Share

Bab 22

Zia tadi sempat mendengar Azka bicara dengan menyebut kata eyang, dan kantor, sehingga Zia dapat menyimpulkan bahwa Azka tengah berbohong pada eyangnya.

"Kamu berani?" Azka memastikan, dan Zia langsung mengangguk.

"Iya, tentu aku berani. Udah dibilang kan, aku bukan penakut," balas Zia.

Meski sebenarnya Zia sangat ingin sekali Azka menginap, tapi Zia tidak mau egois. Zia tidak mau hanya karena dirinya, hubungan Azka, dan sang eyang jadi tidak baik.

"Baiklah, kalau begitu, saya akan pulang. Kamu hati-hati di sini, dan jika ada apa-apa, langsung hubungi saya," ujar Azka, yang diangguki oleh Zia.

Zia mengantar Azka sampai ke depan pintu, dan menunggu Azka naik lift. Setelahnya, Zia pun menutup pintu penthouse, dan menguncinya dari dalam dengan sistem kunci elektronik.

Kini rasa sepi mulai melanda. Zia sudah tidak bersemangat lagi seperti tadi. Keinginannya agar Azka menginap, menemaninya ternyata pupus. Sekali lagi Zia harus sadar posisinya yang hanya sebagai istri siri. Istri yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dian Ibrahim
... mending ngomong aja ke eyang pak Azka klo dah nikah siri sama Zia trus kenalin Zia deh ke eyang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status