenarnya Sandra sudah lama tidak makan Foie gras setelah tahu fakta mengerikan dalam proses pr
Lega karena hanya ada dia di kamar itu, Sandra merenggangkan kakinya dari bawah selimut hangat. Sandal rumah dengan bulu sintetis berwarna hitam yang selalu dia pakai, sudah tersedia di atas lantai. Sembari duduk di sisi kasur, Sandra mengusap matanya dan memakai kacamatanya yang terlipat dengan sempurna di atas nakas.Dia masih merasa aneh terbangun di kamar yang berbeda. Oh, dia terbangun beberapa kali semalam—atau lebih tepatnya dibangunkan. Moses terus berkata bahwa dia akan segera memberi apa yang selama ini Sandra inginkan.“Jangan menangis, Sandra,” katanya. “Kita akan membuat seorang anak yang lucu seperti Nathan. Kita pasti bisa menjadi keluarga yang bahagia.”Bergerak dengan kecepatan seperti siput ke kamar mandi, Sand
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos