Semua atensi tamu undangan kini tertuju pada Aleena yang ternyata tidak bisa berenang. Semua orang mulai berteriak agar ada yang mau membantu, tapi Galuh sendiri sebagai suami terlihat acuh tak acuh. Beruntung Gala yang memang ikut hadir di acara tersebut langsung melompat untuk menolong wanita cantik itu. Dia mulai menggendong Aleena ala bridal style setelah keluar dari dalam kolam renang, lalu meletakkan wanita itu di sebuah kursi panjang untuk diselamatkan.
Gala awalnya mengecek napas Aleena, kemudian melakukan serangkaian pertolongan pertama untuk orang tenggelam. Beruntung wanita cantik itu bisa diselamatkan, dia mulai membuka mata sembari menutup tubuhnya dengan jas yang diberikan pria yang saat ini sedang memandang lekat wajahnya."Kamu apakan istriku?" tanya Galuh sembari mendorong tubuh Gala, saudara kembarnya. Pria tampan tidak berbicara apa pun, hanya bisa berlalu pergi begitu saja karena tidak ingin terjadi pertengkaran dengan saudaranya di hadapan umum."Kamu gapapa 'kan, Sayang?" tanya Galuh mulai bersikap khawatir. Dia langsung memeluk istrinya dengan erat, seolah-olah tidak ingin kehilangan sang Isteri."Aku gapapa kok. Kita pulang sekarang," ajak Aleena karena tidak mungkin terlalu lama di pesta dengan keadaan basah kuyup.Semua orang yang hadir di pesta mulai berbisik, bagaimana sikap Galuh saat melihat istrinya tenggelam. Bukannya membantu, tapi pria itu masih santai seolah tidak terjadi apa pun. Aleena mendengar obrolan mereka tentang Gala yang menjadi penyelamat dirinya. Hati wanita cantik itu kembali hancur, sebab di situasi darurat bahkan membahayakan suaminya malah tidak peduli."Kalian semua bubar sekarang juga!" hardik Galuh ketika mendengar obrolan mereka.Semua pergi sesuai arahan, meskipun masih terdengar protes sedikit dari beberapa tamu di pesta itu. Tanpa berpikir panjang, pria itu menggandeng istrinya ke mobil sembari memarahi wanita yang saat ini mulai kedinginan karena pakaian basahnya.Setiap omelan sang Suami hanya didengarkan saja tanpa dibantah sedikitpun, sebab wanita itu tidak ingin amarah Galuh memuncak hingga memukulinya lagi."Galuh, lebih baik Aleena dibawa dulu ke apartemenku untuk ganti pakaiannya yang basah. Kasihan dia, nanti masuk angin dan sakit," ujar Tasya menawarkan.Aleena ingin mengatakan tidak, tapi suaminya sudah terlanjur mengiyakan tawaran dari Tasya. Apartemen yang ditempati wanita itu memang tidak jauh dari tempat diadakannya pesta. Jadi, Galuh berpikir akan lebih baik kalau istrinya pulang dalam keadaan rapi, bukan basah kuyup seperti ini.Tasya duduk di kursi depan bersama Galuh, sedangkan Aleena justru duduk di belakang. Pria dan wanita itu mengobrol dengan asik tanpa memperhatikan keadaan wanita yang saat ini sedang kedinginan. Sesampainya di apartemen, Aleena tetap tidak dihiraukan hingga mereka sampai di depan kamar apartemen Tasya.Wanita yang sudah lama mencintai Galuh mempersilakan tamunya masuk, lalu mengambil pakaian di dalam lemari untuk diberikan kepada Aleena."Untuk sementara waktu, kamu pakai baju ini. Semoga saja pas di tubuhmu," kata Tasya yang memiliki tubuh lebih ramping dari Aleena."Terima kasih banyak, Tasya. Atas bantuanmu," ujar Galuh ketika Aleena hendak pergi ke kamar mandi mengganti pakaiannya."Sama-sama, lagi pula aku senang bisa membantumu," ujar Tasya memberikan senyuman terindahnya.Aleena hanya bisa menggerutu di dalam hati, pun menangis sesenggukan di dalam kamar mandi. Dia tidak pernah menyangka kalau suaminya bisa setega itu padanya. Bukan di saat mereka berdua saja sang Suami berlaku tidak perhatian, tapi di depan umum juga pria itu melakukan hal yang sama."Kenapa harus iparku yang menolong? Kenapa bukan suamiku?" cecar Aleena sembari menatap wajahnya di cermin. Tangisannya pecah di sana, terlebih saat mengingat kejadian waktu