Home / Rumah Tangga / Satu Malam Bersama Adik Suamiku / Bab 128: Terlalu Sibuk Sendiri

Share

Bab 128: Terlalu Sibuk Sendiri

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-03-07 17:52:30

Hari demi hari mengalir dengan ritme yang serupa, diwarnai oleh pagi yang sibuk, siang yang dipenuhi dengan pekerjaan, dan malam yang selalu berakhir dengan kelelahan. Di antara keramaian itu, hubungan Ayla dan Adrian mulai terasa seperti sebuah mesin yang tak kenal lelah.

Meskipun cinta masih bersemayam di antara mereka, rutinitas sehari-hari mulai memudarkan kilau kisah mereka.

Suatu malam, setelah keheningan menyelimuti Aruna dalam tidurnya, Ayla menemukan dirinya tenggelam dalam kesunyian di atas sofa, sebuah buku terbuka di pangkuannya. Di sudut lain ruangan, Adrian terpaku pada layar laptopnya, alisnya mengerut dalam tumpukan pekerjaan yang tak pernah berakhir.

Ayla menatapnya sejenak, memperhatikan betapa lelahnya garis-garis di wajah Adrian.

"Sudah lama sekali kamu terlihat sangat sibuk," ujar Ayla dengan suara yang lebih halus dari biasanya, memecah keheningan yang telah lama terbentuk.

Adrian menoleh, tersenyum pahit. "Iya, maaf ya. Ada b

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 129: Mimpi yang Tertunda

    Malam itu, Ayla duduk di ruang tengah, sambil menghangatkan diri dengan secangkir teh. Kedamaian menguasai rumah—Aruna sudah terlelap di kamarnya, sementara Adrian baru saja selesai mandi setelah menjalani hari yang penuh di kantor.Di depannya, tergeletak buku sketsa dengan beberapa desain interior yang telah lama tidak ia sentuh, suatu hobi yang terpaksa ia tinggalkan demi mengurus rumah dan keluarga.Ayla memainkan pensil di tangan, menggambar garis demi garis yang perlahan-lahan memunculkan bentuk ruang tamu bergaya modern. Matanya berkilau melihat hasil karyanya, tetapi tidak lama kemudian, sorot matanya mengendur.Sudah lima tahun berlalu sejak ia menggantungkan mimpinya sebagai desainer interior untuk mengabdikan diri penuh pada keluarga.Kini, dengan Aruna yang sudah semakin besar, kerinduannya pada dunia profesional kembali menggelora, namun diiringi rasa bersalah yang tak kalah kuat.Langkah kaki Adrian terdengar mendekat. Muncul da

    Last Updated : 2025-03-08
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 130: Dukungan Kuat dari Adrian

    Hari-hari yang berlalu semakin terasa hangat dengan kesibukan baru yang dijalani Ayla. Dengan semangat yang tak pernah pudar, ia membagi waktunya antara menggarap desain, mengasuh Aruna, dan menjalin kehangatan dalam hubungan bersama Adrian.Meskipun terkadang melelahkan, Ayla merasakan bahwa setiap detik dalam hidupnya kini semakin berarti dan penuh warna.Namun, seperti irama lagu yang tak selalu merdu, tantangan hidup pun tak pernah berhenti menghampiri. Suatu malam, ketegangan tergambar jelas di wajah Ayla yang duduk termenung di meja makan, matanya tertuju pada layar laptop yang menyala.Proyek pertamanya sebagai desainer freelance semakin mendesak, sementara di sisi lain, tangis Aruna yang memanggil-manggil ibunya dari kamar tidur menambah kerumitan malam itu.Tepat saat itu, Adrian yang baru saja pulang dari kantor segera mengambil alih situasi. "Kamu fokus saja pada desainmu, Ay. Biar aku yang menenangkan Aruna," ujarnya sambil melepas jaket kerja

    Last Updated : 2025-03-08
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 131: Kembali Fokus Bekerja

    Hari itu terasa lebih ringan, seakan langkah mereka mengikuti irama yang lebih lembut dan teratur. Adrian, dengan tulusnya, menawarkan bantuan pada Ayla untuk menyelesaikan urusan rumah tangga, mulai dari mencuci piring hingga membereskan kamar bayi.Di ruang tengah, Adrian sedang asyik mengelap lantai ketika Ayla mengamatinya dari ambang pintu dapur. Ia berdiri dengan tangan terlipat di dada, senyuman mengembang di wajahnya. “Kamu terlihat sangat serius, Adrian,” goda Ayla dengan nada ringan.Adrian menoleh, masih dengan kain pel di tangannya. “Aku harus serius, kalau tidak bisa kena marah nih sama bos besar di rumah ini.” Suaranya bersahabat, menyelipkan gurauan halus.Ayla terkekeh, menggelengkan kepala. “Aku kan jarang marah, Adrian.”“Tapi aku tahu kamu lelah, Ay,” Adrian kembali pada pekerjaannya, suaranya lembut dan penuh pengertian. “Kalau ada yang bisa aku lakukan, mengapa tidak?”

    Last Updated : 2025-03-09
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 132: Ayla yang Membanggakan

    Saat Ayla melangkah ke dalam kantor kliennya—sebuah perusahaan kecil yang tengah menyegarkan kembali ruang kerjanya—perasaan gugup bercampur dengan gelora semangat menyelinap dalam dirinya.Langkahnya mungkin terlihat ragu, tetapi begitu dia mulai berinteraksi dengan tim di sana, semangatnya kembali membara. Instingnya sebagai desainer interior terpicu, memandu setiap langkah dan keputusan yang diambilnya dengan cermat.Dengan penuh keyakinan, ia memperkenalkan beberapa sketsa desain yang telah ia rancang, menguraikan tiap detail dengan jelas dan percaya diri. Setiap kali ada masukan atau pertanyaan dari hadirin, Ayla menanggapinya dengan tenang dan penuh pertimbangan.Di tengah presentasi, sebuah realisasi menghampirinya—betapa ia merindukan momen-momen seperti ini. Baginya, ini seperti kembali ke rumah, ke tempat di mana ia dapat sepenuhnya menjadi diri sendiri.Setelah hari yang panjang, Ayla pulang dengan langkah yang lebih ringan, m

    Last Updated : 2025-03-09
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 133: Kejutan Tak Terduga

    Pagi itu, semerbak aroma kopi yang baru diseduh memenuhi setiap sudut dapur kecil mereka. Ayla, sambil menyajikan kopi, mengamati Aruna yang asyik bermain dengan balok-balok berwarna cerah di lantai.Di sisi lain, Adrian tampak serius memandangi layar ponselnya, dahi berkerut menandakan ada sesuatu yang mengganggunya."Ada yang tidak beres?" Ayla bertanya, penuh kekhawatiran, seraya menaruh secangkir kopi hangat di depan Adrian. Ia lantas duduk di samping suaminya, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.Adrian meletakkan ponselnya, lalu dengan gerak yang ragu, mengusap tengkuknya. "Hmm, ada berita yang mungkin akan membuatmu terkejut," ujarnya dengan nada yang mencoba menenangkan.Ayla mengernyit, rasa penasaran terpampang jelas di wajahnya. "Berita apa itu?"Mengambil napas dalam, Adrian akhirnya berbicara, "Bram, dia baru saja mengumumkan pertunangannya."Kabar itu jatuh seperti petir di siang bolong, meresap pelan ke dalam dada Ayl

    Last Updated : 2025-03-10
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 134: Kedewasaan Cinta

    Hari pernikahan Bram tiba lebih cepat dari yang Ayla bayangkan. Setelah memutar berbagai pertimbangan dalam pikirannya, ia akhirnya memutuskan untuk absen. Baginya, hadir hanya akan membuka kembali luka lama yang telah ia usahakan untuk sembuh.Namun, pada malam yang sama, suasana di ruang tamu rumah Ayla terasa hangat dan nyaman. Ayla dan Adrian tenggelam dalam dunia film yang mereka tonton, ditemani tawa riang Aruna yang sesekali terdengar.Suasana itu sempat terhenti ketika Adrian tiba-tiba bertanya dengan nada penuh perhatian, "Kamu yakin dengan keputusanmu itu?"Ayla menoleh, matanya menatap Adrian dengan tatapan yang mengandung kebulatan tekad. "Yakin," jawabnya, mantap. "Aku sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur. Bram sekarang punya kehidupannya, dan aku juga. Tidak perlu aku membuktikan sesuatu dengan kehadiranku di sana."Senyum mengembang di wajah Adrian, dia kemudian meraih tangan Ayla, menggenggamnya erat. "Kamu sudah melangkah sangat jauh

    Last Updated : 2025-03-10
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 135: Kehadiran Baru dalam Hidup Bram

    Acara pertunangan itu berlangsung dengan gemerlap dan penuh tawa, namun bagi Ayla, sorotan malam itu bukanlah pada Bram dan Nadya.Sorotan itu tertuju pada kesadaran mendalam yang muncul di antara dia dan Adrian, tentang bagaimana mereka telah tumbuh dan berkembang bersama sebagai sepasang kekasih.Di sebuah sudut ruangan yang tenang, mereka berdua duduk bersisian di meja kecil, menikmati seiris kue yang lezat sambil terlibat dalam percakapan yang ringan namun penuh makna.Adrian dengan lembut menyeka sisa krim yang terselip di sudut bibir Ayla menggunakan ibu jarinya, suatu gerakan kecil yang mengundang tawa lembut dari Ayla."Kamu ini, selalu saja punya cara untuk membuatku tersipu," ujar Ayla sembari memberikan tepukan ringan di lengan Adrian.Adrian hanya tersenyum simpul, matanya berbinar dengan keseriusan. "Aku hanya ingin kamu tahu betapa berharganya kamu di hatiku. Sayang, kita sudah melewati banyak hal bersama. Terkadang aku bertanya-tanya

    Last Updated : 2025-03-11
  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 136: Perkenalan dengan Nadya

    Pertemuan yang semula kikuk itu mulai mencair berkat usaha Nadya. Dengan nada ramah, ia memperkenalkan diri,"Namaku Nadya," ucapnya sambil menyunggingkan senyum hangat kepada Ayla dan Adrian. "Senang sekali bisa berjumpa dengan kalian berdua. Bram sering sekali menceritakan tentang kalian."Ayla, terbawa suasana hangat tersebut, membalas dengan senyum lembut. "Senang bertemu denganmu juga, Nadya. Kamu terlihat seperti seseorang yang hangat dan menyenangkan."Nadya tertawa kecil, matanya berbinar saat menoleh ke arah Bram dengan penuh kelembutan. "Terima kasih, Ayla. Mungkin itu juga pengaruh dari Bram, dia memang orang yang istimewa."Ayla memperhatikan senyum tipis yang tersungging di wajah Bram—sesuatu yang langka ia saksikan. Bram tampaknya lebih santai, lebih terbuka, seperti terbebas dari beban.Adrian, yang ingin memastikan percakapan tetap mengalir, bertanya, "Jadi, kapan kalian berencana menikah?""Dua bulan lagi," sahut Nadya

    Last Updated : 2025-03-11

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 142: Bersama dalam Ujian

    Adrian tiba di rumah sore itu dengan langkah gontai. Sekilas pandang, Ayla sudah bisa menangkap duka yang tergurat di wajahnya. Sebelum suara Adrian sempat memecah kesunyian, Ayla menyambutnya dengan senyum yang hangat dan lembut."Kamu kelihatan lelah, Sayang. Aku sudah siapkan sayur lodeh kesukaanmu, mungkin bisa mengusir sedikit kepenatanmu," ujarnya sambil menarik Adrian ke meja makan.Adrian hanya mengangguk perlahan, kemudian mendekati Ayla dan memeluknya erat. Dalam dekapan itu, Ayla mengusap punggung Adrian, memberikan kelembutan yang menjadi penawar lelahnya. "Terima kasih, Ay," bisik Adrian dengan suara yang serak dan penuh emosi.Malam itu, mereka duduk bersantap bersama, dengan Aruna yang manis terlelap di pangkuan Adrian. Meski kesedihan masih menggelayut di hati Adrian, Ayla mulai berbicara mengenai beberapa ide cemerlang untuk mengatur keuangan mereka lebih baik lagi."Bagaimana kalau kita mulai dengan memasak lebih sering di rumah? Saya ju

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 141: Cobaan Keuangan

    Malam itu, atmosfer di rumah kecil mereka terasa berbeda. Biasanya, suara tawa Aruna atau celoteh ringan Ayla dan Adrian mengisi setiap sudut ruang tamu. Namun, malam ini, keheningan merayap masuk, seolah membawa bayangan yang berat dan tak terhindarkan.Adrian duduk termenung di meja makan, wajahnya tertunduk, tersembunyi di antara kedua tangannya yang kuat. Selembar kertas dengan tulisan yang rapi dan kecil tergeletak tak berdaya di depannya—laporan keuangan yang baru saja diterimanya dari kantornya.Ayla, berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan suaminya dengan cemas."Adrian?" suaranya terdengar lirih, seolah takut untuk memecah keheningan yang menggantung di udara.Adrian mendongak, matanya terlihat lelah, mencerminkan beban yang ia pikul. Ia memaksakan senyum, meski bibirnya sedikit gemetar. "Hey, Ay. Kamu belum tidur?"Ayla mendekat, menarik kursi dan duduk di seberangnya. "Bagaimana aku bisa tidur kalau kamu terlihat begitu tertek

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 140: Petualangan Keluarga Kecil

    "Terima kasih," ucap Ayla tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh dengan rasa syukur yang mendalam.Adrian menoleh, keheranan tergambar dari alisnya yang terangkat. "Untuk apa?" tanyanya, rasa ingin tahu memenuhi suaranya."Untuk semuanya," lanjut Ayla, matanya menatap Adrian dengan penuh arti. "Untuk tetap di sini, untuk mencintai aku apa adanya... bahkan ketika aku merasa bukan siapa-siapa lagi." Suaranya semakin lembut, seolah-olah takut mengganggu kesunyian yang menyelimuti ruangan itu.Adrian tidak ragu-ragu, bangkit dari kursinya, dan duduk tepat di sebelah Ayla di sofa empuk itu. Dengan perlahan, ia menarik Ayla ke dalam pelukannya, sebuah pelukan yang memberikan kehangatan dan perlindungan."Kamu tidak pernah menjadi 'bukan siapa-siapa', Ay. Bagiku, kamu adalah segalanya. Kamu adalah rumahku. Kamu tahu itu, bukan?"Di bawah naungan pelukan itu, Ayla mengangguk, biarkan detak jantung Adrian, yang terdengar stabil dan menenangkan, menjadi iram

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 139: Menjaga Api Cinta

    Mereka berkendara menuju sebuah danau kecil di pinggiran kota, tempat yang dulu kerap mereka singgahi sebelum kehadiran Aruna. Udara segar dan pemandangan yang berwarna-warni hijau itu menyambut mereka, menghadirkan kedamaian yang telah lama mereka idamkan.Adrian memandang ke sekeliling dengan rasa takjub. "Aku enggak percaya kamu masih ingat jalan ke tempat ini," ucapnya penuh keheranan."Tentu saja aku ingat," sahut Ayla sambil membuka keranjang piknik yang telah ia persiapkan dengan teliti. "Di sini, di tempat ini, kamu pertama kali mengungkapkan cintamu padaku."Sebuah tawa kecil terlepas dari bibir Adrian, wajahnya memerah seketika. "Itu adalah salah satu momen yang paling menggetarkan hatiku. Aku takut sekali kamu tidak akan membalas perasaanku," kenangnya."Namun aku membalasnya, bukan?" Ayla membalas dengan senyum menggoda yang memancar dari matanya.Adrian tertawa lagi, lalu dengan lembut duduk di samping Ayla. "Kamu lebih dari seka

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 138: Tanpa Gangguan

    Janji itu mulai diwujudkan Ayla beberapa hari kemudian. Dengan semangat baru, ia berusaha mengatur ulang jadwalnya, menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat sehingga malam-malamnya bisa dihabiskan bersama Adrian dan Aruna.Suasana rumah pun kini lebih hangat, setiap detik bersama terasa lebih berharga.Pada suatu malam yang dingin, Ayla menyiapkan kejutan manis untuk Adrian. Setelah Aruna terlelap, ia mengubah ruang tamu menjadi oasis kecil yang tenang dan romantis dengan lampu redup dan lilin aromaterapi yang memenuhi udara dengan wangi yang menenangkan.Di atas meja kecil, ia menata dua cangkir teh hangat yang menguap dan beberapa camilan ringan yang menggugah selera.Ketika Adrian melangkah keluar dari kamar Aruna, ia terkejut dan terpesona melihat transformasi ruang tamu mereka. “Ini apa?” tanyanya, bibirnya mengembang dalam senyum yang tak bisa disembunyikan.“Ini malam kita,” jawab Ayla lembut, matanya berbinar saat

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 137: Kesibukan yang Menyita

    Pagi itu, sinar matahari menerobos jendela rumah kecil itu, menari-nari di antara aroma kopi yang baru saja diseduh. Ayla, dengan lengan blusnya yang tergulung rapi, tengah sibuk berkelana di dapur sambil sesekali memeriksa daftar tugas yang berderet di layar ponselnya.Di meja makan, suasana menjadi lebih hangat saat Adrian dengan lembut menyuapi Aruna, putri kecil mereka yang ceria, sambil sesekali membuat suara lucu, “aaaa… nyam!” yang selalu berhasil membuat Aruna tertawa gembira.“Aduh, Adrian, kamu nggak lihat file presentasiku di meja kerja, kan?” tanya Ayla, suaranya terdengar memantul dari dapur ke ruang tengah. “Kayaknya tadi malam aku taruh di sana deh.”Dengan alisnya yang sedikit terangkat, Adrian menoleh, “Yang file biru itu? Udah aku simpan di rak paling atas, biar Aruna nggak jadi mainan lagi.”“Ah, iya, benar sekali. Makasih ya,” sahut Ayla, sambil berlari kecil menuju rak

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 136: Perkenalan dengan Nadya

    Pertemuan yang semula kikuk itu mulai mencair berkat usaha Nadya. Dengan nada ramah, ia memperkenalkan diri,"Namaku Nadya," ucapnya sambil menyunggingkan senyum hangat kepada Ayla dan Adrian. "Senang sekali bisa berjumpa dengan kalian berdua. Bram sering sekali menceritakan tentang kalian."Ayla, terbawa suasana hangat tersebut, membalas dengan senyum lembut. "Senang bertemu denganmu juga, Nadya. Kamu terlihat seperti seseorang yang hangat dan menyenangkan."Nadya tertawa kecil, matanya berbinar saat menoleh ke arah Bram dengan penuh kelembutan. "Terima kasih, Ayla. Mungkin itu juga pengaruh dari Bram, dia memang orang yang istimewa."Ayla memperhatikan senyum tipis yang tersungging di wajah Bram—sesuatu yang langka ia saksikan. Bram tampaknya lebih santai, lebih terbuka, seperti terbebas dari beban.Adrian, yang ingin memastikan percakapan tetap mengalir, bertanya, "Jadi, kapan kalian berencana menikah?""Dua bulan lagi," sahut Nadya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 135: Kehadiran Baru dalam Hidup Bram

    Acara pertunangan itu berlangsung dengan gemerlap dan penuh tawa, namun bagi Ayla, sorotan malam itu bukanlah pada Bram dan Nadya.Sorotan itu tertuju pada kesadaran mendalam yang muncul di antara dia dan Adrian, tentang bagaimana mereka telah tumbuh dan berkembang bersama sebagai sepasang kekasih.Di sebuah sudut ruangan yang tenang, mereka berdua duduk bersisian di meja kecil, menikmati seiris kue yang lezat sambil terlibat dalam percakapan yang ringan namun penuh makna.Adrian dengan lembut menyeka sisa krim yang terselip di sudut bibir Ayla menggunakan ibu jarinya, suatu gerakan kecil yang mengundang tawa lembut dari Ayla."Kamu ini, selalu saja punya cara untuk membuatku tersipu," ujar Ayla sembari memberikan tepukan ringan di lengan Adrian.Adrian hanya tersenyum simpul, matanya berbinar dengan keseriusan. "Aku hanya ingin kamu tahu betapa berharganya kamu di hatiku. Sayang, kita sudah melewati banyak hal bersama. Terkadang aku bertanya-tanya

  • Satu Malam Bersama Adik Suamiku   Bab 134: Kedewasaan Cinta

    Hari pernikahan Bram tiba lebih cepat dari yang Ayla bayangkan. Setelah memutar berbagai pertimbangan dalam pikirannya, ia akhirnya memutuskan untuk absen. Baginya, hadir hanya akan membuka kembali luka lama yang telah ia usahakan untuk sembuh.Namun, pada malam yang sama, suasana di ruang tamu rumah Ayla terasa hangat dan nyaman. Ayla dan Adrian tenggelam dalam dunia film yang mereka tonton, ditemani tawa riang Aruna yang sesekali terdengar.Suasana itu sempat terhenti ketika Adrian tiba-tiba bertanya dengan nada penuh perhatian, "Kamu yakin dengan keputusanmu itu?"Ayla menoleh, matanya menatap Adrian dengan tatapan yang mengandung kebulatan tekad. "Yakin," jawabnya, mantap. "Aku sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur. Bram sekarang punya kehidupannya, dan aku juga. Tidak perlu aku membuktikan sesuatu dengan kehadiranku di sana."Senyum mengembang di wajah Adrian, dia kemudian meraih tangan Ayla, menggenggamnya erat. "Kamu sudah melangkah sangat jauh

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status