“How dare you!” desis Phoebe, mengangkat tangan kanannya untuk menampar Tristan.
Sebelum telapak tangan Phoebe menyentuh pipinya, Tristan mencengkeram erat tangan itu, mendorong tubuh Phoebe ke atas kap mobil dan memenjarakan kedua tangannya ke atas kepala.
Tristan memicingkan mata setajam elang. “Aku akan bertanya sekali lagi. Siapa kamu sebenarnya?”
Setengah tahun yang lalu, Moses dan Tristan pergi ke Los Angeles untuk membicarakan tentang bisnis pesawat tempur yang dibutuhkan angkatan militer.
Aliasta Company adalah salah satu kandidat yang diperhitungkan untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah.
Dari pertama kali dia melihat gadis muda berambut panjang bergelombang itu duduk sendirian di meja bar, Tristan sudah menginginkannya.
Setelah perjamuan selesai, Tristan menghampiri wanita yang selalu melirik ke arah meja mereka. Dia berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di antara mereka berdua.
Itu s
“Tidurlah denganku, Mos.” Manik mata biru Jessica memohon. “Untuk terakhir kalinya, sebelum aku benar-benar merelakan dirimu.”Moses mengangkat tubuh ringan Jessica dan membaringkannya di atas kasur. Dia menarik selimut, menutupi tubuh Jessica sampai ke bawah lehernya.“Aku akan memanggil pelayan untuk membereskan kamar.”Jessica menyeka air matanya sendiri dan tertawa kecut, “Sungguh bodoh. Apa yang aku harapkan? Aku sudah cacat sekarang, kamu pasti ilfeel.”“Bukan begitu, Jess.” Moses duduk di tepi kasur. “Ini bukan tentang dirimu yang lumpuh. Tapi aku yang tidak mungkin mengkhianati Sandra.”Bahkan sebelum kecelakaan Jessica terjadi, dia sudah tidak memikirkan apa yang pernah mereka lakukan dulunya.Malam panjang yang panas, hal-hal gila dan nekat yang pernah dilakukan saat mereka merasa dunia ini ada dalam genggaman tangan mereka, ataupun pertengkaran hebat yang bera
Moses menghiraukan protes istrinya yang mengatakan bahwa mereka tidak mungkin bercinta di atas meja, apalagi meja yang baru saja mereka gunakan untuk makan malam. Dia melucuti pakaian Sandra satu per satu. Midi dress hitam yang satu size lebih besar dari ukuran tubuh Sandra, dia lempar sembarangan ke lantai. Bra putih polos itu juga dia lempar hingga menggantung di sandaran kursi. “You’re so hot,” bisik Moses sambil membelai lembut puncak dada Sandra yang sudah langsung berdiri tegak dengan sekali sentuhan kulit hangatnya. “Moses, please jangan di sini. Kita bisa ke atas sekarang.” “Tidak. Ada Kylie di kamarmu,” ucap Moses sambil mengecup leher Sandra. “Kalau begitu, di kamar tamu saja.” “Lebih menantang begini.” Moses mengulum puncak dada Sandra, membuat wanita itu lupa apa yang akan dia katakan untuk menggagalkan rencana Moses. Sandra tidak dapat memikirkan apa-apa lagi seakan dia hilang kendali atas di
Sandra tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang langsung berubah pucat. Kepalanya berputar lebih kencang daripada saat dia mendapat omelan Oma Agatha.Jessica mengajak Moses tidur dengannya?Tidak mungkin Moses menerima ajakan Jessica karena malam itu juga mereka bercinta di ruang makan. Namun Sandra sendiri tahu bagaimana stamina suaminya di ranjang. Dia bisa melakukannya berkali-kali.Bagaimana kalau mereka memang…Sandra menepis prasangka buruknya. Berhubungan dengan dua wanita sekaligus di hari yang sama? Moses tidak mungkin begitu berengsek.Berusaha bersikap tenang, Sandra bertanya, “Apa reaksi Moses?”Raut wajah Phoebe penuh dengan rasa penyesalan. Dia hanya bermaksud baik ingin memberi warning agar Sandra tidak terlalu baik pada orang lain.“Dia menggendong Jessica ke kasur. Setelah itu aku tidak bisa melihat apa-apa lagi karena posisi kasur yang… Kamu tau deh seperti apa.”Kalau be
Sandra terbangun saat merasakan nyeri yang begitu hebat, seperti sebuah bola ditendang tepat ke arah perutnya dengan kuat. Dia mengerjapkan matanya sebelum bisa membuka matanya lebar. Ternyata kaki Kylie yang menendang perutnya! Kylie memang sangat aktif sewaktu tidur. Dua hari yang lalu, punggung Sandra yang menjadi sasaran. Semalam, wajahnya yang terkena ayunan tangan Kylie. Sandra membalikkan badannya menghadap pintu, dia mengelus-elus perutnya sebentar. Karena tidak bisa tertidur kembali, Sandra beranjak dari kasur dan melirik jam dinding. Sudah subuh. Dia menoleh ke arah kasur dan menghela napas. Seperti biasa, Moses pasti keluar dari kamar setelah mereka tertidur. Padahal Sandra sangat berharap mereka bisa tidur bersama seperti keluarga kecil yang hangat. Apakah nanti setelah Guppy lahir, mereka juga akan tetap tidur di kamar yang berbeda? Sandra merenggangkan tubuhnya, sedikit lega karena dia tidak ada dorongan untuk mun
Phoebe menjulurkan kepalanya. Dia sedang berdiri di samping pintu kamar tamu yang berada di bagian timur Mansion Bramasta untuk mendengar pembicaraan dua orang yang baru saja masuk ke dalam. Lagi-lagi Jessica bersikap emosional setelah pulang dari rehabilitasi. Bukannya Phoebe tidak memiliki hati nurani, namun dia sebal karena Jessica seperti haus perhatian pada suami orang. Kelakuan Jessica sudah melewati batas! Moses juga sama saja. Tapi amarah Phoebe masih bisa dia tahan karena Moses membiarkan pintu itu terbuka. Phoebe memang sensitif dengan hal-hal yang berbau perselingkuhan. Sejak dia masih kecil, orang tuanya selalu bertengkar dan dia hanya bisa meringkuk di bawah selimut sambil menutup telinganya. Saat berumur 10 tahun, Papanya memilih untuk keluar dari rumah dan tinggal dengan pacarnya yang baru. Setahun kemudian, mereka resmi bercerai. Merasa bersalah dengan anaknya, Nyonya Gates mengajak Phoebe liburan bersama dengan keluarga Bramas
Pesawat United Airlines yang terbang dari Bandar Udara Incheon Internasional akhirnya melandas di Bandar Udara O’Hare Internasional tepat pukul 14:52 pada hari Jumat. Seorang wanita—memakai sweater rajut putih, coat panjang sebetis berwarna hitam, celana hitam dan sepatu boots di atas mata kaki—melangkah keluar dari terminal kedatangan dengan penuh semangat. “Slow down, San. Kakiku sudah mau putus,” protes Bambi sambil menyeret dua koper besar di belakangnya dan satu tas tangan. “Nanti aku belikan kaki baru,” ujar Sandra tanpa melambatkan langkahnya. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Moses. Sandra sengaja tidak memberitahu kepulangannya ke Chicago dipercepat satu hari. Moses pasti terkejut. Sandra rela membeli tiket baru dan berangkat subuh. Untung saja dia bisa tidur di kursi First Class yang nyaman, lengkap dengan minuman dan makanan gratis. James sudah menunggu mereka di hall kedatangan. Akhirnya Bambi bisa bernapas lega sa
Sementara itu di Mansion Bramasta… Moses memijat bahunya sendiri setelah menutup pintu kamar Jessica. Entah sampai kapan dia harus menghadapi dan menemani Jessica melewati masa histerisnya. Namun dia sudah berjanji akan terus berada di sisi Jessica sampai wanita itu sembuh. Moses hanya berharap istrinya tetap sabar. Dia tidak lupa bagaimana wajah tanpa ekspresi Sandra menatap mereka saat di atas kasur bersama. Apa yang Sandra pikirkan? Moses menghela napas. Selama kepergian Sandra, dia merasa mansion ini semakin hampa. Dia hanya ingin hari ini cepat berlalu dan begitu besok tiba, Sandra sudah berdiri di hadapannya. Ah, dia lupa harus pergi ke perusahaan. Cal pasti jengkel menunggunya begitu lama. Moses belum sempat masuk ke mobil ketika pelayan pribadi Agatha memanggilnya. Kenapa hari ini semua orang tidak bisa memberinya sedikit waktu untuk bernapas? “Ada apa, Oma? Aku harus pergi bertemu Cal. Dia sudah menungguku dari
Jam jenguk pasien sudah hampir habis, namun Moses sama sekali tidak masuk ke kamar untuk melihat istrinya sendiri. Phoebe keluar dari kamar dan melihat hanya ada Moses seorang, dia masih duduk di kursi tunggu rumah sakit. Sepertinya yang lain sudah pulang duluan. Apa yang ada di dalam benaknya? Phoebe memperhatikan sosok pria yang menatap lurus dalam kekosongan. Semakin dilihat, semakin Phoebe menemukan kesamaan dalam diri mereka. “Bagaimana keadaannya?” Phoebe tersentak kaget. “Sandra terlihat masih sangat syok. Dia tidak mengucapkan satu kata pun.” Tidak ada seorang ibu yang rela kehilangan anaknya. Apalagi Sandra sangat menantikan kehadiran anak ini dan dia sudah bersemangat memper
Moses buru-buru melepas lengan Bella dan bangkit berdiri dari kursi. Dia menatap tajam pada pengasuh muda itu. “Kemas barang-barangmu sekarang juga dan pergi dari sini!” Bella memberinya tatapan tak percaya. Padahal dia sudah yakin bahwa Moses tidak akan menolak. Dia berpikir bahwa semua pria kaya yang sudah berkeluarga sama saja. Masih mencari kesenangan di luar. “Maaf kalau sudah membuatmu tersinggung, Tuan Moses. Tapi kalau saya berhenti kerja, siapa yang bantu menjaga Rory?” “Aku bisa mencari penggantimu detik ini juga! Enyah dari hadapanku!” benta
Kecupan-kecupan kecil mendarat di bahu mulus Sandra, membuatnya terbangun dari tidur lelap.Dia mengerang. “Moses… Kamu tau ini baru jam berapa?” protesnya dengan suara yang masih serak. Samar-samar Sandra dapat mendengar kicauan burung dari luar, merasakan cahaya matahari yang mengintip dari balik gorden.“Morning. Hampir jam tujuh, baby bear. Waktunya bangun.” Moses berbisik lalu melanjutkan sapuan bibirnya ke tengkuk leher Sandra.Membuka sebelah matanya, Sandra melirik ke arah jam meja digital di samping tempat tidur. Angkanya cukup besar sehingga dia tidak perlu memakai kacamata untuk bisa melihatnya dengan jelas.06:45
“Ekhmm…” Phoebe berdehem, membuat Sandra buru-buru melepaskan pagutan bibirnya dari bibir Moses. Wajahnya langsung merah padam karena ketahuan sedang mencium suaminya yang tengah terbaring di atas kasur pasien. Agatha yang berdiri di samping Phoebe juga senyum-senyum sendiri melihat kelakuan dua sejoli itu. “Maaf mengganggu kemesraan kalian. Apakah kami harus keluar dulu sebentar?” tanya Phoebe dengan senyum menggoda. Sandra merentangkan kedua tangannya lebar-lebar dan memeluk gadis muda itu. “Phoebe! Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Kamu berhutang untuk menceritakan semua petualanganmu di Singapura ya, San. Ehmm… atau lebih tepatnya mulai sekarang aku memanggilmu kakak ipar.” “Tentu saja kamu bisa memanggilku apa saja yang kamu suka! Aku sangat senang kita bisa menjadi satu keluarga, Bee.” Lalu dia melirik Agatha dan melepas pelukannya. Sandra sedikit menundukkan kepalanya di hadapan wanita yang masih kelihatan segar dan sehat wal
Tidak ada korban selamat dari peristiwa meledaknya pesawat Azure 737 di langit Lockerbie, Skotlandia. Investigasi akan segera dilakukan setelah tim gabungan yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Inggris menemukan black box tersebut. Sementara ini yang bisa diduga dan mungkin menjadi penyebab ledakan pesawat itu adalah dari laporan terakhir pilot sebelum Azure 737 hilang kontak, menyatakan bahwa mesin pesawat di bagian fan blade terbakar. Moses mengusap wajahnya. Dia masih di New York dan kelihatan kurang tidur. “Besok adalah hari terakhir aku ikut meeting. Setelah selesai, aku akan segera terbang ke Singapura.” “Apakah Aliasta Company ikut bertanggung jawab atas insiden ini?” tanya Sandra yang hanya bisa melihat wajah suaminya dari layar laptop. Selain video call, mereka juga sering teleponan hanya untuk menanyakan kabar. Benar-benar seperti pasangan yang diuji ketahanannya menjalin Long Distance Relationship. “Tid
Cahaya berwarna-warni dari kembang api yang sedang meletus serta lampu-lampu dari bangunan pencakar langit menyinari air laut teluk Marina.Di atas dek kapal pesiar mewah, Sandra dilamar oleh pria yang tak lain adalah suaminya sendiri. Sebelum Moses dapat melihatnya meneteskan air mata, Sandra membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat itu.“Sandra, honey.” Moses memanggil dengan nada sedikit panik, bangkit berdiri dan memasukkan cincin itu kembali ke dalam saku celananya. Rasa kecewa, sedih dan bingung bercampur menjadi satu. Tapi yang paling dia rasakan adalah kegagalan.Andai saja semua uang yang dia punya saat ini bisa membeli mesin waktu untuk mengulang kembali dari awal pernikahan mereka… tidak, dari awal pertemuan mereka. Moses pasti akan memperlakukan Sandra lebih baik lagi.Air mata membasahi pipi Sandra dan dia buru-buru mengusapnya saat Moses menghampirinya.“Maaf, aku belum siap.”“Pl
“I love you. I love you so much.” Sandra menutup kedua telinganya. “Jangan. Jangan katakan itu kalau kamu tidak bersungguh-sungguh.” “Aku tau perasaanku sendiri.” Moses menjauhkan tangan Sandra dari telinganya. “Dan aku akan membisikkannya setiap detik, setiap menit, setiap hari sampai kamu benar-benar percaya bahwa aku mencintaimu.” Sandra menepis tangannya. “Aku memang menanti tiga kata itu darimu. Tapi aku sadar bahwa cinta juga ditunjukkan dari perbuatan.” “Aku sudah menunjukkannya dengan memasak makanan yang lezat untukmu, aku menunjukkannya saat kita bercinta—“ “Tidak, itu bukan bercinta. Itu hanya sebatas berhubungan badan.” Moses seakan ditampar begitu keras. Ya, dia memang paling suka saat tubuh mereka bersatu. Dia merasa dia dapat menyentuh bagian terdalam dari diri Sandra, melihat sisi lain dari Sandra yang tidak pernah dia ketahui. Selama dua hari sebelum dia terbang ke Singapura, Moses sudah mengerahkan orang bayar
[Singapore] “Jadi saya hanya perlu mengirimkan sertifikat internasional kursus piano Nona ke alamat ini?” “Betul. Pastikan tidak ada yang tahu kamu mengirim paket ke luar negeri.” “Minggu ini saya pulang ke rumah. Saya akan meminta anak saya untuk mengantarnya. Nona tidak perlu khawatir.” “Baik, begitu saja Fiona. Maaf merepotkanmu.” “Tidak masalah, Nona Sandra. Oh ya… kemarin Tuan Moses ada—“ “Sudah dulu ya. Aku tidak bisa bicara lama-lama. Jaga kesehatanmu, Fiona.” “Baik, Nona juga.” Sandra mematikan panggilan internasional itu dan menghela napasnya. Dia terpaksa harus menelepon Fiona memakai telepon koin yang tersedia di stasiun MRT, berjaga-jaga agar keberadaannya tidak terlacak dari nomor ponsel. Sudah hampir lima bulan dia hidup sendiri di Singapura, negara dengan wilayah paling kecil di ASEAN namun mendapat julukan Macan Asia berkat kekuatan ekonominya. Sandra juga sudah terbiasa kemana-mana dengan berjal
“Kamu tidak peduli meskipun ini menyangkut keberadaan Nona Sandra?” Tristan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya. Moses menghiraukan pria itu, duduk di atas sofa kulitnya, mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan mengambil satu tegukan lagi. Minum alkohol sudah seperti minum air putih. Dengan mabuk, dia tidak akan terus memikirkan Sandra. “Jangan bercanda. Bahkan detektif paling hebat di Amerika Serikat saja tidak dapat menemukannya.” Keberadaan Sandra sama sekali tidak terdeteksi. Tidak ada penggesekan kartu kredit, tidak ada penarikan uang dengan kartu debit. Bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa uang di dunia ini? Keberadaan terakhir yang berhasil Moses ketahui setelah melakukan cara ilegal, yaitu membayar seseorang untuk membuka data list penumpang penerbangan. Sandra terbang dari Alaska menuju Paris. Dia menyewa detektif swasta untuk mengawasi Jocelyn. Karena siapa lagi yang bisa membantu Sandra di Paris kalau buk
[Lima Bulan Kemudian] Seseorang membuka lampu ruangan yang tadinya gelap. Moses mengerang saat silaunya cahaya menyerang, mengganggu waktu tidurnya. Kepalanya berdenyut hebat akibat alkohol yang dikonsumsinya sepanjang malam. “Go away…” Moses menutup matanya dengan lengannya sendiri. “Astaga, Bos! Kamu dapat darimana vodka ini? Padahal aku sudah menyita semua koleksi alkoholmu.” Tristan menyambar botol kaca kosong itu dan melemparnya ke dalam tong sampah terdekat. Dia memeriksa seisi ruangan itu, manatau Moses berhasil menyimpan satu atau dua botol alkohol tanpa sepengetahuannya. Sejak Nona Sandra melarikan diri saat mereka sedang berlibur ke Alaska lima bulan yang lalu, Moses pulang ke Chicago seperti cangkang yang kosong. Terlebih lagi, dua dokumen penting sudah menunggu tanda tangan Moses. Yang satu adalah surat cerai. Satunya lagi berisi surat pemindahan kepemilikan saham. Ya, Sandra melepas semua sahamnya untuk Mos