di kolam renang. Dia buru-buru menghapus air matanya, lalu berusaha untuk menenangkan diri serta pikirannya yang sedang kacau."Kamu harus kuat, Aleena. Jangan lemah cuma gara-gara suamimu tidak memperhatikanmu. Bukankah hal itu sudah bias terjadi?" ujar Aleena menatap wajahnya di depan cermin.Sebenarnya wanita itu enggan memakai pakaian Tasya, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Dengan berat hati, Aleena mulai mengganti pakaiannya yang ternyata tidak muat."Kayaknya dia memang sengaja memberikanku pakaian berukuran kecil agar suamiku semakin memarahiku," gumam Aleena mulai berprasangka buruk.Pakaian dari Tasya disimpan kembali, lalu wanita cantik itu keluar dari kamar mandi dengan gaun yang masih basah."Kenapa kamu gak pakai baju dari Tasya, Aleena?" tanya Galuh dengan sikapnya yang masih dingin."Gak muat, Mas." Jawaban itu sontak membuat Tasya tertawa."Ups, maaf. Aku lupa kalau ukuran badanmu itu lebih besar, jadi pakaian ini tidak bisa kamu kenakan," kata Tasya meledek sembari menarik pakaiannya yang ada digenggaman tangan Aleena."Makanya, kamu diet dong! Malu-maluin aku saja!" seru Galuh merasa malu memiliki istri dengan tubuh yang sebenarnya tidak gemuk. Hanya saja kalau dibandingkan dengan tubuh Tasya, jelas lebih kurus wanita yang sudah lama menjadi teman Galuh itu.Pria yang dianggap suaminya menarik tangan Aleena, lalu pamit pulang kepada Tasya. Dia juga berterima kasih untuk kebaikan temannya itu. Meskipun pada akhirnya pakaian yang dipinjamkan tidak muat.Aleena didorong masuk ke dalam mobil oleh suaminya, lalu pria itu bergegas masuk dan duduk tepat di depan setir kemudi."Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus memperhatikan tubuhmu mulai sekarang. Jangan sampai kamu gendut," ujar Galuh tegas."Iya, Mas." Aleena menurut.Pria itu mulai melajukan mobil dengan cepat agar cepat sampai di rumah, wajahnya masih terlihat kesal. Apalagi ketika mengingat wajah saudara kembarnya yang menggendong istrinya di depan umum. Lalu, pria itu tersadar akan sesuatu, jadi pria itu pun mulai memperingatkan istrinya."Pokoknya aku gak mau melihatmu dekat dengan Gala," ujar Galuh tegas. Sesekali netranya melirik ke arah Aleena yang masih mendekap tubuhnya yang kedinginan."Baik, Mas." Aleena menyahut singkat. Bibirnya terlihat pucat, tapi wanita itu masih terus berusaha untuk kuat.Sesampainya di rumah, wanita itu keluar dari mobil terlebih dulu. Dia ingin segera mengganti pakaian dan menghangatkan tubuhnya dengan selimut tebal yang ada di kamarnya. Namun, siapa sangka apa yang dilakukan oleh Aleena ternyata salah di mata Galuh. Pria itu ingin digandeng sebagaimana seorang suami, tapi wanita itu malah pergi seenaknya saja.Pria itu mengejar istrinya dan menarik tangan Aleena."Siapa yang memintamu untuk masuk terlebih dulu?" tanya Galuh dengan tatapan yang menakutkan."A-ku ke-dingin-an, Mas." Aleena berbicara terbata-bata."Aku tidak peduli, bukan urusanku. Seharusnya kamu tidak boleh mendahuluiku." Galuh mengingatkan kembali peraturan yang dibuat ketika waktu mereka pertama kali menikah dan menjalani hidup rumah tangga."Tapi, Mas. Aku sudah kedinginan, bisa-bisa aku sakit," bantah Aleena membela diri.Akan tetapi, apa yang dilakukan wanita itu membuat suaminya naik pitam. Galuh pun kembali bermain tangan.Pipi yang awalnya merona karena blush on kini harus memerah karena sebuah tamparan dari suaminya. Hal itu memang sudah biasa Aleena terima, tapi untuk sakit yang dirasa masih tetap saja. Ada niatan untuk menyerah, tapi dia tidak kuasa melakukan semuanya. Wajah Aleena tertunduk, tidak berani menatap Galuh yang masih dengan amarah yang sama."Lain kali kalau aku bicara, jangan membantah! Kamu tahu sendiri 'kan, aku tidak suka dibantah!" hardik Galuh masih kesal dengan Aleena.Wanita yang masih mengenakan pakaian basah itu hanya menganggukkan kepala, kali ini bibirnya tidak berani lagi membuka suara. Semua harus diterima dengan sabar serta berusaha untuk bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa."Sekarang kamu boleh masuk, terserah mau ngapain aja di dalam rumah. Yang jelas, malam ini aku tidak ingin melihat wajahmu di tempat tidur kita," ujar Galuh mengingatkan. Memang sudah menjadi kebiasaan pria itu untuk menghindar dari sang istri ketika hatinya sedang kacau dan amarahnya masih b
Aleena masih memikirkan maksud dari isi kotak yang dibuka semalam. Bahkan fokusnya menjadi terganggu pagi ini, dia sampai salah memasukkan gula ke dalam teh hangat yang akan diminum Galuh. Seperti biasa, sebelum berangkat ke kantor. Suaminya terbiasa menyeduh teh setelah sarapan. "Mas Galuh apa masih marah padaku ya?" pikirnya ketika selesai menyiapkan sarapan di atas meja makan. Suaminya belum juga ada di kursi, padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam. Ingin rasanya Aleena pergi ke kamar untuk membangunkan sang Suami, tapi dia masih khawatir Galuh masih marah padanya perihal semalam. Setelah penuh dengan pertimbangan, akhirnya Aleena duduk di kursi menunggu suaminya datang. Tidak butuh waktu lama, hanya berkisar enam menit saja. Galuh datang dengan memakai kemeja putih dibaluti jas berwarna silver di luarnya.Pria itu tidak menatap wajah Aleena sedikitpun, juga tidak menyapa sang Istri. Itu tandanya masih ada sisa amarah yang sedang disimpannya. Sebagai seorang istri y
Tubuhnya mulai meringkuk ketakutan, berusaha untuk menghindari pria yang terlihat seperti singa kelaparan."Kamu harus mengikuti apa yang aku mau," ujar Gala dengan tatapan sengit.Aleena tidak mungkin berteriak, sebab ancaman yang sudah diberikan oleh kakak iparnya. Dia tidak berani mengambil resiko akan terus disiksa oleh Galuh jika tahu dirinya telah melakukan hubungan terlarang dengan Gala. "Aku mohon, jangan ...," rengek Aleena mengharapkan belas kasihan.Gala tidak memperdulikan Aleena, justru pria itu semakin mendekat dan ingin segera membuka pakaian wanita cantik yang sedang ketakutan itu. "Jangan, Gala. Please!" Aleena terus memohon. Namun, hasrat yang dimiliki Gala tidak dapat tertahan lagi. Dia tidak peduli dengan air mata Aleena yang telah membasahi pipi."Jangan takut, Sayang. Aku tidak akan pernah menyakitimu, tenang saja. Oya, aku juga mau berterima kasih padamu. Soalnya kamu bisa mengenaliku tanpa tertukar lagi seperti awal kita bertemu," ujar Gala tersenyum lebar.W
Netranya sudah tinggal lima watt, Aleena ngantuk berat. Namun, masih tidak memiliki keberanian untuk kembali ke kamar yang kemungkinan besar Gala masih ada di sana. "Apa harus aku tidur di dapur?" pikirnya melihat ke sekeliling dapur. Tempat yang bersih, tapi Aleena tidak yakin akan nyenyak tidur di sana.Dengan berat hati, Aleena harus kembali ke ruang tamu agar bisa istirahat di atas kasur yang empuk. Perlahan wanita cantik itu membuka pintu kamar, lalu memperhatikan ke sekeliling. Langkah pertamanya pergi ke balik lemari, siapa tahu saja Gala masih bersembunyi di sana. "Ke mana perginya dia?" pikir Aleena heran. Dia harus memastikan kakak iparnya benar-benar tidak ada di kamar itu. Dengan teliti Aleena memperhatikan setiap sudut kamar, akhirnya wanita cantik dengan rambut terurai bisa bernapas lega. Dia bersyukur karena telah terlepas dari Gala, tapi Aleena tidak berani untuk memakai pakaian piyama malam ini. Aleena memejamkan mata, lalu terlelap dalam tidurnya.***Gala masih
Sontak saja pria itu marah dengan apa yang dilakukan Aleena. Lampu yang semula mati kembali dihidupkan oleh wanita cantik berambut panjang. Kemudian melihat wajah pria yang ditendangnya."Mas Galuh!" seru Aleena sedikit berteriak. Dia langsung membantu suaminya berdiri, tapi bantuannya ditepis oleh Galuh. Wajah pria itu terlihat marah atas apa yang sudah dilakukan oleh sang Istri."Maaf, Mas. Aku gak tahu kalau itu kamu, aku kira ...." Ucapan Aleena menggantung karena tidak mungkin dia membeberkan kejadian yang sudah dikubur rapat-rapat. Jangan sampai Galuh mendengar nama Gala agar tidak curiga. "Siapa? Memang siapa lagi yang ada di rumah ini selain kita? Hah!" hardik Galuh tegas."Gak ada, Mas. Aku benar-benar minta maaf, aku menyesal," ujar Aleena lirih.Galuh masih menahan sakit di area sensitifnya, sebab istrinya menendang dengan begitu keras. Dia sedikit merintih kesakitan, tapi masih berusaha untuk tetap biasa saja. Setelah menetralisir sakitnya, pria itu pergi begitu saja tan
Pria tampan itu tidak gampang untuk dikelabui, sebab gerak-gerik Aleena terus dipantau kemanapun pergi. Dia mengunyah makanan sembari melirik wanita yang dicintainya itu."Kamu tidak akan pernah bisa pergi dariku," ujar Gala menyeringai.Aleena terdiam, kali ini wanita tersebut benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Hanya bisa diam sembari memperhatikan Gala yang mungkin saja bisa lengah."Dari pada kamu bingung pergi dari hidupku, lebih baik terus bersamaku dan temani aku. Kalau kamu mau menurut, aku tidak akan membuatmu sedih," ujar Gala mulai bernegosiasi."Aku akan menemanimu, tapi dengan satu syarat. Kamu tidak boleh berbuat hal menjijikkan itu lagi denganku," ucap Aleena berharap Gala mau mengerti.Kakak iparnya sontak tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Aleena. "Tidak semudah itu untukku menyerah, kamu bisa saja pergi dariku kali ini. Namun, jangan pernah berharap kamu bisa lepas dariku." Gala berbicara penuh keyakinan. Pria itu sebenarnya tidak jahat, hanya saja cint
Tangannya memegang pipi yang memerah bekas tamparan suaminya. Kali ini dia tidak mengerti apa kesalahan yang telah dibuat."Apa salahku, Mas?" tanya Aleena meminta kejelasan."Kamu masih tanya salahmu apa? Kamu gak lihat? Bahkan sarapan di atas meja sudah tandas? Aku lapar!" hardik Galuh keras.Gala yang melihat wanita yang dicintainya meringis kesakitan iba, tidak tega melihat Aleena sengsara. Namun, pria itu tidak mungkin datang seperti pahlawan membela. Dia tahu kalau kehadirannya akan membuat Galuh semakin murka pada wanita yang terlihat tidak berdaya."Maaf, Mas. Aku kira kamu tidak mau sarapan, jadi aku habiskan makanannya," dusta Aleena karena tidak mungkin mengatakan kalau Gala yang membantu menghabiskan makanan di atas meja. "Wah ... jelas-jelas aku gak pamit. Kenapa kamu lancang sarapan sebelum memastikan aku keluar dalam keadaan kenyang? Kamu memang benar-benar istri tidak tahu diri!" pekik Galuh, netranya memerah. Amarah dari raut wajahnya terlihat jelas. "Maafkan aku, M
"Tenang, Aleena. Tenang, ada aku di sini yang akan selalu menjagamu." Gala memeluk erat Aleena, walaupun wanita itu sempat menolak serta memberontak."Aku capek, kenapa dia tidak pernah mau bersikap baik padaku. Walaupun cuma sebentar," tangis Aleena pecah. Dia sudah tidak kuasa menyimpan penderitaannya seorang diri. Semua keluh kesah akhirnya keluar dari mulutnya, tapi Gala masih bersikap seperti biasa karena sudah tahu yang sebenarnya."Kamu tenang dulu, kalau memang menangis bisa meringankan beban yang ada dalam hatimu, lakukanlah." Gala mengelus rambut Aleena dengan lembut. Hati wanita cantik berambut sedikit gelombang perlahan tenang, ada kehangatan yang tidak pernah didapatkan olehnya dari Galuh. Sejenak terbersit dalam hati lagi, kenapa bukan Gala saja yang menjadi suaminya? Isak tangis Aleena belum berhenti juga, dia meluapkan semuanya kecewa dalam hati lewat air mata. Tidak ada lagi rasa gengsi atau marah pada kakak iparnya, kecuali rasa nyaman. Gala tidak berani berjanji at
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat