Home / Romansa / Satu Malam Bersama Pengawal Tampan / Bab 55 - Bayangan Masa Depan

Share

Bab 55 - Bayangan Masa Depan

Author: JEMMA JEMIMA
last update Last Updated: 2024-03-11 22:29:32

Dipta meraup wajah Ela dengan gemas.

“Sayang, aku nggak bilang kalau kamu gila! Nggak ada yang berpikiran seperti itu. Tapi… kita baru saja mengalami keadaan yang cukup mengguncang batin. Terutama kamu, Ela!” pungkas Dipta dengan cepat.

Lelaki yang akan menjadi calon suaminya ini dengan sigap memberikan pengertian yang menenangkan hatinya. Ela merasakan ketulusan di sana, sehingga otaknya yang seperti mendengar sirine tanda peringatan berangsur kembali tenang.

“Perubahaan yang begitu drastis dan signifikan pasti membuat hati dan pikiranmu jadi bingung. A little help from a professional to navigate and redirect your life is not that bad,” ujar Dipta menambahkan.

Tatapan Dipta lekat menangkap manik matanya, seakan tak ingin lepas sebelum Ela mengkonfirmasi ucapan Dipta barusan.

“Biar nanti aku pikirkan lagi. Tapi aku sedikit tersinggung waktu kamu menyuruhku pergi ke psikolog. As if there’s something wrong with me!” tukas Ela, menanggapi penjelasan Dipta yang jika dipikir-pikir mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
JEMMA JEMIMA
yg ada Dipta mau unyel2 Ela terus karena saking cutenya Ela di matanya Dipta
goodnovel comment avatar
carsun18106
hahaha trauma? ngga lah, dipta has been through hell, ngadepin ela mah malah kyk die and go to heaven ngga sih xixixi
goodnovel comment avatar
carsun18106
nah makin kerasa kan gimana snob nya si dhanu, dan makin bersyukur kamu dapetin mas dipta
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 56 - The Sweetest Man

    “Yang itu, kamu nggak usah pusing, that’s on me. Mungkin lebih baik kamu cek dulu konsep apa yang kamu inginkan, vendor yang kira-kira bisa masuk dengan timeline, baru nanti kita cek budgetnya bersama.” Dipta kembali menenangkan Ela. Ela tak ingin menyinggung masalah keuangan Dipta, namun pekerjaan Dipta Ela asumsikan tak dapat menghasilkan uang sebanyak itu dalam sepanjang karirnya. Ela tak enak hati menepis ucapan Dipta, namun di satu sisi rasanya Ela harus bersikap realistis dan mulai membicarakan masalah keuangan dengan Dipta secara gamblang. “Tapi Mas, aku juga mau membantu, dan kurasa aku masih bisa, kok, berkontribusi.” “Iya sayang–aku tahu, tapi kali ini biar Masmu ini yang bertanggung jawab ya, jika memang apa yang kamu inginkan ternyata nggak masuk dalam budgetku, baru kita bicarakan lagi.” Dipta tetap bersikeras. “Tapi–” Ela mencoba mencari celah agar Dipta bisa menerimanya, tapi pria itu begitu tegak lurus dalam pendiriannya. “Lebih baik uangmu disimpan, who knows

    Last Updated : 2024-03-11
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 57 - Sit Down, be Humble

    DIPTA“Saya rasa lima persen adalah angka yang sudah sangat masuk akal, Bang Jeremy,” ujar Hendra Dharmawan sesaat setelah pria itu menyesap teh poci signature dari restoran The Ambience yang terletak di Senopati.Dipta mengeratkan rahangnya mendengar permintaan tak tahu malu Hendra Dharmawan.“Itu permintaan yang terlalu besar, Hendra.” Papanya membalas permintaan politisi itu sambil tertawa dingin.Dipta duduk di sisi kiri papanya, dan abangnya berada di sisi kanannya. Bang Hakim diam sambil menarik cerutunya dengan santai.Senyum abangnya naik sebelah setengah mengejek melihat tingkah laku pria paruh baya yang akan menjadi calon ayah mertua Dipta. Bang Hakim melirik singk

    Last Updated : 2024-03-12
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 58 - Sayap yang Patah

    “Saya merasa direndahkan di sini! Bang Jeremy, hati-hati berurusan dengan saya! Saya ini mantan anggota dewan!” Dengan jumawa Hendra Dharmawan menepis gertakan yang dilancarkan papa dan Bang Hakim. Kali ini Dipta tak kuasa menahan cengiran sinis yang sempat tercetak di bibirnya sebelum dia menarik kembali senyumnya dan memasang raut wajah datar. “Om, jangan mempermalukan diri sendiri seperti ini.” Bang Hakim hanya menimpali ujaran dramatis Hendra Dharmawan dengan tawa mengejek dan ucapan penuh sindiran. Melihat para pria dari keluarga Rustam secara terang-terangan tak menggubris permintaan tak masuk akalnya tentang permintaan saham, akhirnya Hendra Dharmawan mencari cara untuk mencairkan suasana dan menetralkan tensi yang semakin meningkat. “Oke… oke… kita bicara lagi dari awal–” sambung Hendra yang langsung ditepis oleh papa. “Tidak ada lima persen saham untukmu, Hendra.” Jeremy Rustam mengatakannya dengan tegas tanpa perasaan. Tatapannya terus mengarah kepada Hendra hingg

    Last Updated : 2024-03-14
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 59 - Hari Pertama dengan Hakim

    “Maaf aku nggak bisa temani kamu lagi hari ini, Princesss. Aku harus berangkat sekarang,” ujar Dipta seraya memakai sepatu pantofelnya yang sudah cukup lama tidak dipakai hampir tiga minggu belakangan semenjak malam terakhir bertugas menjaga Ela di malam pertunangan Ela dengan Dhanu kala itu.Dipta kembali mengenakan power suit-nya pagi ini.Bukan untuk kembali bekerja dengan Mas Sultan karena masa skorsingnya berakhir. Namun karena ini adalah hari pertama Dipta resmi menjadi kacung dari seorang Hakim Rustam.Ini adalah bayaran yang harus Dipta berikan setelah meminta tolong kepada papanya dan kakaknya untuk membereskan Hendra Dharmawan dan memastikan jika Dipta dan Ela akan menikah tanpa halangan dar

    Last Updated : 2024-03-17
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 60 - Pertemuan dengan Dewi Sastrowilogo

    ELA“Ini putrinya Bu Resty Dharmawan?” Ela tersenyum dan mengangguk sopan saat bersalaman pertama kali dengan Ibu Dewi Sastrowilogo. “Iya, Bu. Saya Elaina. Putri kedua Pak Hendra dan Bu Resty, terima kasih sudah mengundang saya bertemu dengan Ibu Dewi dan Mbak Rengganis di sini,” balas Ela setelah mencium pipi kanan dan kiri sang sosialita anggun yang kini duduk di samping Mbak Rengganis. Ibu Dewi datang bersama Mbak Rengganis sepuluh menit setelah Ela sampai terlebih dahulu di restoran The Ambience, satu restoran yang dimiliki oleh keluarga Sastrowilogo. “Hmm…” Hanya itu tanggapan Bu Dewi saat dia sudah duduk di hadapan Ela. Ela meringis sungkan, namun dia tak menanggapi hal tersebut dan memasang senyum terbaiknya. ‘Ingat Ela, kamu di sini ingin menjelaskan yang terbaik agar bisa diterima bekerja di galeri seni milik konglomerat Sastrowilogo.’ Bolak-balik Ela merapal hal tersebut dalam hati agar dia bisa lebih rileks lagi saat berbincang kelak. “Ibu, kemarin aku sudah kirimkan

    Last Updated : 2024-03-19
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 61 - Proses Interview

    “Saya tahu jika kemampuan saya saat ini masih terbatas, karena saya baru memiliki pengalaman kerja sekitar dua tahun, Bu Dewi.” Ela menyadari kekurangan dan keterbatasannya, terutama yang berkaitan dengan karirnya yang masih seumur jagung dan pengalamannya yang masih bisa dihitung oleh jari. Tapi tak ada salahnya ‘menjual diri’ agar dia terlihat lebih bernilai di hadapan Bu Dewi Sastrowilogo yang sepertinya masih menjaga jarak kepadanya. “Namun sejak kuliah saya sudah ikut berbagai macam kegiatan volunteer di kampus maupun volunteer di luar kampus atau community. Saya juga beberapa kali mengikuti internship dalam satu semester di salah satu firma digital agency sebelum kembali ke Indonesia for good, Bu.” Ela menjelaskan sebaik mungkin kegiatannya selama ini agar tidak dianggap sebagai perempuan yang hidupnya slow living menghabiskan uang orang tua saja. Well, she enjoyed her life before, dengan uang keluarganya. Tapi bukan berarti dia tak bisa melakukannya sekarang meskipun tanpa d

    Last Updated : 2024-03-20
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 62 - Kekuatan Orang Dalam

    Rengganis menatap wajah Bu Dewi sekali lagi, menunggu aba-aba dari pengelola yayasan Sastrowilogo tersebut. Sebuah anggukan kecil dari Bu Dewi sukses membuat Rengganis terpekik senang dan langsung menepuk tangannya dengan bahagia. “Terima kasih Bu Dewi, Mbak Rengganis karena telah mempercayakan saya–” ujar Ela dengan ringan hati. “Ibu masih belum terlalu percaya, you need to prove yourself! Three months! Yes?” Bu Dewi memberikan tantangan kepada Ela. Sekali lagi, Ela menyanggupinya. Ini adalah batu pijakan yang harus Ela lewati demi mendapatkan kepercayaan penuh dari pengelola yayasan galeri seni yang digadang-gadang sebagai salah satu pusat seni yang menjadi rujukan seniman, kurator, hingga seluruh stakeholders yang berkaitan dengan seni dan budaya Indonesia. “Okay, Bu. Tiga bulan.” “Ya sudah kita makan dulu.” Sepertinya masa kritis telah dilewati karena kini Bu Dewi mempersilakan mereka untuk menikmati hidangan yang telah tersaji secara apik di depan meja mereka. “Jadi sekara

    Last Updated : 2024-03-21
  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 63 - Kacung Kampret

    DIPTA Kacung kampret. Itu adalah kiasan peyoratif yang tepat menggambarkan keadaan Dipta saat ini ketika dia bekerja bersama abangnya seharian penuh. Setelah habis dibentak-bentak saat rapat tadi pagi, kini Bang Hakim mulai mengujinya dengan berbagai macam kegiatan receh seperti mencetak dan menyalin dokumen, membuat notulen rapat yang tentu saja hasilnya dibawah ekspektasi karena Dipta tak pernah melakukannya. Hampir dua puluh tahun pekerjaannya, sebagian besar dilakukan di lapangan sebagai pengawal. Pekerjaan di belakang meja yang sifatnya paperwork hanya sesekali dia lakukan, itu pun dengan penuh rasa keberatan dan protes besar kepada Mas Sultan atau atasannya sebelumnya. Dan yang terakhir adalah ke sana kemari antar divisi seperti setrikaan mengecek laporan yang akan dikirimkan kepada Bang Hakim. Dipta diminta untuk menyortir dokumen tersebut dari yang terpenting hingga tak terpenting. “Saya butuh bantuan–Pak, secara dasar untuk memastikan bagian mana yang menurutmu pent

    Last Updated : 2024-03-22

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 101 - Safehouse

    Kemarahan yang tak dapat Dipta tahan akhirnya meledak juga tatkala dirinya mendapati keadaan Ela di dalam ruang meeting bersama Hakim dan Dhanu. Hakim dengan santai memperhatikan Dhanu dan Ela yang bertengkar hebat ketika Dipta dan kedua rekannya menjejakkan kaki di dalam ruangan tersebut. Tanpa basa-basi, Dipta langsung menghambur menghampiri Ela. Prioritas utamanya, untuk memastikan istri tercintanya tak kurang satu apapun. Rambut Ela berantakan, lengannya yang halus berubah menjadi kemerahan. Sontak semuanya membuat Dipta gelap mata dan dia paham siapa yang menyebabkan keadaan Ela seperti sekarang. Dhanu, manusia brengsek yang terguling memegang selangkangannya sambil mencicit kesakitan seperti hama tikus. Tanpa pikir panjang, Dipta menarik kerah baju Dhanu dan mulai menghajarnya. Kegeramannya tak bisa ditahan-tahan lagi, dan Dhanu memang layak mendapatkan bogem mentah setelah semua hal gila yang dia lakukan kepada Ela. Even killing him in one go was still not enough for Dipta

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 (II) - Buzzer

    Pagi hari dirinya dan Ela berpisah tujuan, sang istri ke galeri memulai kegiatannya dan Dipta berkumpul bersama Mas Sultan untuk pergi ke basecamp yang disewa Reza demi mengecek hasil buzzing mereka semalam. Turned out it went exceptionally well. Apalagi ketika muncul beberapa bukti tentang betapa bejatnya seorang Dhanu. Pria itu menggunakan kekuasaan ayahnya dengan serampangan, dan betapa mudah mengangkangi hukum. Terutama ketika narasi pria itu pernah mabuk sambil membawa mobil dan menabrak seseorang hingga meninggal dunia. Kasusnya sempat ramai beberapa tahun lalu, sebelum akhirnya hilang terkubur begitu saja tanpa bekas. Tentu karena kekuasaan seorang Rahmat Trihadi yang berhasil membungkam semuanya dan membersihkan informasi tersebut, ditambah lagi Dhanu diungsikan ke luar negeri dengan dalih bersekolah di luar. Ketika berita lama itu kembali muncul ke permukaan, perbincangan dunia maya lambat laun beralih pada kapabilitas Rahmat Trihadi dalam bursa pemilihan presiden. Tagar k

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 100 - Buzzer

    Sejak kemarin malam, Dipta bersama Mas Sultan, Gala dan juga Reza–ketua tim elit Alfa yang dibentuk oleh Nero sibuk mengunjungi satu gedung perkantoran kecil dan tak mencolok yang rupanya dipakai sebagai salah satu basecamp kelompok buzzer yang berafiliasi dengan tim Alfa untuk operasi menjatuhkan reputasi Dhanu Trihadi. Suatu hal baru bagi Dipta berkecimpung di dunia abu-abu seperti ini. Namun, Dipta percaya kepada Mas Sultan dan Nero yang akan membantunya untuk melepaskan ikatan dirinya dengan Rustam serta memastikan keadilan untuk istrinya. Tentu saja buzzer yang dipakai oleh tim Reza adalah tim kualitas terbaik yang dibantu dengan teknologi mutakhir artificial intelligence dengan data set machine learning yang mumpuni. Jadi mereka tak perlu banyak orang dalam menggerakkan buzzer di dunia maya, karena akun-akun ternakan tersebut merupakan bot dengan kemampuan berbahasa yang lebih natural. Sehingga semua cuitan dan serangan online yang dilancarkan oleh tim buzzer ini berkualitas se

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 99 - Baku Hantam

    Ela ragu bagaimana dia harus bersikap di hadapan Hakim dan Dhanu sekarang untuk membalas ancaman dan juga ucapan mereka yang tak Ela mengerti satu pun. Yang bisa Ela tanggapi hanyalah tentang video privat dirinya dan Dipta yang sialnya… mungkin sudah jatuh ke tangan Hakim dan Dhanu. Badannya seketika menggigil. Ela merasa ditelanjangi dan dipermalukan oleh kedua pria kurang ajar ini. “Kalian cuma bisa mengancam perempuan untuk menyelesaikan masalah seperti ini? You? All of the people?” Ela mengejek dan memprovokasi mereka. Sikapnya yang seperti ini semata dilakukan untuk melindungi diri agar tak diinjak-injak lebih dalam lagi. “Siapa sih konsultan politik kalian? They can’t even navigate and cool down the negative news?” tambalnya dengan nada dingin. Kali ini Hakim yang terlihat jengkel, dan Dhanu geram karena diskak oleh Ela. “How was it, sleeping with Dipta? Better than Dhanu?” Tapi Hakim justru membalas ucapan Ela dengan remark yang merendahkan martabatnya sebagai perempuan.

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 98 - Ancaman

    Baru saja Ela keluar dari galeri, dia sudah dihadang oleh dua orang pria yang tidak Ela kenali. “Ibu Elaina? Pak Hakim sudah menyiapkan mobil,” ujar seorang pria yang kini beralih pindah ke sebelah Ela. Satu orang lagi bergerak di belakang Ela. “Saya bawa mobil sendiri.” Dia mencoba menghindar dan memperlebar jarak dari keduanya. Tapi sayang, mereka sudah mengepungnya dan memaksanya untuk ikut ke dalam mobil. “Pergi atau saya teriak–” ancam Ela dengan sungguh-sungguh. Kedua pria itu saling menatap, berkomunikasi tanpa kata hingga salah seorang pria menganggukkan kepalanya. “Saya ikut dalam mobil Anda. Rekan saya akan mengikuti dari belakang.”Itu bukanlah balasan yang Ela ingin dengar. Tetap saja berbahaya baginya. “Nggak bisa!” tolaknya dengan keras. “Jangan mempersulit, Bu. Kami tidak akan melukai Anda. Kami hanya butuh mengantar Anda sesuai tujuan. Lebih cepat lebih baik. Pak Hakim berkata jangan main-main,” ancamnya yang membuat Ela semakin frustasi dan ketakutan. Mereka

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 97 - A Call

    “Ela, semua bahan press udah naik tayang ya di beberapa media? Dari komunitas lelang, charity dan donor sendiri gimana? Apa feedback dari mereka? Dan untuk komunitas dari luar negeri sudah beres di handle? Perwakilan mereka sudah ada LO masing-masing, kan?” Mbak Rengganis memberikan daftar panjang checklist hal-hal yang harus Ela persiapkan menjelang pembukaan art exhibition yang sudah semakin dekat. “Aman, Mbak. Kita udah sebar juga ke komunitas, artists, dan art influencer di beberapa media sosial seperti Tiktok, i*******m, vlogger dan blogger. All good, dan hype di media juga cukup oke kalau saya pantau,” jawab Ela untuk satu pertanyaan Mbak Rengganis. Rengganis mengangguk mendengar penjelasannya. “Lalu untuk badan amal, charity sudah cukup banyak yang RSVP, dan beberapa donor pun sudah RSVP untuk acara pembukaan. Mereka sudah siap dengan bidding lot beberapa karya yang akan dilepas untuk lelang,” lanjutnya sambil mengecek buku agendanya. Mengecek secara detail pertanyaan dari

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 96 - Sunday Morning

    ELA“Kamu mau sampai kapan tiduran terus, Sayang? Memang nggak pusing?” Suara bariton khas suaminya membuat Ela semakin nyaman bergelung di dalam selimutnya. “Hmm,” protesnya tanpa membuka matanya yang masih terasa berat. “Nanti kamu malam malah nggak bisa tidur, lho. Kacau semua jadwal tidurmu nanti. Terus nanti kamu malah nenggak espresso dan makin jadi itu GERD-nya! Ayo bangun dulu!” Kini Dipta tak hanya memintanya bangun. namun tangan lelaki itu sudah sibuk menjawil pipinya dan menggelitiki perutnya dengan leluasa. “Mas!” Suara protesnya semakin membesar.Susah payah Ela menepis tangan Dipta yang sudah mulai usil mengganggu kesenangan tidurnya pagi ini. Eh, ini masih pagi, bukan? Astaga, Ela masih begitu ngantuk! A little more sleep couldn’t hurt, ‘kan?Acara soiree semalam sukses membuatnya seperti zombie hidup hingga lepas tengah malam. Mereka berdua baru bisa kembali ke rumah hingga jam tiga dini hari. Bahkan Ela tak ingat apa yang dia lakukan setelah melepaskan sepatu yan

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (II)

    “Gue udah dapat lead tentang video itu. Setelah pengembangan investigasi dari informasi Grace Hariman, kita bisa tracing di mana mereka menyimpan file tersebut. Kemungkinan besar ada di kediaman Dhanu.” Nero bergumam. “Gue udah coba trace sisa-sisa file dari device Grace dan komplotannya. Sejauh ini memang tidak ada, tapi memang gue sejujurnya masih khawatir kalau gue melewatkan hal krusial,” ujar Mas Sultan menimpali. “Double confirm. Gue juga udah nyuruh anak buah gue–Reza, untuk mengecek kembali seluruh device Grace dan anak buahnya. Sudah bersih. Gue hampir yakin master file ada di tangan Dhanu.” Nero mengangguk setuju. Dipta menoleh ke arah Nero yang bersedekap. “Kita bagi tugas, gimana?” celetuk Nero tiba-tiba. Mas Sultan menaikkan sebelah alisnya. “Tell us, I am all ears.” “Tugas pertama adalah tarik master file dari Dhanu. By all means necessary. Bahkan sampai harus pakai jalan hacking, bribery, and well, you know–” Dipta mengangguk, mengerti ke mana arah pembicaraan Ner

  • Satu Malam Bersama Pengawal Tampan   Bab 95 - Mengubah Strategi (I)

    “Lho? Sudah selesai rapatnya toh?” Dewi Sastrowilogo terperangah ketika melihat gerombolan pria yang berdiri di depan lift dengan beragam ekspresi yang tercipta di wajah mereka masing-masing. Raka yang kepalang kesal, Darius dan Nero yang getol ngecengin Raka, serta dirinya dan Mas Sultan yang kebingungan di tengah internal joke yang saling dilemparkan tiga serangkai ini. Mereka berlima memberikan jalan kepada tiga perempuan itu untuk keluar dari lift, dan menutup kembali pintu lift. Membatalkan rencana untuk turun demi berbincang dengan Bu Dewi dan rombongan kecilnya. “Mau ke mana kalian?” todong Bu Dewi. “Ke bawah, Tante. Mau ngerokok–” Darius menjawab sebelum berhenti ketika melihat istrinya melotot ke arahnya. “Err… cari angin di luar,” ralatnya buru-buru. “Temani kami saja, ini Ibu mau tunjukkan koleksi spesial Ibu kepada Amira dan Prajna, supaya mereka tahu beberapa pusaka dari Sastrowilogo,” tutur Bu Dewi yang membuat para lelaki mati kutu di tempat mereka berdiri. Amira

DMCA.com Protection Status