"Tenang, Aleena. Tenang, ada aku di sini yang akan selalu menjagamu." Gala memeluk erat Aleena, walaupun wanita itu sempat menolak serta memberontak."Aku capek, kenapa dia tidak pernah mau bersikap baik padaku. Walaupun cuma sebentar," tangis Aleena pecah. Dia sudah tidak kuasa menyimpan penderitaannya seorang diri. Semua keluh kesah akhirnya keluar dari mulutnya, tapi Gala masih bersikap seperti biasa karena sudah tahu yang sebenarnya."Kamu tenang dulu, kalau memang menangis bisa meringankan beban yang ada dalam hatimu, lakukanlah." Gala mengelus rambut Aleena dengan lembut. Hati wanita cantik berambut sedikit gelombang perlahan tenang, ada kehangatan yang tidak pernah didapatkan olehnya dari Galuh. Sejenak terbersit dalam hati lagi, kenapa bukan Gala saja yang menjadi suaminya? Isak tangis Aleena belum berhenti juga, dia meluapkan semuanya kecewa dalam hati lewat air mata. Tidak ada lagi rasa gengsi atau marah pada kakak iparnya, kecuali rasa nyaman. Gala tidak berani berjanji at
Sayangnya Aleena diusir oleh Galuh karena dianggap sudah mengganggu urusannya dengan adik iparnya. Sang istri diminta masuk untuk menyiapkan makanan karena perutnya sudah lapar.Mau tidak mau Aleena pergi meninggalkan mereka berdua, dia menghangatkan kembali makanan yang sudah dingin agar bisa dikonsumsi oleh suaminya."Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Kenapa mereka terlihat akrab sekali?" cecar Aleena sembari menghangatkan ayam goreng di atas wajan. Pekerjaannya belum selesai, Galuh justru memanggil Aleena dari ruang makan."Kenapa lama sekali? Aku lapar!" hardik sang Suami."Sebentar lagi selesai, Mas. Tunggu dulu ya, sabar." Aleena meminta maaf agar tidak dimarahi lagi. "Cepat! Jangan sampai aku naik pitam lagi." Galuh menjelaskan. Emosinya masih belum stabil, jadi bisa saja Aleena akan mendapatkan pukulan lagi darinya.Wanita cantik bernama Aleena kembali ke dapur untuk menghangatkan makanan yang masih tersisa. Selesainya, wanita cantik kembali menata makanan tersebut di at
Sudah berusaha untuk membujuk, tapi Aleena gagal. Pria itu memintanya agar tetap di rumah, sedang dirinya akan pergi untuk bertemu dengan Tasya. Untuk pertama kalinya, wanita cantik berlesung pipi itu sudah tidak tahan dengan tingkah suaminya. Dia pun mulai mengajukan protes."Semua ini gak adil, Mas. Kamu enak-enakan jalan sama Tasya. Sedangkan aku harus di rumah terus, aku juga ingin menikmati hidup, Mas!" protesnya setelah Galuh selesai berbicara dengan Tasya lewat panggilan telepon."Kamu sudah berani protes sekarang?" Galuh segera menarik tangan Aleena, lalu mengunci wanita itu dari luar kamar."Buka pintunya, Mas!" teriak Aleena, tapi tidak dihiraukan oleh suaminya. Pria itu tersenyum puas dan berlalu pergi meninggalkan istrinya.Air mata Aleena sudah mengering, dia berusaha mencari cara agar bisa keluar dari kamar itu secepatnya. Untuk merilekskan pikiran serta meredam amarah, wanita cantik tersebut duduk di atas tempat tidur. Lain hal dengan Galuh yang sudah siap pergi bersam
Gala menggoyangkan tubuh Aleena agar wanita itu sadarkan diri. Namun, tidak ada respon apa pun."Bangun, Aleena. Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu bisa begini?" Gala terus berusaha membuat Aleena bangun. Segala macam cara sudah dilakukan, hingga wanita itu membuka mata. "Kamu ngapain di sini?" tanya Aleena kaget melihat Gala yang tiba-tiba ada di hadapannya."Aku cuma ingin melihat keadaanmu saja, Aleena. Aku khawatir, ternyata firasatku benar. Dia tidak memperlakukanmu dengan baik lagi. Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu bisa seperti ini?" cecar Gala tidak terima. Sungguh di luar dugaan, jawaban Aleena bikin pria itu melongo. "Aku cuma capek, lalu ketiduran. Memang begitu kalau aku tidur, ketika kecapean." "Tapi kamu sudah seperti orang mati!" Gala berbicara lantang."Kamu berlebihan, Gala. Gak usah terlalu menghawatirkan diriku. Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang juga, terima kasih karena sudah membantuku membuka pintu yang terkunci dari luar." Aleena sangat berterima ka
Masih terngiang di telinga Aleena saat dirinya meminta pada Galuh untuk makan di tempat elit tersebut. Namun, ucapan sang suami berhasil membuatnya bersedih serta sakit hati."Kamu itu cuma kalangan kelas bawah, jadi gak cocok makan di sana. Hanya malu-maluin saja, mending kamu makan di tempat yang biasanya kamu nongkrong sama teman arisanmu. Mereka 'kan, sama dengan kamu. Sama-sama dari kelas tengah ke bawah." Kalimat itu tidak bisa dilupakan Aleena. Padahal Galuh sendiri sering ke sana bersama Tasya dan teman wanita lainnya. "Memang aku seburuk itu ya?" Aleena bermonolog, hingga Gala menyahut pelan."Dari segi apanya buruk? Siapa yang bicara kamu buruk?" cecar Gala mengira sedang diajak bicara oleh Aleena. "Oh, gak ada." Wanita cantik itu berkilah. Pikirannya kembali mengingat perlakuan Galuh yang selalu memandangnya sebelah mata. Kadang merasa heran, kenapa juga pria itu mengajaknya menikah dulu kalau pada akhirnya disia-siakan? Kalau saja nasibnya akan seperti ini, mungkin Alee
"Cepat jalan!" bisiknya pada Gala yang tidak mengerti kenapa wanita cantik yang duduk di belakang memintanya untuk segera jalan padahal lagi lampu merah."Masih lampu merah, Aleena. Sabar dulu sebentar, memang ada apa?" tanya Gala penasaran."Di samping kita ada mobil mas Galuh, aku takut ketahuan." Aleena berbisik lagi. Kemudian, Gala melihat ke samping dengan samar."Dia tidak akan melihat kita, tenang saja." Gala meyakinkan Aleena agar tidak terlalu khawatir.Hatinya bergemuruh hebat, tapi tidak bisa berbuat apa pun selain menuruti omongan Gala. Selanjutnya, lampu hijau. Pria itu langsung mempercepat laju sepeda motornya. "Kita harus sampai terlebih dulu ke rumah sebelum Galuh di sana," kata Gala tetap fokus melihat ke arah depan. Tidak ada obrolan lagi antara mereka, sebab waktu kali ini sangat berharga. Hingga mereka sampai di rumah Aleena."Ayo cepat masuk!" ajak Gala menarik tangan Aleena. Pria itu mengunci kembali wanita yang dicintai di dalam kamar, lalu pergi mengendarai s
Kesal sudah pasti, tapi Aleena tetap masih diam saja. Tidak mungkin wanita itu bertengkar dengan suaminya ketika ada Tasya. Bisa-bisa wanita yang mengaku sahabat itu semakin tertawa puas akan benih-benih kehancuran rumah tangganya. Dia melangkahkan kaki ke dapur dengan sepiring nasi serta sepotong ayam goreng kecil. Juga kecap manis yang sudah ditaburi ke atas nasi putih itu. "Lihat saja, Mas. Aku akan melakukan yang aku inginkan dan membuatku bahagia, sebagaimana kamu melakukan itu padaku." Kesabaran Aleena benar-benar sedang diuji, bahkan rasa sabar itu sudah berangsur hilang sedikit demi sedikit. Dia tidak bisa terus menerus tinggal diam di saat diremehkan seperti ini. Dia menarik napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan. Buliran bening yang sudah ada di sudut netra, dia hapus begitu saja. Wanita cantik itu sudah tidak sudi untuk meneteskan air mata untuk suami yang tidak mau menghargai perasaannya.Hatinya bercampur aduk dengan semua kecewa yang diberikan sang suami. Dia
Wajah Fathan dan Dira menjadi merah atas perbuatan Aleena, menantu yang selama ini sudah dianggap sebagai anak sendiri. Memang, mereka berdua keras, tapi hanya karena wanita cantik berkulit putih belum bisa memberikan keturunan. Selain itu, mereka juga kesal kalau putranya sakit hati padanya."Papa, Mama!" seru Aleena kaget. Tangannya bergetar karena telah salah menyiram orang."Maafin aku, Ma, Pa. Aku kira teman-teman arisanku yang julid, ternyata kalian," ujar Aleena sembari membersihkan tubuh papa dan mama mertuanya yang terlanjur basah kuyup."Aku benar-benar gak tahu, Ma, Pa. Coba saja kalian kabari terlebih dulu, pasti kejadiannya tidak akan begini," ucap Aleena tidak berhenti berbicara. Dia terus berusaha untuk mengambil hati kedua mertuanya yang terlihat marah. Namun, usahanya gagal karena memang mereka kesal dengan tindakan menantunya."Gak usah basa-basi lagi! Katakan saja kalau kamu memang gak suka kita ke sini! Iya 'kan?" hardik Dira, netranya melotot. "Enggak, Ma. Aku be
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat