Dira diam sejenak sembari berpikir keras. "Tergantung dari kesalahan yang dibuat. Kalau masih bisa ditolerir pasti dimaafkan. Kalau kesalahan besar sudah pasti aku akan melakukan apa yang kamu katakan. Memangnya kamu buat salah apa?" tanyanya mulai merasa ada yang disembunyikan oleh menantunya. Aleena sontak menggelengkan kepala karena sudah menemukan jawaban. Dia paham akan sikap Dira selanjutnya kalau tahu kesalahannya. "Kamu sedang tidak berbuat kesalahan 'kan?" tanya Dira saat melihat raut wajah Aleena sedang ketakutan.Wanita yang tengah hamil itu pun menggelengkan kepala. "Kalau tentang perselingkuhan, Ma? Sekalipun yang selingkuh itu semisal mas Galuh?" tanyanya hati-hati."Tetap saja, Mama tidak memandang bulu, Aleena. Baik itu anak kandung Mama sendiri, kalau salah tidak akan pernah aku maafkan. Apalagi kalau sampai menghamili wanita lain. Aku pastikan dia tidak akan bahagia di dunia ini." Dira tidak pernah bercanda dengan omongannya.Waktu Aleena mau bertanya lagi, ponsel
"Kenapa Mas Galuh bisa berpikiran kalau bayi dalam kandunganku ini bukan benih darimu, Mas? Apa kamu masih memikirkan pendapat dari Caily?" cecar Aleena tanpa menjawab pertanyaan Galuh sebelumnya."Aku cuma bertanya, bukan menuduh atau tahu semuanya. Jadi kamu mau mengaku gak?" Galuh mendesak.Aleena menggelengkan kepala pelan. "Apa yang harus aku akui, Mas. Kalau memang tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, aku mau istirahat." Tubuhnya yang semula duduk perlahan berdiri karena tidak ingin suaminya semakin mendesaknya. Emosi Galuh sedang stabil, jadi dia tidak memarahi istrinya seperti biasa. Dia kembali merenung memikirkan bayi dalam kandungan Aleena."Lama-lama aku bisa stres kalau terlalu memikirkan semua ini. Lagi pula Aleena tidak akan berdusta." Galuh terus meyakinkan diri. Aleena akhirnya bisa bernapas lega saat berada di dalam kamar. Dia sedikit takut akan suaminya yang mulai mencurigainya. Sejenak, wanita cantik itu pun menenangkan dirinya agar tidak terlalu panik. Tubuhny
Sesuai petunjuk yang diberikan google maps, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Beruntung cuaca kali ini mendukung, sebab awan sedikit mendung. Galuh dengan inisiatifnya sendiri membukakan pintu mobil untuk Aleena, memperlakukan istrinya dengan sangat baik. "Terima kasih, Mas." Aleena memberikan senyuman."Sama-sama." Tangan Galuh perlahan menggandeng tangan istrinya, wajahnya terlihat malu-malu. Namun, berusaha untuk tetap bersikap seperti pria sejati. "Sudah lama kita tidak seperti ini, Mas." Aleena senang karena Galuh memperlakukannya dengan baik. Meskipun dia tidak tahu sampai kapan suaminya akan bertahan memperlakukannya. "Iya, Mas." Aleena menikmati momen bahagia ini yang mungkin tidak akan terulang kembali. Mereka berdua bersenang-senang, bergandengan tangan sembari bercanda gurau bersama. Langkah kaki mereka beriringan ke arah hutan mangrove yang tumbuh indah hijau. Sepasang suami istri itu layaknya seperti kekasih yang baru saja pacaran hingga dunia terasa milik m
Hanya terdengar suara dari sang suami, sedangkan wajah dan tubuhnya masih belum terlihat. Hingga memberikan kesempatan untuk Gala pergi tanpa perasaan takut tentang Aleena yang akan dimarahi. "Siapa dia?" tanya Galuh ketika melihat punggung saudara kembarnya berlalu pergi begitu saja. Saking tidak memperhatikan, dia sendiri tidak bisa mengenali saudara kembarnya dari belakang."Penjual roti, Mas." Aleena mencari alasan yang tepat dan teringat akan roti yang ada dalam genggaman tangannya."Oh, jadi kamu beli roti ini? Coba aku lihat?" cecar Galuh mengambil roti yang ada dalam genggaman istrinya."Iya, Mas. Aku membelinya, kasihan juga orang itu. Soalnya lagi butuh uang katanya." Aleena menyahut pelan. Dia berharap dalam kotak kue tersebut tidak ada ucapan apa pun, atau surat yang ditulis oleh kakak iparnya."Kue ini kesukaan Mama, Aleena. Gimana kalau kue ini kita kasihkan ke Mama saja. Kamu tidak keberatan 'kan?" tanya Galuh meminta persetujuan istrinya."Boleh, Mas." Aleena menjawab
"Siapa kamu?" tanya Dira cepat, tapi panggilan telepon justru putus begitu saja. Wajahnya panik dan penasaran siapa yang sudah berbicara dengannya barusan. Tubuhnya tiba-tiba lunglai tidak berdaya."Mama gapapa 'kan?" tanya Aleena memeluk tubuh mertuanya."Mama gapapa," sahut Dira berdusta, padahal hatinya saat ini tengah terluka."Mama gak usah berpikir macam-macam, pasti itu cuma panggilan dari wanita yang ingin merusak kebahagiaan yang Mama miliki." Aleena memberikan nasihat karena mendengar jelas apa yang dibicarakan oleh wanita di seberang telepon tadi. "Papa tidak mungkin menghianati Mama 'kan?" tanya Dira agar hatinya yakin.Aleena diam sejenak, mengingat kelakuan papa mertuanya. Bukan tidak mungkin Fathan menghianati Dira, tapi tetap saja wanita cantik berkulit putih itu harus menjaga hati mama mertuanya. "Iya, Ma. Papa tidak mungkin berkhianat, dari pada Mama memikirkan wanita yang tidak jelas itu lebih baik Mama sekarang tenangkan diri saja. Biarkan Aleena yang membuatkan
"Kamu yakin, Mas? Apakah kamu mau menerimanya kembali?" tanya Aleena heran. Dia tidak yakin suaminya akan memaafkan pengkhianatan begitu saja. "Iya, aku yakin. Lagian, bukankah kesalahan bisa diperbaiki selama orang yang berkhianat sudah berjanji tidak akan mengulangi?" cetus Galuh, terlihat jelas sorot matanya begitu yakin.Aleena menganggukkan kepala secara perlahan. "Lagian kenapa kamu tanya begitu sih? Apa kamu takut aku akan seperti papa?" tebak Galuh sembari menatap tajam ke arah sang istri.Wanita cantik itu pun menggelengkan kepala. "Aku yakin Mas Galuh tidak akan melakukan hal itu, sekalipun dengan Tasya. Iya 'kan?" Aleena sengaja menyebut nama wanita yang merupakan sahabat suaminya.Galuh tertawa secara samar. "Kalau Tasya tidak masuk ke hitungan." Entah apa maksud perkataan sang suami, yang jelas Aleena tidak peduli. Dia lebih memikirkan nasibnya sendiri saat suami dan keluarganya tahu kalau bayi dalam kandungan itu benih dari Gala. Tiba-tiba saja kepala sang suami mengage
Sesampainya di rumah, Galuh sudah bangun. Dia sedari tadi mencari keberadaan sang istri."Dari mana saja kamu?" tanyanya dengan nada meninggi."Buang sampah, Mas." Aleena terpaksa berdusta. "Aku lapar, buatkan aku nasi goreng sekarang juga!" perintah Galuh tegas.Aleena menurut, sebab tidak mungkin membantah sang suami yang terlihat kesal. Dia hanya berpikir, tumben suaminya mulai memerintahnya dengan nada tinggi lagi. Apakah kali ini sang suami sudah hilang kesabaran untuk terus berpura-pura perhatian? "Cepat, Aleena! Jangan lama-lama!" Galuh sedikit berteriak. Aneh memang, tidak ada angin dan hujan. Tiba-tiba saja sang suami kembali kepada sifat aslinya. "Memang benar kata Gala, tidak ada yang bisa diharapkan lagi dari mas Galuh. Dia tetap semena-mena seperti biasanya." Aleena bermonolog. Dia memilih diam, tidak ada sahutan apa pun meskipun sang suami kembali berteriak agar Aleena segera menghidangkan nasi goreng di atas meja makan. Dengan cepat wanita itu menyelesaikan apa yang
