"Kalau Mama ingin memarahinya, tunggu saja sampai dia pulang." Hanya itu yang Gala katakan. Kepergian putranya sudah pasti dicegah oleh Dira karena penasaran akan rahasia yang dimaksud oleh Gala. "Mama yakin tidak tahu kalau suami Mama itu sudah mengambil uang untuk kepentingan pribadinya? Terlebih untuk memberikan sebagian uang yang dikorupsi kepada wanita yang mau menemaninya tidur." Gala menceritakan semua yang dia ketahui. Sejak Aleena menceritakan betapa mengerikannya Fathan, pria tampan itu memang terus mencaritahu tentang papanya itu. Mendengarkan penuturan Gala, wanita setengah paruh baya itu menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Apakah suara wanita yang aku dengar barusan itu termasuk salah satunya?" tanya Dira masih tidak percaya dengan semua kelakuan suaminya. Gala menganggukkan kepala, meskipun pria tampan itu menghancurkan hati sang Mama. Setidaknya hatinya sudah lega karena bisa membongkar keburukan Fathan. Dia sudah tidak peduli dengan mereka karena selama ini kedu
Aleena mengernyitkan dahi, masih belum paham dengan perkataan sang suami. "Maaf, mungkin selama ini aku telah menyakitimu. Aku berharap kamu tetap berada di sisiku." Galuh semakin memeluk erat istrinya. "Aku tidak akan pergi meninggalkanmu, Mas. Sekarang, obati dulu lukamu," ujar Aleena sembari melepaskan pelukan secara perlahan. Wanita cantik berkulit putih itu pun membantu suaminya untuk duduk di kursi, tepat di ruang keluarga. "Mas tunggu di sini dulu, ya. Aku akan segera kembali," ujar Aleena pelan."Baik," ujar Galuh berusaha untuk membuat dirinya kembali dalam keadaan normal. Dia meringis kesakitan dengan segala ingatan tentang ucapan saudara kembarnya. Yang paling ditakutkan Galuh ternyata bukan kehilangan Aleena, melainkan kalah saing dengan Gala. Dia tidak ingin saudara kembarnya memenangkan segalanya. Dua puluh menit telah berlalu, Aleena sudah selesai mengobati suaminya. "Apa yang sudah terjadi, Mas?" tanya Aleena saat hendak membantu sang suami untuk merebahkan tubu
Mereka berdua mulai bersenda gurau bersama. "Gak ada yang lucu, kenapa musti ketawa?" Aleena terlihat kesal."Mau sampai kapan ibu hamil menyalahkan bayi dalam perutnya jika menginginkan sesuatu? Aku sendiri merasa aneh kadang, bayi belum tahu apa pun malah dijadikan sebagai alasan," ujar Gala menggelengkan kepala."Gak usah mengalihkan pembicaraan, sekarang ceritakan saja apa yang terjadi?" tanya Aleena sedikit kesal."Dari awal aku sudah bilang 'kan? Aku hanya menggertak Galuh saja agar dia lebih memperhatikanmu. Lagi pula, dia memang tidak tahu diri. Sudah seharusnya dia mendapatkan pelajaran." Gala tersenyum lebar.Aleena menggertakkan giginya. "Ceritanya yang detail, jangan separuh-separuh." Raut wajahnya semakin cemberut. Gala mendekati wanita yang dicintainya setelah mematikan kompor, lalu berbicara dari hati ke hati. Semua yang telah dilakukan pada saudara kembarnya diceritakan secara detail sesuai permintaan Aleena. Wanita cantik itu pun tersenyum
Sajian makan malam ala restoran, meskipun hanya dua menu saja yang disediakan. Namun, sudah mampu membuat Aleena berbahagia. Sebuah menu spesial yang memang ingin dimakan wanita tengah hamil itu juga ada, yaitu chicken steak saus enoki dan ikan gurami saus tiram. Tidak lupa juga segelas susu hamil rasa coklat sudah berada di atas meja makan. "Silakan menikmati, semoga suka ya." Gala memberikan senyuman.Dia membantu Aleena untuk duduk di kursi yang sudah dibersihkan terlebih dulu oleh pria tampan itu. "Kamu gak usah sedih lagi, biarkan saja kalau suamimu pergi. Nanti juga pasti dia kembali, yang terpenting sekarang kamu harus makan yang banyak agar bayimu ... eh bayi kita sehat." Gala berbicara sembari mengambilkan nasi untuk wanita yang dicintainya. Hati Aleena mulai berdebar, sebab menjadi wanita spesial satu-satunya yang diperlakukan dengan baik walaupun bukan oleh suaminya sendiri. "Apa mau aku suapin?" tanya Gala saat menyadari Aleena tengah melamun."Aku bisa makan sendiri k
"Kalau aku sih gak yakin, Mas. Secara gitu kamu dan dia katanya jarang bersama. Lantas, kenapa secepat itu hamil setelah sekian lama Mas Galuh mendambakan seorang bayi?" Caily terus mengompori."Aku masih tidak ngerti maksudmu, Caily." Galuh bukannya tidak paham, melainkan butuh penegasan berulang kali. Memang dari awal pria itu curiga, tapi menepis semua yang ada dalam hatinya karena memang berusaha untuk mempercayai istrinya tidak akan berbuat khianat padanya."Gak usah sok polos gitu, Mas. Aku yakin Mas paham dengan maksudku. Kalau Mas Galuh memang tidak yakin, tinggal tes saja. Pasti semuanya akan terbongkar. Jangan mau dibodohi, Mas. Kalau bisa, Mas segera bertindak agar ada efek jera. Menurutku sih, mending bercerai saja. Ngapain juga mempertahankan wanita yang berani main belakang dengan pria lain." Caily terus menghasut, meskipun tidak tahu yang sebenarnya. Akan tetapi, menurut feelingnya semua perkataannya adalah benar. Galuh berpikir sejenak, lalu berkata, "Aku masih yakin
"Seharusnya aku yang tanya, Aleena. Kenapa pria J*l**g ini ada di kamar kita? Apa kamu memang main belakang? Hah!" hardik Galuh dengan netra memerah. Aleena terdiam, sedang Gala juga tidak memberikan penjelasan apa pun. Dia memilih pergi tanpa mengucapkan permisi. Namun, setiap gerak-geriknya diperhatikan dengan baik oleh saudara kembarnya."Berhenti! Jangan harap kamu bisa pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan apa pun!" pekik Galuh menarik tangan Gala, lalu menghempas hingga jatuh tersungkur ke tempat tidur. Dia tidak berhenti menghardik dengan kata-kata kasar, tapi istri dan saudara kembarnya memilih diam saja. Hatinya semakin dongkol karena perlakuan mereka berdua. "Jangan diam saja! Jawab! Apa kalian berdua mendadak bisu?" cetus Galuh naik pitam. Gala dan Aleena saling memandang satu sama lain, seakan berbicara lewat mata. Mereka berdua tidak tahu harus menjawab apa, mau jujur atau berdusta. Galuh menarik napas panjang, lalu mengembuskan secara perlahan. "Kalian berdu
"Enggak, Ma. Cuma terjadi kesalahpahaman saja." Aleena langsung mengelak, meskipun janin yang dikandungnya adalah benih dari Gala."Dia berdusta, Ma. Gak usah ditutup-tutupi lagi, Aleena. Katakan saja semuanya," ujar Galuh tetap pada pendiriannya. "Apa yang harus aku akui, Mas. Aku tidak pernah berbuat macam-macam, sedangkan kamu sudah jelas-jelas jarang pulang demi menemui Tasya yang kamu anggap sebagai sahabatmu itu!" jelas Aleena agar mertuanya tidak hanya fokus dengan hubungannya dengan Gala.Benar saja, apa yang dilakukan Aleena berhasil. Sebab Dira langsung memarahi Galuh. "Jadi kamu masih berhubungan dengan wanita itu, meskipun istrimu sedang hamil? Kemudian kamu menyalahkan Aleena atas semuanya dan memfitnah dia bermain belakang dengan saudara kembarmu sendiri?" cecar Dira sembari menggelengkan kepala."Mama tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu, Galuh. Pasti semua ini akibat hasutan dari temanmu Tasya itu 'kan?" tuduh Dira. "Mama jangan asal tuduh gitu, Ma. Mama tahu s
Dira diam sejenak sembari berpikir keras. "Tergantung dari kesalahan yang dibuat. Kalau masih bisa ditolerir pasti dimaafkan. Kalau kesalahan besar sudah pasti aku akan melakukan apa yang kamu katakan. Memangnya kamu buat salah apa?" tanyanya mulai merasa ada yang disembunyikan oleh menantunya. Aleena sontak menggelengkan kepala karena sudah menemukan jawaban. Dia paham akan sikap Dira selanjutnya kalau tahu kesalahannya. "Kamu sedang tidak berbuat kesalahan 'kan?" tanya Dira saat melihat raut wajah Aleena sedang ketakutan.Wanita yang tengah hamil itu pun menggelengkan kepala. "Kalau tentang perselingkuhan, Ma? Sekalipun yang selingkuh itu semisal mas Galuh?" tanyanya hati-hati."Tetap saja, Mama tidak memandang bulu, Aleena. Baik itu anak kandung Mama sendiri, kalau salah tidak akan pernah aku maafkan. Apalagi kalau sampai menghamili wanita lain. Aku pastikan dia tidak akan bahagia di dunia ini." Dira tidak pernah bercanda dengan omongannya.Waktu Aleena mau bertanya lagi, ponsel
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat