Share

Ayah X Yanda

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-13 20:59:25

VIOLA

Aku sedang bersiap-siap untuk menjemput Ben ke bandara sambil mendengar cerita Lakeizia mengenai keseruannya main sepeda dengan Kenzio. Nggak ada habisnya pujian terlontar dari mulutnya mengenai Yanda-nya itu.

"Nda, tau nggak, hari Minggu Yanda mau ngajak Kei lagi."

"Main sepeda?"

"Bukan, Nda, tapi Yanda mau ngajak Kei ke pantai. Kata Yanda Kei mau diajarin surfing."

"Apa?" Aku terbeliak mendengar penuturan Lakeizia.

"Kok Bunda kaget?" Lakeizia menatapku heran.

"Gimana Bunda nggak kaget, Nak. Kei tau nggak surfing itu apa?" Aku menatap Lakeizia selekat mungkin.

"Ya taulah, Nda. Tadi Yanda udah ngeliatin sama Kei papan surf-nya. Terus Yanda juga ngeliatin foto-foto saat Yanda surfing di pantai."

"Kei nggak takut memangnya? Surfing itu bukan main-main biasa, Nak. Ombaknya besar, Kei juga bisa jatuh kalau nggak hati-hati. Kalau udah jatuh Kei bisa tenggelam."

Lakeizia menggelengkan kepalanya yang membuatku kehilangan kata. "Kan ada Yanda. Kei nggak sendiri. Yanda bakal ngelindungin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Mati Kutu

    KENZIOViola dan Ben kompak termangu setelah kutagih buku nikah pada mereka. Namun kemudian Viola mengambil alih situasi.“Duh, Zio, kebetulan buku nikah kami hilang dan kebetulannya lagi aku nggak punya kopiannya,” ucapnya dengan wajah sangat menyesal memohon pengertian dariku.Aku kesulitan menahan diri untuk tidak tertawa kala mendengar ucapan Viola. Agaknya dia benar-benar lupa sedang berbicara dengan siapa. Dan aku rasa dia juga lupa atau tidak memperhitungkan kemungkinan yang satu ini.“Jadi bukunya hilang?” tanyaku mengonfirmasi.Dia memberi jawaban anggukan kepala.“Nggak apa-apa kalau memang nggak ada kopiannya. Kita masih bisa telusuri datanya.”“Maksudnya?” Viola mengerutkan dahi.“Kita bisa tracking data kamu dan Ben secara online. Di sana semuanya lengkap. Mulai dari hari dan tanggal menikah sampai KUA tempat pernikahan kalian terdaftar. Sesimpel itu. Jadi nanti hasil print out-nya bisa digunakan sebagai bukti yang sah bahwa kalian benar suami istri. Kata Pak RT nggak apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Fakta Yang Terungkap

    KENZIO"Dia bukan istri gue. Kami nggak pernah menikah,” ucap Ben padaku.Seketika seperti ada aliran air membasahi tenggorokanku yang kering mendengar pengakuan lugas lelaki di hadapanku ini. Sejak mendengar cerita Lakeizia yang dituturkan dengan lugu aku memang sudah menduganya. Keyakinanku bertambah kuat oleh sikap Viola yang aneh seakan sedang menutupi sesuatu dariku. Dan ternyata semua terbukti. Ben sendiri yang mengakuinya tanpa aku perlu berepot-repot mencari tahu."Really? Terus kenapa lo ngaku sebagai suaminya?" Aku mencoba untuk bersikap seolah-olah terkejut dan cukup sulit untuk melakukan itu karena nyatanya aku sudah tahu."Viola yang minta gue buat pura-pura jadi suaminya. Karena katanya ada cowok usil yang suka menggoda dia, yaitu lo.”Aku tak kuasa menahan senyum. Ternyata aku membuatnya sebegitu kesal hingga Viola benar-benar sebal padaku."Memang suaminya ke mana? Kenapa dia minta lo? Kenapa bukan suaminya aja yang ke sini?"Ben menyesap Americano-nya sesaat sebelum m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-14
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Terserah Apa Kata Takdir

    VIOLA“Nda, Ayah sama Yanda ke mana sih? Kok lama banget dari tadi nggak pulang-pulang?” Lakeizia mulai resah ketika sudah berjam-jam berlalu namun Ben dan Kenzio masih belum kembali.“Mungkin sebentar lagi, kita tunggu aja ya,” jawabku sambil membelai kepala si gadis kecil. Dia sudah nggak sabar ingin quality time dengan ayahnya.“Nanti kita ke pantai sama Ayah dan Yanda ya, Nda?”“Om Zio nggak bisa, Nak. Om Zio lagi sibuk,” jawabku menolak keinginan Lakeizia.“Yaaa … kok gitu sih? Mana seru kalau nggak ada Yanda.” Lakeizia mengerucutkan mulutnya tidak terima.Aku membungkukkan badan. Menyejajarkan posisi tubuh dengannya. Lalu kuberi dia pengertian.“Dulu waktu kita tinggal di Batam nggak ada Om Zio, kita selalu pergi bertiga. Tapi tetap seru kan?”“Tapi waktu itu kita kan belum kenal sama Yanda, jadi mana bisa jalan sama-sama.”Aku salah jika berpikir Lakeizia akan berhenti mendebatku. Dia malah mengeluarkan argumen lain yang membuatku nggak habis pikir pada alur pikirannya. Yang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Talk About Unfinished Business

    KENZIOSetelah pembicaraan dengan Ben tadi aku pulang ke rumah. Ben juga pulang ke rumah Viola. Aku sengaja nggak mengekorinya karena semua sudah terungkap. Ben menyerahkan semua padaku untuk menyelesaikan masalah dengan Viola. Mengingat betapa keras hati Viola, aku yakin ini semua nggak akan mudah. Tapi untungnya aku memiliki banyak waktu di sini. Aku nggak menyesali keputusanku untuk tidak mengambil job dulu karena ternyata di balik keputusan-keputusan itu ada hikmah yang begitu besar.Tok ... tok ... tok ..."Zio!"Suara Rhiannon terdengar bersama ketukan di depan pintu. Ternyata dia sudah pulang dari Lombok."Masuk aja, Rhi, nggak dikunci."Pintu terbuka setelah aku menyahut.Rhiannon melangkah ke dalam lalu ikut naik ke tempat tidur dan berbaring di sebelahku."Duh, capek banget. Badan aku berasa mau rontok," keluhnya."Ya jangan sampai rontok dong. Kalo nggak punya badan gimana?""Zio, ah, becanda mulu. Ini beneran aku capeknya nggak main-main.""Ya udah, istirahat kalau gitu."

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Yang Pertama Setelah Sekian Lama

    VIOLASudah kuduga sebelumnya. Berdua dengan Kenzio akan membuatku terjebak dalam momen ini. Kami harus membicarakan sesuatu yang selama ini sangat aku hindari. Dan dugaanku tadi bahwa Kenzio merencanakan semuanya dengan matang semakin mendekati nyata.“Aku mohon kamu jangan menghindar lagi, Vio. Sudah saatnya kita bicarakan masalah ini secara dewasa. Aku tau akulah yang salah dalam hal ini. Aku nggak akan menyangkal. Sepenuhnya ini memang salahku. Tapi tidakkah aku berhak atas kesempatan kedua?” Kenzio membicarakannya tanpa kata pembuka atau basa-basi. Dia sedikit pun nggak membahas mengenai sandiwara yang kulakukan. Seakan kejadian tadi pagi tentang aku yang mengakui Ben sebagai suami nggak pernah terjadi.“Sorry, Zio, seharusnya kamu nggak perlu meminta kesempatan apa pun padaku karena kesempataan itu mutlak punya kamu. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu membuangnya, kamu melempar kesempatan untuk bersamaku jauh-jauh. Kamu lebih memilih untuk bersama Clara. Jadi kesempatan apa lagi?

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Way Back Into Love

    VIOLA Hujan yang turun rintik-rintik di luar sana meniupkan hawa dingin yang menelusup sampai ke tulang. Sesekali terdengar suara guruh yang seakan ingin membelah langit.Aku merapatkan selimut membentengi diri dari udara dingin yang membuat tubuhku menggigil. Di sebelahku Lakeizia sudah tertidur sejak berjam-jam yang lalu. Keasyikannya bermain di pantai tadi membuat anak itu lelah tapi bahagia. Sehingga setibanya di rumah kasur adalah hal pertama yang dicarinya.Sedangkan aku sampai jam segini sepicing pun belum bisa memejamkan mata. Bukan karena insomnia yang datang tiba-tiba, melainkan karena perasaan membuncah akibat terlalu bahagia. Semua beban berat yang selama ini menggayuti pundakku terangkat sudah. Yang tersisa hanya perasaan lega.Notifikasi dari ponsel yang kuletakkan di nakas menjadi bebunyian lain yang menyela suara hujan di luar sana. Bibirku otomatis melengkungkan senyum saat melihat nama ‘Yanda’ tertera di layar. Secepat itu aku mengganti namanya di daftar kontakku. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Mengakuimu Pada Dunia

    KENZIO Semalam aku meninggalkan rumah Viola setelah dia tidur. Sebelum tertidur Viola memberitahu letak kunci cadangan rumahnya padaku sehingga aku bisa mengakses kapan pun aku mau. Lalu pagi ini aku sudah nggak tahan menyimpannya sendiri. Aku nggak mau membuang lebih banyak waktu. Aku nggak akan bisa tenang sebelum menyampaikan pada Papa dan Ayang mengenai Viola dan Lakeizia."Zio, kenapa sih dari tadi duduknya gelisah? Nggak enak masakan aku?" tegur Rhiannon yang duduk di sebelahku, berhadapan dengan Papa dan Ayang. Saat ini kami sedang sarapan pagi."Enak banget," jawabku. "Masih ada lagi nggak?" Pagi ini Rhiannon menyediakan egg muffin untuk kami."Ada tuh di belakang. Mau nambah? Itu kan belum habis." Dia melirik piringku, heran."Bukan untuk aku sih, tapi buat Kei.""Lakeizia?"Aku memberi jawaban anggukan kepala lalu bangkit dari tempat duduk. Seluruh mata tertuju padaku saat aku menyuruh ART kami mengantar dua porsi egg muffin ke rumah sebelah."Yang, Zio kenapa sih perhatian

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Satu Malam Untuk Selamanya   Pengakuan Seorang Ayah

    KENZIO Sudah sejak tadi aku duduk sendiri di tempat menunggu para siswa di sekolah Lakeizia. Anak itu nggak tahu kalau aku akan datang. Dia pikir hari ini akan pulang dengan mobil antar jemput seperti dulu.Lalu saat jam sekolah berakhir dan melihatku berada beberapa meter di depannya Lakeizia berlari ke arahku sambil berteriak girang."Yandaaaa!"Bangkit dari tempat duduk, aku menyusulnya lalu membawa tubuh mungil itu ke dalam gendongan."Yanda kenapa ke sini?" tanyanya setelah kukecup pipinya."Memang nggak boleh Yanda ke sini?""Ih, bukan begitu, tapi Yanda kok nggak bilang dulu mau ke sini?""Tadi Yanda mau bilang tapi Kei udah keburu pergi."Tadi pagi memang bukan aku yang mengantar Lakeizia ke sekolah seperti hari-hari sebelumnya. Tadi pagi aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk berterus terang pada orang tuaku dan mengatakan rencanaku untuk menikahi Viola pada mereka."Kita ke mana dulu, Nak?" tanyaku pada Lakeizia setelah kami berada di mobil."Hmm ... ke mana ya?" Lakeizia

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17

Bab terbaru

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Aku Nggak Mau Jadi Julietmu

    REMBULANSudah empat hari Romeo pulang ke Bali. Dia bilang ada urusan menangani klien di sana sekalian mengantar Tante Viola.Sudah empat hari juga Romeo nggak menghubungiku sekadar untuk menanyakan kabar. Padahal biasanya dia paling bawel mengingatkanku agar jangan lupa makan dan minum obat.Rasanya hidupku ada yang kurang tanpa adanya kabar dari Romeo.Apa itu artinya aku mulai ketergantungan dengannya? Sejak pembicaraanku dengan Tante Viola malam itu aku berhasil mencerna. Kemungkinan besar akulah orang yang dimaksud, ditambah lagi ucapan Romeo yang meminta menikah dengannya sebelum menemui klien, semakin memperkuat dugaanku ke arah tersebut.Aku berjalan mondar-mandir di dalam apartemen dengan ponsel berada di dalam genggaman. Jujur saja hidupku kurang tanpa Romeo. Aku merindukannya.Eh, apa tadi?Rindu?Benarkah aku merindukan Romeo? Tapi bagaimana bisa? Aku terus bersikap denial melawan perasaan itu. Yang kualami bukanlah perasaan rindu. Hanya perasaan kesepian karena biasanya

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Nikah Sama Aku Ya?

    REMBULAN Di dalam mobil aku masih dihantui keraguan. Akan menginap di mana malam ini?Setelah lama berpikir kuputuskan untuk menginap di hotel, sisanya akan kupikirkan lagi nanti. Yang penting sekarang aku harus pulang dulu ke apartemen Romeo untuk mengambil pakaian. Semoga Romeo belum pulang. Nanti akan kutelepon dia dan mengatakan menginap di rumah Windy. Karena Mecca nggak bisa lagi kugunakan sebagai alasan. Dia pasti akan mengadu.Harapanku gagal jadi kenyataan. Sesampainya di apartemen aku melihat Romeo sudah pulang. Dan dia nggak sendiri. Ada Tante Viola juga. "Selamat malam, Tante," sapaku canggung."Malam, Bulan. baru pulang?" ujar Tante Viola ramah."Iya, Tante. Tante udah lama?""Paling baru lima belas menit.""Tante, saya permisi mau ke kamar sebentar.""Silakan, Lan."Aku langsung masuk ke kamar. Kehadiran Tante Viola di sini sudah cukup menjadi alasan yang kuat agar aku segera pergi. Setelah memasukkan pakaian ke dalam ransel aku keluar dari kamar. Kutemukan Tante Viola

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Mantan Kok Bangga?

    ROMEOAda kekagetan yang nggak tersembunyikan dari wajahku setelah mendengar pertanyaan Bunda. Dari cara Bunda menatapku aku yakin dia berpikiran yang begitu jauh mengenai hubunganku dengan Bulan."Kok nggak dijawab sih, Rom? Jujur aja sih. Kita nggak bakal marah," ujar Kak Kei sambil tersenyum menggodaku."Nggak ada hubungan apa-apa, Kak, Nda. Aku dan Bulan cuma berteman.""Berteman?" ulang Bunda dengan alis bertaut."Iya, Nda.""Kalau memang berteman kenapa dia bisa tinggal di apartemen kamu?"Mampus aku. Kalau sudah begini satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah jujur pada Bunda dan juga Kak Kei."Nda, Kak ..."Keduanya tampak serius memperhatikanku. Pandangan lekat mereka yang jatuh di wajahku seakan bisa mendeteksi kebohongan atau kejujuran yang akan terungkap dari mulutku."Jujur sampai saat ini kami memang masih berteman. Tapi aku menyukai Bulan. Dia udah bikin aku jatuh cinta.""Terus?" ujar Bunda agar aku melanjutkan cerita."Bulan itu hidup sebatang kara. Dia tinggal se

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Ketahuan

    REMBULANHari ini aku tinggal sendirian di apartemen lantaran kurang enak badan. Tadi Romeo menawarkan untuk mengantarku ke dokter. Tapi kutolak. Akhirnya dia membelikanku obat pereda panas.Setengah jam yang lalu Romeo meneleponku menanyakan keadaanku. Dia baru tenang setelah kukatakan panasku sudah turun.Aku akan ke kamar mandi ketika mendengar suara bel menggema.Siapa itu?Romeo punya akses sendiri. Dia nggak perlu membunyikan bel untuk masuk.Kuurungkan niat ke kamar mandi lalu kulangkahkan kakiku ke depan untuk membuka pintu.Setelah daun pintu terbuka tubuhku membeku menyaksikan dua wanita berbeda usia di hadapanku. Pun dengan keduanya.Tante Viola dan Lakeizia!"Lan, lo di sini?" ujar Lakeizia dengan keheranan yang begitu kentara.Ya Tuhan, apa yang harus kukatakan?Aku nggak mungkin bilang sedang bertamu dengan memakai piyama di tubuhku kan? Lagi pula nggak ada Romeo di sini."Iy-iya, silakan masuk, Kei, Tante," kataku menyilakan dengan gugup.Keduanya melangkahkan kaki mas

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Membuka Rahasia Masa Lalu

    REMBULANJari-jemariku saling bertaut seolah ingin mencari kekuatan. Apa yang baru saja kudengar dari Romeo membuatku ingin pingsan detik ini juga.Seharusnya tadi aku nggak meminta dia meng-ACC lembar kontrolku. Dia pasti tahu penyakitku dari sana.Aku dan Lakeizia memang didiagnosa anxiety disorder dan PTSD. Hanya saja detail peristiwa yang membuatnya trauma aku nggak tahu. Pun sebaliknya. Dia nggak tahu apa yang terjadi di masa laluku. Kami sangat menghargai privasi masing-masing. Cukup kami tahu bahwa kami berdua mengidap penyakit yang sama."Please, Lan, bagi bebanmu itu denganku. Aku tahu semua itu berat dan kamu nggak bisa menanggungnya sendiri."Aku masih mematung ketika mendengar suara Romeo untuk ke sekian kalinya.Apa yang harus kulakukan? Selama ini aku menyimpan rapat-rapat rahasia terbesarku. Jangankan Romeo, bahkan sahabat dekatku juga nggak tahu apa-apa."Aku bisa dipercaya kalau itu yang kamu khawatirin," ucap Romeo lagi."Nanti ya, di apartemen." Akhirnya kalimat itu

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Terbuka Satu Demi Satu

    REMBULAN "See? Orang-orang akan nganggap kamu nggak waras kalau kamu ada di sini. Reputasi kamu bakalan rusak, Rom," tawaku getir setelah Saskia pergi."Biarin. Kita nggak bisa ngendaliin pikiran orang lain, Lan. Yang bisa kita kendaliin ya pikiran kita sendiri," ucapnya bijak.Aku terdiam, nggak sanggup lagi membalasnya. Wajar dia jadi pengacara. Kemampuannya bersilat lidah nggak diragukan lagi. "Ibu Zivana Rembulan!" Seorang perawat membuka pintu ruangan psikiater, memanggil namaku agar masuk."Perlu ditemenin?" ujar Romeo."Nggak usah," tolakku. Aku bisa sendiri. Justru dengan ditemani Romeo masuk ke dalam akan membuat rahasiaku lain bisa terbongkar.Seperti biasa psikiater menanyakan keadaanku dan perkembangan sampai sejauh ini. Psikiaterku seorang perempuan. Dia begitu lembut dan sabar menghadapi pasiennya. Termasuk padaku."Gimana, Lan, masih sering mimpi buruk?" Psikiaterku mengawali dengan pertanyaan setelah aku duduk tepat di hadapannya.Aku masih ingat. Dulu di depan orang