Rupanya Galuh sudah tahu semuanya, bahkan pria itu menunjukkan sebuah rekaman vidio waktu Aleena bersama kakak iparnya."Dari mana kamu mendapatkan vidio itu, Mas?" tanya Aleena terkejut."Gak penting aku tahu dari mana vidio ini, yang jelas orang yang ada dalam vidio ini adalah kamu dan Gala!" Galuh menghardik sembari mengambil dengan kasar ponselnya yang ada digenggaman tangan Aleena. "Maafkan aku, Mas. Semua terjadi begitu saja, aku juga tidak sengaja bersamanya." Aleena memohon permintaan maaf. Namun, sang suami justru membuang muka karena merasa jijik."Jangan harap kamu mendapatkan permintaan maaf dariku." Galuh menepis tangan Aleena yang hendak meraih lengannya. Pria tampan itu pun pergi dari rumah dengan emosi yang masih meledak-ledak tanpa melihat ke arah sang istri yang saat ini meringkuk sembari menangis."Maafkan aku, Mas. Semua terjadi begitu saja," ujar Aleena sesenggukan. Sang suami tidak menghiraukan, justru semakin mempercepat langkah kakinya. ***Aleena mulai men
Tasya segera dilarikan ke puskesmas terdekat, beruntung wanita seksi itu hanya luka ringan saja. Saat wanita seksi membuka mata, terlihat wajah Aleena, Gala dan Bagas di depan mata."Aku di mana?" tanya Tasya lirih."Kamu di puskesmas karena menabrak pohon tadi, beruntung cuma mengalami luka ringan saja." Aleena menjelaskan secara detail.Netra Tasya mulai berkaca-kaca karena melihat kebaikan orang yang telah dijahatinya. "Maaf karena aku telah berbuat jahat pada kalian," ujar Tasya lirih."Gapapa, jauh sebelum kamu meminta maaf. Aku dan mas Gala sudah memaafkanmu." Aleena memberikan senyuman.Tidak berselang lama, Galuh beserta keluarganya datang untuk melihat keadaan Tasya. Gala yang mengabari saudara kembarnya kalau wanita seksi itu mengalami kecelakaan."Kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Galuh terlihat cemas."Aku gapapa, Mas. Semua berkat pertolongan dari Gala dan Aleena," sahut Tasya lirih.Galuh langsung membuang sifat gengsi yang dimilikinya, lalu mengucapkan terima kasih pada
Aleena kebingungan saat melihat Bagas tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Jadi, wanita cantik itu pun meminta sang suami untuk mencari keberadaan putranya."Bagas tidak ada di sini, Aleena." Gala memberitahu setelah mencari di dalam kamar mandi."Lantas ke mana perginya Bagas, Mas?" tanya Aleena panik. Pria tampan itu pun segera meminta izin untuk melihat rekaman cctv yang ada di tempat makan tersebut. Lalu, dia pun mengetahui siapa dalang dari semua ini. Gala segera menarik tangan istrinya dan meminta untuk berdo'a agar putranya baik-baik saja. "Kita mau ke mana, Mas?" tanya Aleena yang memang tidak melihat rekaman cctv."Aku tahu siapa yang telah membawa Bagas, maka dari itu kita harus secepatnya ke sana sebelum mereka berbuat yang tidak-tidak pada putra kita," sahut Gala sibuk menyetir."Iya, mereka siapa yang Mas maksud?" tanya Aleena yang memang tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh suaminya."Nanti kamu tahu sendiri siapa yang aku maksud, Aleena." Hanya itu yang dikatakan
Kehidupan rumah tangga Aleena saat ini memang sudah mendapatkan kebahagiaan seperti yang pernah menjadi keinginannya selama ini. Bahkan bahtera rumah tangga yang dijalani bersama Gala begitu harmonis. Pria tampan itu membuat wanita cantik berkulit putih hidup layaknya seperti seorang ratu. Sejak pernikahan mereka berlangsung, Gala memang tidak membiarkan Aleena melakukan semua pekerjaan rumah sendiri. Dia langsung mencarikan asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan rumah. Sedangkan wanita cantik berkulit putih itu cuma perlu fokus dengan merawat Bagas saja. "Terima kasih, Mas. Sudah memberikan kebahagiaan yang ingin aku rasakan dari dulu." Aleena selalu bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang saat ini dijalani."Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah ikhlas dan rela menghabiskan waktumu untuk mengurus anak kita, Bagas." Gala tidak kalah bersyukur karena mendapatkan istri yang cantik dan baik seperti Aleena. Di waktu keduanya ingin berpelukan, Bagas tiba-t
Galuh hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya, sebab dirinya baru mengerti tentang kesehatan spermanya yang bermasalah. Selama ini, dia selalu menyalahkan Aleena karena belum diberikan keturunan saat sang Mama memintanya."Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Mas. Kalau kamu itu tidak bisa memberikan keturunan?" tanya Tasya dengan netra basah. "Aku juga tidak tahu, Tasya. Lagi pula aku itu 'kan bukan asli mandul, kalau kita berusaha lebih keras lagi dan aku berobat, pasti tidak lama lagi kita akan mendapatkan keturunan." Galuh mencoba untuk memberikan penjelasan pada sang istri agar lebih mengerti. "Aku kira selama ini yang bermasalah Aleena, ternyata aku salah. Kamu yang tidak sehat, Mas." Tasya tetap tidak menerima kenyataan yang ada. Dia semakin merasa bahwa hidup ini tidak adil, bahkan seolah-olah dia telah mendapatkan sebuah karma dari apa yang diperbuatnya. Pria tampan itu terus menyalahkan diri sendiri karena tidak memeriksakan diri sejak awal. Bahkan, dia meny
Dengan terpaksa Galuh menerima permintaan Tasya untuk menikahinya. Terlebih sang Mama juga mendesak karena tidak ingin berurusan dengan hukum. Tidak usah menunggu satu minggu lamanya, sebab keluarga Fathan langsung memberikan keputusan tiga hari setelah wanita seksi itu mengancam. Dan dua hari setelah itu, mereka melaksanakan pernikahan mewah yang sudah diatur oleh wanita seksi itu. Dengan uang yang dimiliki, sangat gampang bagi Tasya untuk mengatur segalanya. Pesta pernikahan dilaksanakan dengan begitu meriah, ditambah dengan para tamu undangan yang hadir ikut memeriahkan pernikahan mereka. Aleena dan Gala juga turut hadir di sana."Kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Gala melihat ke arah Aleena yang terus menatap ke arah pelaminan."Gapapa, aku senang kok melihat mereka akhirnya menikah." Aleena menjawab singkat sesuai apa yang dirasakan."Kamu benar, Aleena. Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Gala mengiyakan apa yang dikatakan wanita cantik berkulit putih itu."Seharusnya mere
"Kalau memang tidak ingin merestui hubungan kami, Gala akan tetap menikah dengan Aleena." Gala pun pergi dari rumah Dira, tapi siapa sangka kalau wanita setengah paruh baya itu akan jatuh saat melihat putranya pergi.Aleena terlihat sangat cemas, tapi pria tampan justru meminta agar tidak menghiraukannya. "Gala! Jangan pergi kamu!" Galuh menghentikan langkah kaki saudara kembarnya.Jelas saja Gala tidak bergerak dari tempat dirinya berdiri. "Ada apalagi?" tanyanya santai."Kamu harus tanggung jawab, apa yang sudah kamu lakukan pada Mama. Hah!" pekik Galuh tidak terima dengan keadaan Dira yang terjatuh. Sang Mama yang sudah digendong oleh Fathan ke dalam rumah."Kamu urus sendiri saja, mulai hari ini aku tidak punya hubungan lagi dengan keluarga ini." Gala segera pergi dengan diikuti oleh Aleena dari belakang. Wanita cantik itu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh pria yang dicintainya, tapi setelah mendengar alasan dari Gala. Dia pun mengikuti apa pun yang dikatakan
Aleena dan Gala senang karena telah berhasil mendapatkan Bagas kembali tanpa ketahuan, sebab penghuni rumah tertidur dengan pulas. Pun bayi itu tidak menangis saat pria tampan itu menggendongnya. "Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Gala saat melihat Aleena bahagia telah menggendong Bagas."Aku tidak tahu, yang jelas ... aku ingin Bagas selalu bersamaku." Tidak ada hal yang paling membahagiakan bagi Aleena selain bersama dengan buah hatinya."Kalau perihal itu, kamu tenang saja. Hak asuh Bagas pasti jatuh ke tanganmu, sebab dia anak kandung kita. Untuk malam ini, sebaiknya kamu ikut denganku agar kamu juga aman dan Bagas bisa istirahat dengan tenang." Gala menawarkan tempat tinggal.Wanita cantik itu setuju, sebab dirinya tidak memiliki uang untuk bertahan hidup. Lagian, pria yang saat ini bersama merupak pria yang dicintainya. Waktu begitu cepat berlalu, tapi Dira dan sekeluarga tidak mencari keberadaan Bagas serta Aleena dan Gala. Mereka membiarkan mereka begitu saja ka
Tentu saja Aleena protes dengan keputusan sepihak oleh mama mertuanya. "Gak bisa gitu, Ma. Bagaimanapun, aku adalah ibu kandung dari Bagas. Tidak bisa dengan seenaknya Mama mau memisahkan aku dengannya. Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkan hak asuk Bagas kepada Mama." Aleena menjelaskan panjang lebar."Kita lihat saja nanti di pengadilan, akan Mama pastikan Bagas akan diasuh olehku sebagai neneknya. Apakah kamu lupa, kalau Mama juga berhak atas Bagas, hah!" pekik Dira dengan nada tinggi. "Bagus, Ma. Aku setuju dengan rencana Mama." Galuh terlihat begitu semangat. Bagaimana tidak? Dia tak hanya bisa membuat saudara kembarnya menderita, tapi Aleena juga. "Sekarang kamu sudah bisa pergi dari rumah ini, karena Galuh sudah menjatuhkan talak padamu. Jangan lupa, tinggalkan Bagas di rumah ini. Soalnya aku tidak rela kalau cucuku harus kehujanan serta kepanasan di luar." Dira mengusir Aleena dengan kejam."Sampai kapan pun Aleena tidak akan pernah pergi dari rumah ini tanpa membawa
Mendengar hal itu Dira sama sekali tidak terkejut, bahkan wanita setengah paruh baya itu memberikan senyuman ketus. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal, Galuh? Haruskah kamu menyembunyikan semuanya dari Mama?" cerca Dira sinis.Galuh sendiri bingung harus menjelaskan bagaimana, sebab dirinya tidak ingin mengungkapkan kebenaran yang ada."Aku hanya salah bicara, Ma. Jangan hiraukan perkataanku yang tadi," ujar pria tampan itu agar sang Mama tidak marah. "Mau sampai kapan kamu akan menutupi semua dari Mama, Galuh. Mama sudah tahu semuanya, hanya saja menunggumu jujur saja." Dira berkata terus terang. Ternyata Santi telah melaporkan semua pada majikan yang dari awal dipekerjakan untuk menjadi mata-mata. "Lebih baik sekarang kamu ceritakan semuanya sebelum Mama semakin marah," pinta Dira agar putranya mau berterus terang.Pria tampan langsung terdiam, tidak tahu apa yang akan dikatakan. Dia sendiri bingung harus menceritakan dari mana terlebih dulu."Kenapa kamu diam saja, Galuh? Cepat