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Selalu Berdua

    REMBULANTanpa terasa sudah satu bulan aku tinggal di apartemen Romeo. Dalam rentang itu pula nggak ada satu pun dari para sahabatku yang tahu. Selain sibuk dengan dunia masing-masing paling hanya Mecca yang selalu berinteraksi denganku. Itu pun dia selalu menemuiku ke toko karena dari pagi sampai malam aku selalu menghabiskan waktu di sana. Otomatis pertemuanku dengan Romeo juga nggak terlalu sering. Kami hanya bertemu pada pagi hari ataupun malam di saat sudah pulang kerja. Sampai sejauh ini Romeo memegang kata-katanya. Dia murni hanya melindungiku. Nggak pernah ada kejadian aneh atau yang terulang pada kami berdua."Lan, besok jadwal kamu kontrol kan?" ujar Romeo malam itu. Kami baru sama-sama pulang kerja lalu duduk mengobrol sambil menikmati roti bakar yang dibeli Romeo.Aku sedikit kaget karena dia mengetahui jadwal kontrolku ke psikiater."Iya kan?" tanyanya meminta kepastian.Kuanggukkan kepala sebagai jawaban."Aku temenin ya?"Aku yang sedari tadi fokus menikmati roti bakar

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Tidur Berdua

    REMBULAN Mungkin ini adalah hal paling gila yang pernah kulakukan. Bagaimana mungkin aku tinggal bersama dengan lelaki yang masih asing bagiku? Dan lelaki itu sama sekali nggak ada hubungannya denganku. Tapi entah mengapa satu sisi hatiku nggak mampu untuk menolak. Karena sejujurnya peristiwa tadi menambah trauma baru dalam hidupku.Hari itu juga aku pindah ke apartemen Romeo. Aku membawa seluruh pakaian dan barang-barang penting. Sisanya seperti furniture aku biarkan tetap ada di sana. Romeo mengusulkan padaku untuk menyewakan apartemen tersebut atau menjualnya. Dan aku setuju. Aku ingin menjualnya saja. Aku ingin mengenyahkan tempat yang sudah menimbulkan trauma."Welcome home, Rembulan. Semoga betah tinggal di sini," kata Romeo setelah kami tiba di apartemennya.Apartemen Romeo didominasi oleh warna putih sehingga memberi kesan luas. Ada dua kamar di sana. Satu kamar utama dan satu kamar tamu. Tapi ukurannya kurasa nggak jauh berbeda."Kamu bisa tempati kamar ini, Lan. Anggap aja

  • Satu Malam Untuk Selamanya   Karena Aku Menyayangimu

    REMBULANPutra terkejut melihat apa yang terjadi. Pria itu berniat kabur. Namun tentu saja Romeo nggak akan melepaskannya dengan begitu saja."Sebentar, Lan, aku selesaikan dulu urusan sama bajingan itu," bisik Romeo padaku.Aku melepaskan diri dari dekapan Romeo dan membiarkan lelaki itu membuat perhitungan dengan Putra.Berdiri berhadapan dengan bajingan tengik itu, Romeo langsung mencekal krah kemejanya."Berani-beraninya lo ngeganggu cewek gue. Sekarang katakan hukuman apa yang pantas buat lo? Lo pengen mulai dari mana dulu? Di sini?" Romeo menekan perut Putra kuat-kuat dengan tangannya yang bebas. "Atau di sini?" sambungnya mengepalkan tinju ke wajah lelaki itu.Kilat mata Romeo yang terlihat begitu mengerikan tak pelak membuat Putra ketakutan."Ampun, Mas. Lepasin saya," cicitnya seperti tikus."Apa tadi waktu Bulan minta lepasin, lo langsung lepasin dia?"Putra nggak berani menjawab. Sedangkan Romeo semakin berkilat marah. Jujur, aku sangat takut melihat wajahnya."Ini hanya sa

DMCA.com Protection Status